Langsung ke konten utama

Sabtu di Karangayu (part.3)

Sudah lebih dari 1 bulan sejak pertemuan terakhir, dan saya kangen sama anak-anak PAUD ini.
Kangen sama ramainya mereka, kangen sama polah mereka, kangen ekspresi polos mereka.

Oh, how I miss their hysteria. Gemes dan kangen buaangeeeettt!

*Ehem. Maafkan untuk ke-unyu-an yang baru saja terjadi.

Bayu akhirnya mengajak saya lagi pada pertemuan ketiga di PAUD Cendekia. Harusnya sih sesuai kesepakatan pertama, saya cuma datang dua kali : tanggal 1 dan 8 Februari.

Harusnya, tanggal 15 Februari akan diisi dengan lomba mewarnai yang dipandu oleh pasukan KKN sendiri.

Dan harusnya, saya nggak bisa membantu di sesi ke-3 karena nggak bisa izin pulang awal tanggal 15 Februari.

Dan harusnya lagi, saya bilang tidak waktu Bayu bertanya apakah saya bisa mengisi lagi.

Tapi realitas berkata lain. Sebagai teman yang baik dan berbudi mulia, saya menjawab "Ya" waktu Bayu bertanya apakah bisa datang lagi pada hari Sabtu tanggal 15 Februari.
Saya tegaskan ke Bayu bahwa saya nggak bisa izin pulang awal lagi. Itu artinya, pukul 15.15 saya baru meninggalkan ruangan. Pukul 16.15 baru tiba di Banyumanik. Pukul 16.45 tiba di lokasi PAUD.

"Nggakpapa, Dwi mau jemput katanya" jawab Bayu via Whatsapp messenger.
Dwi yang dimaksud disini adalah Dwi Yulianto, salah satu teman KKN juga. Dwi ini orang yang dulu pernah memakaikan jaket untuk saya di hari pertama saya tiba di PAUD.
Ahh... Dwiii..., kamu emang so sweet banget deh.

*Ehem. Sekali lagi maaf atas ke-unyuan yang baru saja terjadi.


Kembali ke cerita.

Hari Sabtu tanggal 15 Februari, Dwi menjemput saya di pasar Karangjati. Pukul 14.50 dia sudah standby.
Sementara saya? Molor.
Pukul 15.15 yang aturan udah harus pulang dan menemui Dwi, jadi telat karena..... sholat. Dan ganti jilbab.
Saya sampai di Karangjati pukul 15.45, yang artinya membuat Dwi menunggu satu jam. Iya bener. Satu jam.

Bener-bener si Nona Telat kau Dev -__-

(Trust me, I feel sorry for this. Walaupun Dwi berkali-kali bilang 'nggakpapa' dan Bayu bilang 'santai aja. Acara mulai pukul 5' tapi rasanya masih nggak enak banget)

Sampai di Posko KKN, ternyata Isti dan Mba Endhar lagi bikin hiasan dinding dari origami kupu-kupu yang dulu dibikin sama Bayu.
Bagus deh ^_^

j






Karena waktunya udah mepet pukul 17.00, kami langsung menuju ke lokasi PAUD. Dan disana, anak-anak PAUD itu lagi berbaris sambil berhitung.
Sama seperti pertemuan pertama dan kedua, mereka langsung menoleh saat kami datang.

Sama seperti pertemuan pertama, kami mengawalinya dengan berdoa.

"Yang datang cuma sedikit, soalnya hujan" kata Bunda pembimbing PAUD.

Saya udah hapal beberapa nama mereka. Hari itu ada Riza, Nabila, Izza, Lala, Haura, Lala, Baim, Arya, Rafa, Ravi, Raka, dan tentu saja si pipi chubby yang dari awal langsung bikin saya gemes : Rahman.

"Yee... tepuk tangan karena Mba Devi udah hafal nama kalian" kata saya, kemudian memperkenalkan beberapa teman KKN yang saat itu hadir.

"Kalian udah kenal belum sama kakak-kakak yang disini? Itu kakak yang dibelakang namanya Mas Surya. Bilang halo sama Mas Surya"

Surya yang lagi mainan hape di pojokan dekat lemari mendongak. Kaget karena tiba-tiba namanya disebut. Lalu senyum canggung dan melambai.

"ohh Mas Gendut..." celetuk salah satu ibu-ibu.

Setelah memperkenalkan 'mas Gendut', saya menunjuk Bayu, Rahmat dan Isti yang sedang menata properti.

"Itu yang lagi megang kamera namanya Mas Rahmat, yang tinggi namanya Mas Bayu, yang lucu namanya Mbak Isti"

Kata-kata saya disambut oleh lambaian tangan anak-anak PAUD yang melambai dan berseru lirih "Halo Mas Rahmat, halo Mas Bayu, halo Mbak Isti..."

Walaupun sudah pertemuan ketiga, tapi mereka masih malu-malu dan pasif. Semuanya. Kecuali satu anak.

"HHAALLLOOO!!!!!"

Anak yang berteriak ini namanya Arya. Dari awal kami datang, dia memang agak hiperaktif. Saat kami menjelaskan, dia sering jalan kemana-mana. Hehehehe

Nggakpapa lah, yang penting rame.

"Oke, hari ini Mbak Devi mau ngajak kalian mewarnai. Mau nggak?" tanya saya membuka acara.

"Mauuuuu...!" kata sebagian anak. Sebagian lainnya menjawab "Yeeee!!!" dan sisanya cuma diam memandangi saya. Mungkin mereka berpikir : kenapa orang ini datang lagi? Hehehe

Bayu dan Isti membantu Bunda pembimbing mengambil beberapa krayon dari lemari. Sementara saya, Surya dan Rahmat menata meja dan bangku-bangku mungil. Teman-teman KKN lain belum menyusul.

Kami membagikan krayon kepada setiap anak, lalu membagikan kertas putih bergambar kartun Melody. Bukan Melody si member JKT48, tapi Melody temennya Hello Kitty. Tau kan? Masak nggak tau? Idih.

Sebelum berangkat ke PAUD, saya sempat menjelaskan ke anggota KKN tentang acara lomba mewarnai. Aturan mainnya : anak-anak akan mulai mewarnai sesuai dengan warna yang diinstruksikan. Kalau kita bilang "merah" berarti mereka harus mengambil krayon merah dan mewarnai bagian yang kita tunjuk, misalnya bagian kepala. Kalau sudah, kertas itu digeser ke teman selanjutnya, dan kita sebut warna lain misalnya "biru" dan anak-anak PAUD itu akan mewarnai bagian yang kita tunjuk. Lalu kertas digeser lagi. Begitu seterusnya. Jadi nggak ada satu kertas yang diwarnai oleh orang yang sama. Anak-anak akan belajar mewarnai dan sedikit 'merapikan' pekerjaan teman sebelumnya yang memulas gambar dengan tidak rapi.

So far, rencananya kedengaran oke.

But again... eventhough the plan seems okay, but the reality can be totally different.

Setelah anak-anak itu duduk mengitari meja dan mendapat kertas bergambar, mereka mulai membolak-balik kertas dan meraih krayon untuk mewarnai.

"Eh, eh, eh... letakkan dulu krayonnya ya. Kita belum mulai. Gambarnya nggak boleh diwarnai dulu" kata saya. Oke, tenang. Everything is undercontrol, kata saya dalam hati.

Isti membantu saya mendampingi anak-anak. "Ayo, kita tulis nama dulu di kertas ya"





Saya, Isti, dan Bunda pembimbing berkeliling untuk membantu menuliskan nama anak-anak di sudut kanan atas.

"Sudah siap semua? Oke, kita mulai ya. Semuanya ambil krayon warna merah!" kata saya sambil mengacung-ngacungkan krayon warna merah. Anak-anak itu mulai mengutak-atik kotak krayon dan mencari warna merah. Seperti yang kami harapkan.

Tapi kemudian, ibu - ibu mereka (yang tadinya duduk di sisi ruangan) mendadak duduk dibelakang anak-anak mereka dan...... ikut membantu anak mereka mewarnai.

Seorang ibu-ibu berjilbab meng-assit anak perempuannya. "Ayo, yang sebelah sini dirapikan lagi. Pelan-pelan. Warnanya jangan sampai keluar garis"

Selain dia, ada lagi ibu-ibu berkaos krem yang juga membantu anaknya. "Megang krayonnya kayak gini. Cara mewarnainya begini"

Bahkan ada ibu-ibu (atau saudara mereka) yang mewarnai gambar anaknya. Padahal kan harusnya si anak-lah yang mewarnai.

