Langsung ke konten utama

Once Upon A Time, on a twenty-minutes moment

kepada kamu
dengan segala harapan

Kamu tahu hari paling indah di tahun pertamaku sekolah?
hari Selasa, bulan Mei hampir 5 tahun lalu. Pertama kalinya kita pulang bersama. Pertama kalinya aku melihatmu memakai pakaian perwira.
Baju putih, celana putih, atribut paskibra lengkap. Kamu lebih gagah daripada Raja Elang yang menyelamatkan Gandalf dan memakai mahkota hadiah dari Thorin Oakenshield.
Sang Pengatur Hidup dengan rencana sempurna-Nya yang begitu indah membuatku melihat aksi gagahmu di Stadion Tri Lomba Juang siang itu. Arif Subandi, macan kesiswaan itu menyuruh semua kelas satu untuk menghadiri upacara pembukaan Pekan Olahraga Daerah. Semuanya, termasuk kelasku.

Di siang yang terik, sebelum berangkat ke stadion kami diminta berbaris di depan ruang OSIS, dan saat itulah mataku menangkap sosokmu. Kamu dan teman-teman Paskibramu bersiap-siap menjadi pembawa bendera kontingen.
Ah, Anginku. Rekhyt-ku. Disuruh berbaris seharian pun aku rela, walaupun dalam terik siang pun tak mengapa. Asal kamu berdiri di hadapanku.

Lalu kamu dan kawan-kawan Paskibra juga berbaris. Ada briefing sebelum kami berangkat. Mataku tak lepas mengikuti gerakan berbarismu. Hadap kanan, istirahat di tempat. Ah, bahu tegap itu!
Aku terus mengamatimu dari barisan anak-anak kelas satu. Aku bertukar tempat dengan Nina, supaya aku berada di barisan depan. Untuk apa? Tentu saja supaya bisa melihatmu lebih jelas.

Lalu tiba-tiba komandanmu menyuruhmu balik kanan untuk kerapian. Ya Robbi, akhirnya aku dan kamu bisa saling memandang. Aku menatap lekat ke arahmu, dan tersenyum. Begitu kamu melihat aku di barisan depan, kamu tersenyum dan melambai kecil untukku. Lambaian itu! Senyum itu! Kamu tahu jantungku hampir lepas karena senang?

Tak henti-hentinya aku bersyukur pada Sang Pemilik Takdir. Apa lagi yang lebih indah dari hari ini?
Di stadion Tri Lomba Juang, aku melihat kamu membawa bendera kontingen Klaten. Ah, dimataku kamu lebih gagah dari Raja Agung Peter yang membawa bendera singa saat berjuang demi Aslan dan Narnia.
Aku bertepuk tangan keras untukmu. Rasanya aku juga ingin terbang menjadi gagak dan mengiringi langkahmu di stadion.
Seakan belum sampai disitu, Allah Yang Maha Pemurah memberikan kesempatan langka pulang bersamamu.

Ya, pulang bersamamu. Bersama Rekhyt-ku.

Aku melihat kamu di masjid setelah upacara pembukaan selesai. Aku sengaja berlambat-lambat dan tak pulang bersama temanku. Saat kamu selesai sholat ashar, kamu berjalan ke pintu gerbang. Aku mengikutimu juga. Pelan-pelan.
Lalu kamu menoleh, melihatku berjalan di belakangmu. Pulang dek? tanyamu. Ya Robbi, suara itu. Halus seperti suara Elrond dari Mirkwood.

Aku mengangguk dan tersenyum. Naik angkot apa? tanyamu lagi. Setelah aku menjawab Penggaron, kamu menjawab wah sama jurusannya, bareng aja.

Jika rasa senang itu benar-benar bisa membuat hatiku berbunga-bunga, mungkin sekarang sudah ada kebun dan taman di dalam hatiku. Ah, kamu tak tahu ya, Angin. Sebenarnya aku memang sengaja berlambat-lambat supaya pulang bersamamu. Kamu juga tak tahu, sebenarnya hari ini aku bawa sepeda yang kutitipkan di Genuk. Yang artinya aku harus memutar arah jika pulang naik angkot Penggaron. Kamu juga tak tahu, lima menit setelah kamu turun dari angkot, aku turun juga dan memutar arah untuk naik angkot ke arah Simpang Lima, dan naik bus jurusan rumahku. Semua demi kamu. Tapi kenapa harus memikirkan itu? Kesempatan pulang bersamamu adalah kesempatan yang sangat langka.

Kamu berhenti sebelum Tlogosari, artinya hanya sekitar 20 menit kita duduk berdampingan di dalam kendaraan. Tapi mungkin itulah 20 menit paling membahagiakan.
Aku menanyakan apa saja yang bisa kutanyakan, termasuk berkata jujur bahwa tadi penampilanmu bagus sekali, Mas. Kamu senyum malu. Tapi manis sekali dimataku.
Sebelum turun, kamu berpamitan. Duluan ya. Kamu menjabat tanganku. Rasanya aku tak mau cuci tangan, takut bekasnya hilang. Bekas jabat tangan Rekhyt-ku tersayang.

Itulah hari terindah untukku, saat semesta berkonsensus dengan sesosok Endimion. Di alam semesta, burung gagak akan sangat terlihat mustahil jika bersama Angin. Dan mungkin akan menjadi pemandangan konyol andaikan burung gagak terbang bersama Rekhyt si pelayan Ptolemy.
Biarlah.

Setidaknya pada hari indah itu, jagat raya toh akhirnya mendukung pinta mereka...

...walau hanya untuk dua puluh menit...


I smell in the air the scent of you
Little dreams had lived with me
Now I know, I don’t wanna lose you...
- Josh Groban

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam