Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Sebuah Tanya - Soe Hok Gie

akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui apakah kau masih berbicara selembut dahulu? memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku” (kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin) “apakah kau masih membelaiku semesra dahulu ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat” (lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita) “apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta?” (haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

Bidadari Datang ke Kota kami

ini cerpen yang pernah saya baca di Suara Merdeka, edisi hampir 10 tahun lalu. Bahkan waktu itu korannya tak lengkap. Maklum, namanya saja koran nemu. Waktu tetangga bersih-bersih, beberapa koran ada yang dibuang. Dasarnya suka baca, maka begitu ada koran yang terbuang, saya langsung memungut dan menemukan cerpen ini. Yang saya ingat sampai sekarang tentang cerpen ini adalah bagian akhirnya, yaitu ketika anak-anak desa kehilangan kaki, tangan dan kepala setelah Sang Bidadari lenyap. Saya pikir, wah seram sekali. Seperti santet. Waktu itu masih kelas 6 SD, sehingga saya belum tau istilah cerpen surealis. Taunya serem aja. Beberapa waktu lalu saya gooling (yes, i must thank Google for providing so many useful website) dan mencari-cari cerpen ini. Ternyata, ada blogger lain yang juga 'menyalin' Cerpen ini dan memajang di blog-nya. Kamu juga mau tau isi cerpennya? Simak dan baca yang berikut ini. SUATU HARI PERNAH ADA BIDADARI DATANG KE KOTA KAMI Sebuah Cerpen karya Ik

6 Tipe Pria yang Harus Dihindari

Jujur ya, sebetulnya saya bukan tipe orang yang terlalu antusias tentang cowok atau tentang cinta. Tapi kalau lagi 'kambuh', saya bisa jadi kepo cari tahu tentang cowok. Hehehehe.... Ini adalah salah satu artikel yang saya temukan di file kantor. Semoga tambah 'aware' sama cowok-cowok di sekeliling kita ya ^_^ 6 Tipe Pria Yang Harus Dihindari Sebaiknya Anda jangan menolak ajakan kencan bila Anda sedang menjomblo. Siapa tahu, pria yang baru Anda kenal melalui telepon ini ternyata adalah jodoh Anda. Meskipun demikian, Anda juga perlu memilih. Okelah Anda sudah telanjur menyiapkan janji kencan. Namun, perhatikan baik-baik saat bertemu nanti karena ada 6 tipe pria yang sebaiknya tidak Anda jadikan kekasih. 1. Pria yang menginginkan pacar yang mirip mantannya. Kaum pria umumnya sulit mengatasi perasaannya sendiri. Apakah ia patah hati karena ditinggal pacarnya menetap di negara lain atau berpisah lantaran perbedaan keyakinan. Ketimbang dipaksa melewati masa-masa se

Ketika seorang cowok mendadak Curhat

Sebuah observasi dari obrolan ketawa-ketiwi dan curhatan beberapa kawan laki-laki (percayalah, tak ada niat men-diskreditkan siapapun disini. Just for fun, so relax and enjoy ^_^) Satu, Tidak Semua cowok seperti Deddy Corbuzier, Ladies! Jadi jangan harap kami bisa membaca isi pikiranmu disaat kamu manyun tanpa suara. Apa susahnya sih bilang : "Aku Laper, Aku minta dibeliin pakaian, Tolong Rayu Aku...!!" Dua, Hari Minggu itu waktunya istirahat setelah 6 hari bekerja. Jadi jangan harap kami mau menemani seharian jalan-jalan ke mall. Tiga, Berbelanja BUKAN olahraga. Dan kami nggak akan berpikir ke arah situ. Bagi kami belanja ya belanja, kalau sudah pas ya beli saja. Perbedaan harga toko A dan B cuma 1000 perak, jadi nggak usah keliling kota untuk cari yang paling murah, buang-buang bensin aja. Empat, Menangis merupakan suatu pemerasan Lebih baik kami mendengar suara petir, guntur, bom meledak daripada suara tangisanmu yang membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa.

Kisah Si Cangkir Teh

kisah ini Devi coba terjemahkan dari "The Tea Cup",  Ashutosh Prajapati - http://mylifemantras.blogspot.com. Coba baca ya. Bagus deh! ^_^ Ada sepasang suami istri yang pergi ke London untuk berbelanja. Mereka senang mengoleksi benda-benda klasik dan tembikar, terutama cangkir teh. Suatu hari ketika mengunjungi sebuah toko, mereka melihat cangkir teh yang sangat bagus. "Boleh kami lihat cangkir tehnya? Kami belum pernah melihat ada cangkir teh secantik itu" Saat pemilik toko mengulurkan cangkir itu, tiba-tiba si cangkir teh berkata: "Tidak, kau tidak mengerti" katanya. "Aku dulunya bukan cangkir teh seperti ini. Dulu aku ini berwarna merah dan hanya berupa sebongkah tanah liat. Lalu tuanku memungutku dan menggulung-gulung lalu menepuk-nepuk lagi dan lagi sampai aku berteriak "Berhenti! Kumohon hentikan" Tapi tuanku hanya tersenyum dan berkata "Nanti dulu" "Setelah itu aku ditaruh di roda berputar" kata si cangkir teh. &q

Devi Menjawab

dari siang tadi Karangjati dilanda mendung. Kalau istilahnya Mbak Widy sih "mendung menggelayut manja". Hihihihi... kayak roman tahun 70'an aja. ini tanggal 10 Mei, kebetulan kemarin 9 Mei adalah tanggal merah memperingati Kenaikan Isa Almasih. Bawaannya masih ngantuk dan males berangkat kerja. Bawaannya masih pengen libur aja. Do you know, kemarin saya nggak bisa tidur. Padahal sudah jam 00.30 tapi mata masih 'terang benderang'. Sindrom insomnia itu kembali mendera saya. Setelah sholat tahajud jam 01.30, pelan-pelan mata ini agak meredup dan entah jam berapa akhirnya saya bisa tidur. Akibatnya? Tadi pagi saya bangun jam 06.45! Kebo aja kalah! Husss, jangan keras-keras ketawanya. Tapi paling enggak, dari penderitaan insomnia semalam itu saya menemukan fakta unik pas buka-bukan facebook. Bahwa Pak Charna ternyata hobi liat dangdutan di Indosiar. Bahwa Anggara menderita insomnia lebih parah dari saya, dan sampai harus minum obat yang katanya namanya dari baha

San.. San.. Sansan....

Ini cerita tentang se seorang bernama S ansan Bintoro.   An old friend. A laugh-maker. A man with a helpful hand. And mostly.. a Sagittarian. ini dia fotonya Sansan.... (beat the drum, please) I ni foto lama ( badan saya masih kurus wa ktu itu, hehehe) . K al au nggak salah tahun 2010 sebelum saya lulus S TM. Ini kunjungan SEC kedua kalinya ke SMA 15 ( libe l s) dalam rangka belajar debat bersama. Pada kunjungan pertama, ada 15 anggota SEC yang datang ke SMA15 didampingi Pak Charna Wiwitanta. Lalu kami diperkenalkan sama anak bule dari German (lupa sama nam anya ) yang ceritanya lagi pertukaran pelajar sama SMA15 (wah, asik banget ya, bisa ketempatan murid bule).   Saat pertemuan pertama, Sansan nggak lihat saya perform (syukurlah. Karena kalau dia liat, dia pasti terpukau. hahaha :P) Sansan muncul belakangan, saat acara sparing partner itu berakhir. Dia ikut latihan paski dulu soalnya. Di akhir acara itulah Sansan memperkenalkan dirinya, lalu meminta kami r ombong

Pelajaran Mengarang - Sebuah Cerpen Karya Seno Gumiro Adjidharma

Pelajaran mengarang sudah dimulai. "Kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati. Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”. Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa. Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Gu