Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

TULIS MENULIS (part 2)

Berikut ini laporan Talkshow Menulis yang disadur dari buku catatan Devi In Disguise tanggal 13 November. Pelatihan Menulis Kampus Fiksi Spesial Semarang Pelaksanaan : Minggu, 13 November 2016 pukul 09.00 - 16.00 Lokasi : Gedung Wanita Semarang HTM : tidak ada HTM, tinggal datang dan duduk manis, dapat makan siang gratis Selain diskusi bersama Moammar Emka, pada tahun 2016 saya juga mengikuti pelatihan menulis bersama DivaPress, salah satu penerbit major di Indonesia yang berpusat di Jogjakarta. Acara seharusnya dimulai jam 09.00 tapi aktualnya baru dibuka jam 09.40 ~ forty minutes late than the schedule. Entah kapan manusia-manusia Indonesia belajar menghargai ketepatan waktu dan bebas dari Jam Karet. Aula Gedung Wanita dipenuhi oleh 200 peserta. Saya duduk di deretan tengah, baris kelima, di belakang cowok bermuka Arab yang ganteng. Hidungnya mancung, rambutnya bergelombang, tubuhnya tinggi. He's perfect, he has everything, except my number. Hahahaha Acara Kampus F

TULIS MENULIS (Part 1)

Pada postingan kali ini, Devi Okta menyamar menjadi calon penulis dan mendaftarkan diri sebagai peserta diskusi kegiatan tulis-menulis. Salah satu kebaikan yang didapat dari tahun 2016 adalah diadakannya acara mini-talkshow dan diskusi buku bersama figur literasi Indonesia. Yang pertama adalah acara booksigning dan mini talkshow bersama Mommar Emka dan satu lagi acara Kampus Fiksi spesial Semarang bersama Penerbit DivaPress. Kedua kegiatan ini terselenggara bersamaan dengan diadakannya acara Pameran Buku di Gedung Wanita Semarang. Apa saja yang didapat ketika mengikuti dua acara mini-workshop ini? Berikut laporan yang disadur dari buku catatan si penyamar sendiri : Mini Talkshow dan Diskusi Buku Pelaksanaan : Minggu, 10 April 2016 pukul 12.00 Lokasi : Gedung Wanita Semarang Pembicara : Moammar Emka, penulis buku Jakarta Undercover dan Meistika Senichaksana (Mezty Mez), pengarang novel Hei Luka HTM  : tidak ada karcis, alias gratis!  Moammar Emka bukanlah orang baru di jagad li

Betapa Inginnya Aku (Jadi Anak Kecil Lagi)

Semakin kita dewasa, kita (mungkin) jadi bijak. Tapi ada hal-hal dari masa kecil yang hilang. Salah satunya : rasa nekat. Sebagai orang dewasa, kita paham bahwa jatuh itu sakit. Kita mengerti bahwa gagal itu menyakitkan. Kita sudah mengenal rasa malu saat berbuat kesalahan. Lalu kita kapok mencoba. Kita menjadi terlalu waspada. Terlalu berhati-hati. Anak kecil tidak. Jatuh bangun karena belajar naik sepeda? Tak masalah. Tidak ada kata kapok saat mereka jatuh saat memanjat pohon jambu. Pantat mungkin sakit, kaki mungkin tergores, tapi besoknya pasti akan memanjat lagi. Kenapa? Karena bagi anak kecil, semuanya setimpal dengan keasikan yang mereka dapat. Mereka menikmati. Mereka risk taker sejati, anak-anak kecil itu. Mencoba hal baru tanpa banyak menimbang untung-rugi. Karena bagi mereka, setiap hal baru berarti petualangan. Dan petualangan adalah nafkah untuk imajinasi. Ah, betapa inginnya aku jadi anak-anak kecil lagi.

Retrospective : What I got from 2016

Hello, everybody, Devi in Disguise is back. Yes, I know it has been over than a month since the last time I made a post in 2016. So, how was your New Year celebration? Apa kalian bikin acara bakar-bakar jagung, pergi camping ke gunung untuk menyambut matahari pertama tahun baru, atau basically kalian seperti saya, yang menganggap selebrasi tahun baru adalah hal yang monoton, selalu sama dari tahun ke tahun, dan kemudian lebih memilih melewatkan pergantian waktu dengan tidur ? Seharusnya postingan ini diterbitkan pas awal tahun agar lebih greget dan pas dengan momentumnya. Tapi sebagai makhluk yang akhir-akhir ini gampang tergoda untuk menyimak Twitwar para pendukung Ahok, Anies, dan AHY, saya ternyata belum bisa menepati salah satu resolusi tahun lalu untuk rutin mengisi blog. Kita sudah bersama-sama melewati 31 hari di awal tahun, and yes we all survived, didn't we? Telah tiba bulan Februari yang lebih pendek (itu berarti gajian bisa lebih cepat, yeah!!) yang sebentar lagi aka

Inilah hasil dari Devi Okta's Mini Survey : Cinemaniac!

Beberapa waktu lalu mendekati akhir bulan Juli 2016 saya coba-coba bikin survey di website Survey Monkey. Saya tau tentang website ini gara-gara pernah ikutan survey yang diadakan oleh Henry Manampiring (@newsplatter), dimana beliau sering menggunakan aplikasi ini. Ternyata gampang banget bikin survey di website ini. Mana gratis pula. Berhubung saya suka film, maka pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan di survey perdana kali ini tentu nggak jauh-jauh dari soal nonton film. Misalnya tentang kebiasaan nonton ke bioskop, genre film apa yang banyak disuka, sampai latar belakang kenapa mereka menonton sebuah film. Survey ini saya posting ke Facebook tanggal 23 Juli dan saya sebarkan ke temen-temen biar mereka ikut ngisi. Namanya juga survey pertama alias masih trial, pertanyaan juga nggak banyak. Cuma sampai 14 nomer aja. "Terus kamu bikin survey kayak gini tujuannya buat apaan, sih?" tanya seseorang. Oke, yang jelas survey ini bukan untuk tujuan yang serius. Misalnya untuk