Langsung ke konten utama

There’s Something About Devi (part 3)


Whoa.. I just wake up from my long sleeps and seeing that Devi has posted some stories lately. Yeah, stories from everywhere. But not stories about herself.


That’s why I am here. Remember me? Yep, I am K.I.

I am here to reveal some facts about Devi, as I did couple weeks ago. People have to know hidden things about the owner of this blog, right?

Okay, let me start to tell her 3rd peculiarity :  She is the Drama Queen

That girl was a one time teenage drama queen// a hot, tough everyday wannabe// But she'll have changed her destiny// Now she's a somebody//

Itu kutipan refrain lagu Confession of A Teenage Drama Queen dari Lindsay Lohan.
I hate that song. Apa bagusnya? Tapi Devi sering sekali memutarnya sambil tersenyum-senyum.

Sering sekali dia mengguncang-guncang bahuku saat mendengar lagu ini diputar di playlist. "Nah, ini lagu soundtrack diriku!" katanya.

Yeah, terimakasih telah memberitahuku, Devi.

Yeah, she is just so The Drama Queen.

Walaupun jarang sekali menceritakan kebohongan, tapi Devi adalah Ratu Drama tulen. Itu artinya Julia Roberts bakal punya saingan berat. Bedanya Julia Roberts punya piala Oscar, sementara Devi tak punya satupun piala untuk ekspresinya yang dramatis. Dia sering menunjukkan ekspresi teatrikal saat terkejut, kagum, heran, kecewa, marah. Devi selalu menganggap semua tempat itu panggung Broadway, dan orang-orang lain adalah seperti penonton atau figuran. Maka dia akan memberikan ekspresi terbaiknya.

Di tengah kerumunan orang-orang, saat mengantre di loket bioskop, menunggu bis, kemudian dia melihat sesuatu yang menarik maka dia akan membuat ekspresi tertarik mirip Lulu Plummer di film The Pacifier. Mata sedikit membelalak, alis terangkat, bibir menyunggingkan senyum tipis.

Saat dirinya bertubrukan, atau tak sengaja ada orang yang menginjak kakinya, Devi tak sekadar berkata "Aww" tapi "Auww" seperti Dylan di film The Clique.

Saat dia jengkel, dia akan mengatupkan bibir ala Meryl Streep di Devil Wears Prada, dan matanya menyipit seperti Kate Hudson di film Bride Wars.
Itu ekspresi yang efektif membuat orang merasa bersalah dan tak enak hati saat mereka (tanpa sadar) menyinggung hati Devi.

Dalam daftar "Hal-Hal Yang Paling Aku Sukai" milik Devi, peringkat pertama tentu saja buku, dan peringkat kedua adalah Film.
Film keluarga, film fantasi, film agen rahasia, film lucu, dan film drama romansa. Film perang atau perkelahian yang berisik dan kotor tak begitu dia suka, sekalipun dibintangi Orlando Bloom atau Alex Pettyfer.

Film favoritnya : League of Extra Ordinary Gentlemen. Kalau ada film kesukaannya diputar di TV, Devi akan histeris. Tingkah dramatisnya dimulai. Biasanya dia berteriak “Waa... Film ini diputar!” atau “Waa... i like it, i like it!”  Waa.... Waa..... Waa....

Di depan televisi, di monitor warnet, di warung makan yang ada tivinya. Reaksi Devi selalu sama : Dramatis.

Mungkin dia mau memprovokasi orang-orang yang melihat ekspresi dramatisnya supaya nonton film yang sama. Hah!

Kau pernah nonton film di bioskop bersama Devi? Dari Harry Potter, The Hobbit, Laskar Pelangi, Punk In Love, Hansel and Gretel, The Host, World War Z, Percy Jackson, The Conjuring, hingga Insidious Chapter 2, wah….. aku sering jadi saksi betapa Devi begitu menghayati cerita.

Saat nonton Insidious tanggal 6 Oktober lalu, misalnya. Walaupun lampu di teater dimatikan, aku masih bisa melihat mulutnya menganga dan terkejut saat mengetahui pembunuh maniak Bride in Black ternyata adalah laki-laki.
Atau saat dia menonton Percy Jackson : Sea of Monsters bersama sepupunya, Kukrit.
Dia benar-benar terbius pesona Logan Wade Lorman. Senyum-senyum seperti ABG labil saat Logan beraksi. Hah!

Dua tahun lalu di kost yang lama (di belakang Puskesmas) Pringapus, selepas maghrib kami menonton televisi. Ada lima orang waktu itu : Erna, Novi, Ifah, Andro (pacarnya Erna), dan Devi. Tak ada siaran TV yang bagus, maka Ifah memutar semua chanel satu-satu.
Chanel satu, berita....
Chanel dua, sepakbola....
Chanel tiga, sinetron.....
Chanel empat, juga sinetron......
Begitu seterusnya sampai akhirnya di Chanel delapan, Devi melihat sekilas gambar pria berjas hitam di perpustakaan.
Hanya sedetik gambar ini muncul, Ifah (yang tak tau apa-apa) langsung meneruskan memencet chanel sembilan.

Tapi Devi si maniak film segera tau gambar apa yang tadi muncul di channel delapan, dengan histeris berteriak seperti Letnan Ethan Algren memimpin tentara Jepang di film Last Samurai.

“Ifah, balik! Balik ke channel yang tadi! Lekas! Balik! Balik!”
Seperti kesetanan dia menunjuk layar tivi. Makan malamnya terlupakan.

ERna melongo. Andro dan Novi tak terkecuali. Ifah kalang kabut, buru-buru memencet angka delapan supaya Devi berhenti meraung. Tapi mana bisa?

Dengan tangan yang masih menunjuk televisi, Devi berkaok “Naaaahh.... ini film buagusss banget. TOP. Judulnya League of Extraordinary Gentlemen. Aku selalu menunggu kapan film ini main lagi. Ceritanya tentang orang-orang dengan kemampuan khusus. Yang ini namanya Dorian Gray, dia setengah iblis. Yang ini Alan Quatermain, pemburu legendaris. Yang ini Wilhelmina Barker, dia itu...."

Tak ada yang memperhatikan televisi, semua melihat Devi. ERna masih melongo. Ifah mungkin masih shock. Andro kaget, dia sebetulnya juga suka film tapi setidaknya dia tidak dramatis. Hanya aku yang paham, karena ini bukan pertama kalinya aku melihat adegan drama Devi begini.

Ingat, aku sudah memperingatkanmu kan? Jika bersama Devi, bersiaplah untuk semua ekspresi ini ala teater ini. Siapkan popcorn kalau perlu.



I call this pose as "TO POUT" as she tried to imitate Paris
















 This picture was taken on her 4th Grade in High School.
She imitate a general surprise expression from movies,
but I think Arief's Expression is also great.

That is the smile she imitates from Cliff in Bring it On




















They pretend to be a relief in Candi Borobudur. And Devi? Oh, she imagine is an advertisement-shoot for OK-Magazine, I think. But again, Arief's expression is still better.

Now that's her signature original smile.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam