Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Tolong ya. Please.

Saya sering dimintai tolong oleh teman, tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahasa Inggris. Bikin naskah pidato, menerjemahkan artikel, bikin teks untuk perkenalan di depan kelas, atau bikin kalimat dengan tenses tertentu. Saya sih mau-mau aja bantuin mereka. Namanya juga temen. Tapi yang membuat saya sedikit jengkel adalah cara mereka meminta. Biasanya mereka akan kirim pesan via Whatsapp atau Facebook messenger, dan hampir semuanya akan menulis : "Boleh minta tolong nggak?" Yes, it's only 4 words. But this sentence is so quite irritating me. "Bisa minta tolong nggak?" Nah, dengar saja. Bagaimana saya bisa menjawab, lha wong mereka saja belum memberitahu akan minta tolong dalam hal apa. Tak bisakah mereka langsung menulis "Boleh minta tolong nerjemahin artikel? Nggak banyak kok, cuma empat paragraf, tentang kesehatan. Deadline-nya dua hari" Tuh, simpel kan? Dan jelas, kalimat barusan lebih to the point. Orang yang membaca kalimat itu l

The new members of Devitopia

Saya punya kesayangan baru. Sini, saya kenalin. Sejak lima bulan belakangan ini, saya punya 'yayang' baru. Yang biasa saya bawa kemana-mana. Yang menemani saya saat bengong. Yang membantu saya membunuh idle time . Yang membuat saya seolah masuk ke sebuah gelembung dan lupa pada hal-hal lain. Dan jumlahnya nggak hanya satu. Tapi ada tiga. Yang pertama adalah sepeda saya. Namanya Mi Azul Fuerte. Atau saya panggil Azul. Sepeda merek Polygon tipe Monarch 2.0 ini saya beli saat menang arisan bulan Mei. Sudah lama saya berangan-angan punya sepeda sendiri untuk berangkat kerja. I was purchasing this bike from Rodalink , which is the official store of Polygon. Toko Rodalink ini ada di area Bangkong, Semarang. Harganya (waktu itu) IDR 1600 K. Sebenarnya, Toko Rodalink menyediakan jasa pengantaran sih. Waktu saya tanya berapa kira-kira biaya pengiriman ke Genuk, si pramuniaga menjawab "sekitar 100 ribu mbak" Mulut saya langsung mangap. Dari Genuk ke Bangkong musti ba

In the name of Fear

SATU Beberapa waktu lalu saya nonton ulang film Harry Potter kelima (Harry Potter and the Order of the Phoenix) dari DVD. Walaupun udah hapal ceritanya tapi saya nggak pernah bosen nonton ulang. In my opinion, dari semua film Harry Potter lainnya, film kelima ini adalah adaptasi yang paling bagus dan paling emosional kedua setelah Harry Potter and the Deathly Hallows part 2. Problema dilematis yang dilewati Harry di masa transisinya sebagai remaja begitu rumit. Persidangan di Departemen Sihir, sikap Profesor Dumbledore yang tiba-tiba menjauh, kisah cintanya dengan Cho Chang (yang akhirnya kandas, hahaha.. saya senang sekali!) dan puncaknya Harry kehilangan satu-satunya keluarga yang masih dimilikinya (dan saya nangis waktu adegan ini. Biarin) Di film kelima ini, Pangeran Kegelapan Lord Voldemort mulai bangkit. Sesuatu yang amat ditakuti oleh semua masyarakat sihir. Terjadi pelarian besar-besaran di penjara Azkaban dan penyihir-penyihir keji kembali mengabdi pada tuan besar mereka. Ke