Saya bukanlah penggemar fanatik Harry Potter.
Setidaknya, terlalu berlebihan menyebut saya demikian.
Ya, saya memang suka Harry Potter dan mengikuti perkembangan filmnya. Saya hafal sebagian besar karakternya, sebagian besar adegan di filmnya, dan kalaupun saya diminta untuk menceritakan kisah Harry Potter, dengan senang hati saya akan menjelaskannya buat kamu, terutama di bagian ending tentang kenapa tongkat Elder tidak bisa dipakai Voldemort untuk membunuh Harry.
Ya, saya paham semua cerita Harry Potter :D
Dan saya tau, saya bukan satu-satunya.
Saya punya beberapa teman yang ngefans sama Harry Potter, punya semua novelnya, membeli semua majalah yang menampilkan Harry Potter sebagai cover, punya kaos, buku notes, jam dinding dan merchandiser Harry Potter, bahkan selimutnya juga Harry Potter.
Saya sampai nggak berani ngitung berapa duit yang sudah dia keluarkan. Hehehehe :3
Dan saya tau, temen saya bukan satu-satunya.
There are some other persons who can afford many items about something that they adore. Ada mas-mas usia 27th yang ngefans sama superhero dan mengoleksi banyak action figure yang harganya jutaan. Ada cewek ABG yang saking ngefans-nya sama Super Junior dan pergi ke Jakarta untuk nonton Super Concert. Padahal, harga tiket Super Junior yang paling murah sekitar 1.5 jutaan. Belum lagi fans yang ngantri di bandara untuk menunggu kedatangan mereka, padahal saat itu bukan hari libur, yang artinya mereka seharusnya ada di sekolah.
Dan banyak cerita lain tentang orang-orang yang begitu memuja idola mereka. Anything to do.
Dalam beberapa pembahasan, kita menyebut orang-orang ini sebagai fanatik. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata fanatik memiliki arti :
==================
fanatik /fa·na·tik/ a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) thd ajaran (politik, agama, dsb): tokoh partai itu berada di tengah-tengah pengikutnya yg --;
- diambil dari : KBBI -
==================
Di Korea, para fans yang terlalu ekstrim dan terlalu fanatik ini disebut Sasaeng. Sasaeng ini bahkan arahnya sudah ke penguntit alias stalker. They could be a big trouble for Korean Idol. Ada yang menguntit mobil van Super Junior ke Bandara, sampai mengakibatkan mobil mereka kecelakaan gara-gara menghindari kejaran fans.
Yang paling parah adalah aksi Mark David Chapman, seorang fans fanatik John Lennon yang berujung pada kematian John. Si fans fanatik ini menembak John saat dia akan masuk ke gedung The Dakota, New York. Saat itu John Lennon baru saja kembali dari studio rekaman. Setelah membunuh, Mark bukannya nyesal atau histeris atau teriak. Dia cuma diam, dan saat polisi menangkapnya, dia bilang "Yes, I just shot John Lennon"
Gila ya?
Di Indonesia sendiri, sejak industri hiburan Indonesia diramaikan dengan musik K-Pop, J-Pop, Boyband, Girlband, dan acara musik ala Dahsyat dan Inbox sudah mulai terlihat munculnya fans fanatik.
Nama-nama seperti Super Junior, Big Bang, Shinee, SNSD, Wonder Girl, Cherrybelle, sampai JKT48 diteriakkan di mana-mana. Orang sudah tidak peduli mau mengeluarkan uang berapapun untuk nonton konser mereka, membeli kaos atau merchandise asli, bahkan memberikan kado saat si idola ulang tahun. Bikin perkumpulan atau fanbase yang rutin menggelar pertemuan untuk membahas tentang sang idola.
Fiuh... sampe segitunya?
Bagi orang yang nggak terlalu ngefans, mereka akan mengerutkan kening. Buat apa? Ngapain sih ngabisin duit 2 juta hanya untuk sebuah konser? Udah gitu desak-desakan pula. It's useless. Mending duitnya buat yang lain. Ya nggak?
Tapi bagi seorang fans, apalagi levelnya fanatik, hal-hal ini itungannya masih wajar. Namanya aja suka.
