Langsung ke konten utama

Angka - angka ini

Ini adalah puisi yang dibuat untuk mengikuti lomba Penulisan Puisi Matematika
Angga Brian Fernandi, adik kelas saya ngasih tau kalau ada lomba nulis puisi yang temanya Matematika, deadline tanggal 8 November.
Saya nggak suka matematika, tapi saya seneng bikin puisi. Yah... itung-itung pelampiasan juga.
Ini puisi yang saya buat. Emang nggak berharap menang juga sih.
 
ANGKA - ANGKA INI



Namaku Devi. Aku tak suka matematika.

Aku tak tau apa indahnya angka-angka

Apa gunanya menghitung-hitung kecepatan sebuah roda?

Kenapa harus repot mengalikan jarak dan massa?

Kenapa harus pusing mencari sisi miring segitiga?

Hitungan-hitungan itu tak akan kaupakai saat melamar kerja atau meminang wanita



Lima tahun lalu di akademi aku belajar algoritma

Berminggu-minggu dijejali aritmatika

Berjam-jam kupelajari aljabar dan geometri

Adakah yang kumengerti? Tidak sama sekali.

Aku pasti sangat bodoh sampai guru matematika menyuruhku berdiri di satu kaki

karena aku tak bisa menjawab luas bidang persegi.

Aku benci sekali.



Namaku Devi. Aku tak suka matematika

Matematika bagiku seperti musuh

tak akan pernah sudi kusentuh

bilangan cacah, bilangan riil, bilangan genap ganjil

sumbu X, sumbu Y, logaritma, trigonometri

aljabar, akar kuadrat, peluang, geometri.

Selama lima tahun angka-angka itu membuatku jemu

tujuh jam dalam sehari angka itu muncul di mataku

di malam hari angka itu datang lagi di mimpiku

oh, kumohon pergilah dari kepalaku!



Namaku Devi. Aku tak suka matematika.

tapi sekarang aku mengerti juga

tanpa matematika, tak akan ada bangunan semegah amphiteater Roma

tak akan ada mobil dan roda, tak ada mesin dan kipasnya.

tanpa matematika, bagaimana tabib memperhitungkan dosis penawar malaria?

tanpa matematika, manusia bahkan tak akan tau uang itu apa



Namaku Devi. Sepertinya kini aku suka matematika.

Aku terpesona dengan angka sembilan,

yang dikalikan berapapun hasilnya tetap sama saat dijumlahkan.

Aku senang saat menghitung kecepatan bus yang berjalan,

dan memperkirakan kapan aku sampai di tujuan.

Tanpa matematika, seumur hidup manusia kesulitan menerjemahkan alam semesta,

karena alam semesta berbicara bukan lewat kata, tapi lewat proporsi angka.

Karena matematika adalah dasar ilmu lainnya, yang membantu kita mengenal labirin-labirin jagat raya.



Aku suka ilmu matematika ini

Aku suka angka-angka ini.






Semarang, November 2013

oleh Devi Oktaviasari


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon...

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam...

i can't believe i have been three years here (part 2)

Chapter #2 : The Interview Maka dimulailah proses interview itu. Nina sms kalau di PT USG Pringapus banyak anak Stemba lain yang sedang interview seperti dirinya. Sementara saya? Interview bareng sama ibu-ibu dan anak jebolan kursus menjahit. Mereka melihat saya dengan tatapan ingin tau. Mungkin karena saya masih kecil? Atau kelihatan yang paling pede diantara mereka? Entah, mungkin alasan yang kedua. "Mbak'e mau ngelamar juga ya?" "Iya" "Dari tempat pelatihan mana?" "Oh enggak, saya dari sekolah kok. STM Pembangunan Semarang" "Disana ada jurusan menjahit?" Whoaaa... saya nggak ngelamar jadi operator jahitnya, Bu! On that first day, I was being interviewed with Dessy from recruitment. The interview in English. Yes, in English. It's easy. And then, she asked me to type a document in Microsoft Office. That's easy. After that, I was sent to another-cute-HRD-staff named Rizky. I call him cute because he is still...