Aahh, they ruined the show :(

Si ibu-ibu berjilbab yang meng-assit anak perempuannya sepertinya berambisi membuat anaknya menang di lomba mewarnai ini. Saat anak-anak PAUD lain sudah selesai mewarnai bagian kepala, anak perempuannya masih berkutat karena takut warnanya keluar garis. Lama deh.



Akhirnya permainan pun dirubah. Kami tidak jadi meminta mereka untuk menggeser kertas dan memberikannya pada teman sebelahnya.

"Yang sudah selesai, silahkan ambil warna oranye" kata saya.

Tak jauh dari tempat saya berdiri, si ibu-ibu berjilbab masih membisiki anaknya "Nggakpapa, nggakpapa. Pelan-pelan saja. Ini diselesaikan dulu"

Sungguh orangtua yang ambisius.

Anak-anak lain mewarnai sesuai instruksi saya. Warna oranye, warna hijau, warna biru. Ketika semua selesai (si anak perempuan dengan ibu-ibu berjilbab tentu saja agak ketinggalan) saya meminta Bayu dan Isti untuk menentukan pemenang 1, 2, dan 3.

"Kita udah nyediain hadiah banyak kan? Kita panggil juara 1, 2, 3 lalu anak-anak lain kita panggil satu-satu dan kita kasih hadiah yang lain" kata saya.

Ternyata ada untungnya juga saat peserta yang datang hanya sedikit. Setidaknya mereka semua bakalan kebagian hadiah.

Sambil menunggu temen-temen KKN menentukan pemenang, saya mengajak anak-anak itu untuk permainan Marina-Menari-Menara. Saya ingat lagu ini pernah diajarkan saat mengikuti pelatihan MC bersama Bu Betty Bagiawati, mantan pembaca berita di TVRI.

"Kalau Mba Devi bilang Menari, tangannya diputar ke samping. Kalau mba Devi bilang Menara, tangannya ditaruh diatas. Bisa?"






Mereka semua berdiri, lalu bergerak mengikuti kata-kata saya. "Menari!" maka tangan mereka direntangkan ke samping. "Menara!!" dan tangan mereka serentak ditegakkan ke atas. Kadang-kadang saya menguji mereka.

"Aku ingin pergi ke Menaaa........ri!" hehehe... dikiranya saya mau ngomong menara, padahal saya bilang menari.

"Mana ada kalimat aku ingin pergi ke menari" protes Bunda pembimbing.

Hehehehe.. namanya juga jebakan Bu :D

Teman-teman KKN yang lain mulai berdatangan saat saya sedang memandu mereka dengan nyanyian "Marina menari di menara, di menara Marina menari..."

Dasarnya emang saya lagi pilek, suara bindeng dan serak, eh malah dipakai nyanyi. Rasanya kayak kecekik. Untung suara saya yang aduhai anehnya itu tidak membuat anak-anak ini pingsan. Hehehehe

Bayu dan Isti kemudian memberi isyarat kalau mereka sudah menentukan pemenang lomba mewarnai. Here are the winners :




Yang jadi juara 1 tentu saja si anak perempuan yang paling kiri (dan paling ginuk-ginuk itu, hehehe). Obvious banget kan? Padahal rasanya nggak rela juga sih. Habisnya dia mewarnai dibawah tekanan ibunya sih. Kesannya nggak natural gitu.

Sebagai tambahan juara, kami memilih Arya, karena dia yang paling semangat saat mewarnai. Kalau ditanya, suara Arya yang paling keras.

Satu per satu anak-anak itu saya panggil, saya serahkan hasil pewarnaan mereka dan diberi hadiah. Hadiah yang kami berikan pada anak-anak ini terdiri dari beberapa mainan, yang diberikan oleh dosen pembimbing mereka. Mainan-mainan itu adalah lungsuran dari anaknya si dosen. Tidak baru, tapi masih bagus. Ada boneka barbie, ada alat masak-masakan, ada robot-robotan. Isti membungkusnya pakai plastik bergambar.


yang paling saya kangenin : Rahman (yang sebelah kiri) pipinya bikin gemes!