Salah satu temen kost saya punya temen dari Kudus yang ngefans banget sama J-Rocks dan nggak pernah absen nonton konser J-Rocks dimanapun. Kadang dia sampai absen masuk kerja untuk melihat idolanya manggung. Bersama fans J-Rock yang lain, mereka kadang pergi dengan menumpang truk atau mobil pickup. Sambil menunggu arena konser dibuka, mereka tiduran dan duduk di emperan kios. Kasihan ya? Tapi toh mereka enjoy.
Katanya, itu bukti loyalitas mereka pada sang idola ;)
Saya tidak pernah dan jelas nggak punya hak untuk melarang seseorang untuk ngefans sama artis tertentu. Silakan.
Justin Bieber bagi saya nggak lebih cool daripada Justin Timberlake. Tapi apakah gara-gara itu saya lantas mendamprat fans-nya Justin Bieber? Jelas enggak.
Biarkan aja mereka ngefans sama Justin Bieber atau siapapun, for any reasons. Asal nggak sampai melakukan hal ekstrim kayak penembakan John Lennon dulu.
Ngefans itu boleh, asal kita juga bisa mencuri beberapa hal positif dari si artis. Harry Potter mempengaruhi saya untuk belajar bahasa Inggris. Bahkan kalau boleh jujur, Harry Potter-lah yang bikin saya semangat belajar bahasa asing, bahkan menggali bakat saya di bidang bahasa. Pandji Pragiwaksono mengidolakan Dave Chappelle, dan mempengaruhi gaya standup-nya. Raditya Dika adalah fans Woody Allen, sehingga kreativitas dan karya-karya mereka memiliki nafas yang hampir sama. Agnes Monica juga mungkin ingin seperti Beyonce.....
Saya juga banyak menjumpai beberapa komunitas anak muda yang memuja seorang tokoh sejarah. Bung Karno, Tan Malaka, Munir, Gus Dur sampai Ernesto Guevara. Mereka menyerukan beberapa kutipan para tokoh itu, dan memakai kaos bergambar tokoh sejarah yang mereka agungkan.
Ngefans sama tokoh sejarah itu bagus, asal memang benar-benar menghayati peran dan perjuangan para tokoh. Syukur-syukur kalau bisa meneruskan perjuangan mereka. Jangan cuma pakai kaos karena ikut-ikutan dan biar disangka idealis, padahal waktu ditanya 'siapa Ernesto Guevara' ternyata dia nggak ngerti. Hehehe :P
Boleh-boleh aja ngefans dan mengeluarkan sejumlah uang untuk beli merchandiser artis. Selama itu uang halal dan uang kamu sendiri, kenapa enggak?
Tapi sebaiknya dipikir lagi, barang-barang seperti kipas, buku notes, poster, kaos, penghapus, itu bakal diperlukan lagi nggak? Kalau cuma beli dan menuhin kamar, buat apa? Ujung-ujungnya juga bakal dibuang. Atau mungkin dijual lagi, dengan harga yang jauuuuhhh..lebih murah. Rugi kan?
Oh, ada satu lagi, saya pernah lihat beberapa komunitas pecinta sebuah boyband Korea sampai mengkoordinir anggota-anggotanya untuk memberi hadiah bagi anggota boyband yang lagi ulangtahun. Beberapa fans ada yang mengirimkan baju, mengirim topi, bahkan mereka sampai merogoh uang tabungan untuk membeli parfum sebagai hadiah bagi idolanya.
Sampai segitunya?
Saya mah ogah. Walaupun 23 Juli si Daniel Radcliffe ulangtahun, saya nggak mau repot-repot ngasih kado ke dia. Buat apa? Toh Daniel punya jutaan fans di seluruh dunia kan? Kalaupun saya ngirim hadiah, hadiah itu akan tertimbun oleh jutaan kado lain yang dikirimkan ke Daniel. Hadiah yang dikirimkan ke Daniel itu akan diterima oleh managernya, dan jelas akan di-sortir dulu sebelum diberikan sama Daniel.
Lagian Daniel dan artis-artis dunia itu kan udah kaya banget. Masak beli parfum aja nggak mampu sih.....
