Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Laporan Khusus : #Penjambo3ngTawaRakjat – Pertunjukan StandUp Comedy Merayakan Ulangtahun Ke-3 Komunitas Standup Comedy Kota Semarang

Bentar. Ini judul postingannya panjang bener ya? Nggak apa-apa deh. Namanya juga Lipsus alias Laporan Khusus. Mari kita lanjutkan saja. Eh tunggu. Kenapa disebut Laporan Khusus? Satu, karena laporannya bukan laporan biasa. Dua, karena laporan ini seharusnya ditulis berbulan-bulan lalu. Bayangkan, acaranya saja tanggal 13 September 2014, tapi laporannya baru diposting sekarang. Anyway, masih pada mau menyimak kan? Bagus, bagus. Pada ulangtahun mereka yang ke-3, komunitas Stand Up Comedy Kota Semarang (S.U.C.K.S) kembali menggelar sebuah pertunjukan Standup comedy. Sekedar reminder nih ya, tahun lalu (2013) di ulang tahun mereka yang ke-2, komunitas ini mengusung acara #ThreeMasKenthis dengan mengundang Ge Pamungkas, Gilang Bhaskara, dan Kemal Palevi. Acara ini sukses berat, tiket sold out! Bahkan Ge Pamungkas sampe kehilangan suaranya gara-gara tampil all-out di depan penonton Semarang yang sangat beringas. Laporan reporter kami Devi Okta tentang acara ini bisa kamu baca  sini

Manja

Itu satu kata yang saya pakai untuk menggambarkan sebagian besar masyarakat kita. Bukan malas, bukan. Saya yakin kalau digerakkan, dimotivasi dan dipandu dengan benar, masyarakat kita mau kok turun ke jalan. Ikutan gerak. Ikutan ngasih kontribusi untuk sekeliling mereka. Rasa gotong royong masih ada dalam masyarakat kita, jangan lupakan itu. Kita cuma manja. Maunya selalu disuapi, walaupun sudah bisa mengangkat sendok dan makan sendiri. Maunya apa-apa tinggal disodorkan ke muka kita, tanpa punya kecenderungan berusaha mencari sendiri apa yang kita butuhkan. Mau bukti? Ada. Saya kasih satu ya : Informasi.   Kita sudah hidup di tengah teknologi yang berkembang pesat. Betul, sodara-sodara? Sekarang hampir semua orang sudah menggenggam smartphone di tangan mereka. Ketika saya naik angkutan umum, saya sering melihat rata-rata para penumpangnya menunduk. Asik menatap layar Samsung Galaxy, Lenovo, Smartfren. Informasi bisa diakses dalam sentuhan jari. Kalau butuh

B E N (a short story by Devi Okta)

Murid-murid kelas 3 IPA mendadak heboh saat Bu Dian membawa anak baru itu ke kelas. Seorang cowok berwajah Indo, lumayan jangkung, dan pokoknya titisan Arjuna, kata Sundari si anak Jogja. "Nama saya Beniqno Stefan Norville. Biasa dipanggil Ben" si titisan Arjuna menyebutkan nama. Dasar nasib baik, Bu Dian meminta Ben duduk di kursi sebelahku. Ben tersenyum kecil saat duduk. Teman-teman cewek memandangku dengan iri. Dan bisa ditebak, baru dua hari saja Beniqno Stefan Norville sudah terkenal disekolahku, mengalahkan Edo Surya Buana si Ketua OSIS yang kharismatik, dan menjadi idola nomer dua setelah Vegantoro Doni Oktavianto yang menjadi pemain terbaik di tim basket. Dan kurang dari seminggu semua murid sudah tahu fakta-fakta tentang Ben. Bahwa papanya orang Manila dan Ibunya dari Jambi. Bahwa Ben lahir di Australia dan pindah ke Jakarta saat SMP. Bahwa Ben selalu masuk kelas akselerasi. Bahwa Ben masuk SMA umur 12 tahun. Dan oh iya, walaupun kelas 3 SMA  tapi umur Ben se