Setidaknya, terlalu berlebihan menyebut saya demikian.
Ya, saya memang suka Harry Potter dan mengikuti perkembangan filmnya. Saya hafal sebagian besar karakternya, sebagian besar adegan di filmnya, dan kalaupun saya diminta untuk menceritakan kisah Harry Potter, dengan senang hati saya akan menjelaskannya buat kamu, terutama di bagian ending tentang kenapa tongkat Elder tidak bisa dipakai Voldemort untuk membunuh Harry.
Ya, saya paham semua cerita Harry Potter :D
Dan saya tau, saya bukan satu-satunya.
Saya punya beberapa teman yang ngefans sama Harry Potter, punya semua novelnya, membeli semua majalah yang menampilkan Harry Potter sebagai cover, punya kaos, buku notes, jam dinding dan merchandiser Harry Potter, bahkan selimutnya juga Harry Potter.
Saya sampai nggak berani ngitung berapa duit yang sudah dia keluarkan. Hehehehe :3
Dan saya tau, temen saya bukan satu-satunya.
There are some other persons who can afford many items about something that they adore. Ada mas-mas usia 27th yang ngefans sama superhero dan mengoleksi banyak action figure yang harganya jutaan. Ada cewek ABG yang saking ngefans-nya sama Super Junior dan pergi ke Jakarta untuk nonton Super Concert. Padahal, harga tiket Super Junior yang paling murah sekitar 1.5 jutaan. Belum lagi fans yang ngantri di bandara untuk menunggu kedatangan mereka, padahal saat itu bukan hari libur, yang artinya mereka seharusnya ada di sekolah.
Dan banyak cerita lain tentang orang-orang yang begitu memuja idola mereka. Anything to do.
Dalam beberapa pembahasan, kita menyebut orang-orang ini sebagai fanatik. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata fanatik memiliki arti :
==================
fanatik /fa·na·tik/ a teramat kuat kepercayaan (keyakinan) thd ajaran (politik, agama, dsb): tokoh partai itu berada di tengah-tengah pengikutnya yg --;
- diambil dari : KBBI -
==================
Di Korea, para fans yang terlalu ekstrim dan terlalu fanatik ini disebut Sasaeng. Sasaeng ini bahkan arahnya sudah ke penguntit alias stalker. They could be a big trouble for Korean Idol. Ada yang menguntit mobil van Super Junior ke Bandara, sampai mengakibatkan mobil mereka kecelakaan gara-gara menghindari kejaran fans.
Yang paling parah adalah aksi Mark David Chapman, seorang fans fanatik John Lennon yang berujung pada kematian John. Si fans fanatik ini menembak John saat dia akan masuk ke gedung The Dakota, New York. Saat itu John Lennon baru saja kembali dari studio rekaman. Setelah membunuh, Mark bukannya nyesal atau histeris atau teriak. Dia cuma diam, dan saat polisi menangkapnya, dia bilang "Yes, I just shot John Lennon"
Gila ya?
Di Indonesia sendiri, sejak industri hiburan Indonesia diramaikan dengan musik K-Pop, J-Pop, Boyband, Girlband, dan acara musik ala Dahsyat dan Inbox sudah mulai terlihat munculnya fans fanatik.
Nama-nama seperti Super Junior, Big Bang, Shinee, SNSD, Wonder Girl, Cherrybelle, sampai JKT48 diteriakkan di mana-mana. Orang sudah tidak peduli mau mengeluarkan uang berapapun untuk nonton konser mereka, membeli kaos atau merchandise asli, bahkan memberikan kado saat si idola ulang tahun. Bikin perkumpulan atau fanbase yang rutin menggelar pertemuan untuk membahas tentang sang idola.
Fiuh... sampe segitunya?
Bagi orang yang nggak terlalu ngefans, mereka akan mengerutkan kening. Buat apa? Ngapain sih ngabisin duit 2 juta hanya untuk sebuah konser? Udah gitu desak-desakan pula. It's useless. Mending duitnya buat yang lain. Ya nggak?
Tapi bagi seorang fans, apalagi levelnya fanatik, hal-hal ini itungannya masih wajar. Namanya aja suka.
Salah satu temen kost saya punya temen dari Kudus yang ngefans banget sama J-Rocks dan nggak pernah absen nonton konser J-Rocks dimanapun. Kadang dia sampai absen masuk kerja untuk melihat idolanya manggung. Bersama fans J-Rock yang lain, mereka kadang pergi dengan menumpang truk atau mobil pickup. Sambil menunggu arena konser dibuka, mereka tiduran dan duduk di emperan kios. Kasihan ya? Tapi toh mereka enjoy.
Katanya, itu bukti loyalitas mereka pada sang idola ;)
Saya tidak pernah dan jelas nggak punya hak untuk melarang seseorang untuk ngefans sama artis tertentu. Silakan.
Justin Bieber bagi saya nggak lebih cool daripada Justin Timberlake. Tapi apakah gara-gara itu saya lantas mendamprat fans-nya Justin Bieber? Jelas enggak.
Biarkan aja mereka ngefans sama Justin Bieber atau siapapun, for any reasons. Asal nggak sampai melakukan hal ekstrim kayak penembakan John Lennon dulu.
Ngefans itu boleh, asal kita juga bisa mencuri beberapa hal positif dari si artis. Harry Potter mempengaruhi saya untuk belajar bahasa Inggris. Bahkan kalau boleh jujur, Harry Potter-lah yang bikin saya semangat belajar bahasa asing, bahkan menggali bakat saya di bidang bahasa. Pandji Pragiwaksono mengidolakan Dave Chappelle, dan mempengaruhi gaya standup-nya. Raditya Dika adalah fans Woody Allen, sehingga kreativitas dan karya-karya mereka memiliki nafas yang hampir sama. Agnes Monica juga mungkin ingin seperti Beyonce.....
Saya juga banyak menjumpai beberapa komunitas anak muda yang memuja seorang tokoh sejarah. Bung Karno, Tan Malaka, Munir, Gus Dur sampai Ernesto Guevara. Mereka menyerukan beberapa kutipan para tokoh itu, dan memakai kaos bergambar tokoh sejarah yang mereka agungkan.
Ngefans sama tokoh sejarah itu bagus, asal memang benar-benar menghayati peran dan perjuangan para tokoh. Syukur-syukur kalau bisa meneruskan perjuangan mereka. Jangan cuma pakai kaos karena ikut-ikutan dan biar disangka idealis, padahal waktu ditanya 'siapa Ernesto Guevara' ternyata dia nggak ngerti. Hehehe :P
Boleh-boleh aja ngefans dan mengeluarkan sejumlah uang untuk beli merchandiser artis. Selama itu uang halal dan uang kamu sendiri, kenapa enggak?
Tapi sebaiknya dipikir lagi, barang-barang seperti kipas, buku notes, poster, kaos, penghapus, itu bakal diperlukan lagi nggak? Kalau cuma beli dan menuhin kamar, buat apa? Ujung-ujungnya juga bakal dibuang. Atau mungkin dijual lagi, dengan harga yang jauuuuhhh..lebih murah. Rugi kan?
Oh, ada satu lagi, saya pernah lihat beberapa komunitas pecinta sebuah boyband Korea sampai mengkoordinir anggota-anggotanya untuk memberi hadiah bagi anggota boyband yang lagi ulangtahun. Beberapa fans ada yang mengirimkan baju, mengirim topi, bahkan mereka sampai merogoh uang tabungan untuk membeli parfum sebagai hadiah bagi idolanya.
Sampai segitunya?
Saya mah ogah. Walaupun 23 Juli si Daniel Radcliffe ulangtahun, saya nggak mau repot-repot ngasih kado ke dia. Buat apa? Toh Daniel punya jutaan fans di seluruh dunia kan? Kalaupun saya ngirim hadiah, hadiah itu akan tertimbun oleh jutaan kado lain yang dikirimkan ke Daniel. Hadiah yang dikirimkan ke Daniel itu akan diterima oleh managernya, dan jelas akan di-sortir dulu sebelum diberikan sama Daniel.
Lagian Daniel dan artis-artis dunia itu kan udah kaya banget. Masak beli parfum aja nggak mampu sih.....
Komentar
Posting Komentar