Demikianlah. Maka pemberian materi di PAUD Cendekia pun usai. Time to say Sayonara.

Biar dramatis, saya memperagakan ekspresi sedih ala kartun. Itu lho, ekspresi manyun sambil kucek-kucek mata. Biar dikira mau nangis. Padahal... ya emang  pengen nangis. Huhuhuhu... time flies so fast.

"Semua udah dapat hadiah? Seneng nggak? Hari ini adalah hari terakhir Mbak Devi ngajar kesini. Minggu depan Mbak Devi udah nggak kesini lagi ya"

Bunda pembimbing dan beberapa teman KKN berkata "ooohhh"

"Kalau mbak Devi bikin salah, mau maafin mbak Devi nggak?"

Beberapa ibu-ibu bilang "dimaafkan", sementara anak-anak PAUD itu masih memandang saya.

"Kalau mbak Devi sering marah-marah, sering galak juga, mbak Devi minta maaf ya.
Mbak Devi selama ini galak nggak dek?"

"Ndak galak" kata ibu-ibu. "Galak gimana, wong selalu ngasih hadiah terus kok" tambah Bunda pembimbing.

Hihihihihi.... mereka belum tau kalau dalam keadaan paling krisis, saya bisa berubah jadi singa, mengeluarkan cakar, menunjukkan taring, kemudian....... oh sudahlah.

"Mbak Devi pamit dulu ya. Mbak Devi mau pulang. Minggu depan belajarnya nggak sama Mbak Devi lagi. Belajarnya sama Bunda pembimbing. Oke? Kapan-kapan main ke tempat Mbak Devi, di Genuk sana. Nanti takkasih hadiah lagi. Hehehehe...."

Kami menyanyikan lagu "Sayonara... sayonara.... sampai berjumpa lagi...."

Hmm... baru mau pamitan aja udah kangen sama suara mereka T_T

Kami siap-siap berdoa, membaca surat Al-ashr bersama-sama ketika Rahman, peserta favorit saya masih saja lari-lari.

Saya mencoba menangkapnya, lalu mendudukkan dia dan memposisikan tangan dia seperti berdoa. Dia menatap saya dengan tatapan innocent. Ah, bocah ini memang jago bikin gemas :)

Aww.... Rahman is so hyperactive

Dengan selesainya kami berpamitan dan menyalami Bunda pembimbing, maka secara de facto dan de jure (apaan sih) kontrak saya selesai sudah. Saya menyalami satu per satu anggota KKN. Waktu berpamitan dengan Dwi, dia bilang "ih, suaranya jadi kayak kodok, hehehe...." sambil tersenyum lebar.

Tentu saja, Dwi. Suara kodok yang seksi kan? Ah, andai dia tau yang sebenarnya. Andai dia tau apa yang saya harapkan.

Saya menyalami Mba Endhar, Mas Munasir, Mas Hadi, Mba Isti, Mba Muji, Mas Pungki, Mba Debbi, Mas Surya, dan terakhir Mas Rahmat yang hapenya kembaran sama punya saya.

"Ati-ati ya, teman Galaxy Ch@t", katanya. Hehehehe.... Bisa aja. Padahal dulu saya-lah yang manggil dia 'Mas Galaxy Ch@t', soalnya dulu belum tau namanya sih :D

Bayu mengantar saya pulang. Sebelum pulang, dia mengajak saya makan. Saya milih makan nasi goreng.

"Tapi mampir ke kost-nya ponakanku dulu ya"

Dari posko KKN, Bayu membawa saya ke daerah Broto..Broto.. apa gitu. Jalannya berliku-liku. Yang jelas saya nggak akan ingat. Mungkin karena terlalu banyak belokan, atau karena saya lagi lapar banget. Toh tetep aja, meski dalam keadaan selapar-laparnya, saya berusaha tetep cool di depan Bayu.

Tindakan yang konyol sekali -__- Padahal sebenernya perut saya udah laper banget. Istilahnya bukan perut keroncongan lagi, tapi udah heavy metal.

Karena nggak berhasil menemukan warung nasi goreng (mungkin karena saya terlalu fokus sama cerita Bayu) akhirnya kami makan bakso.
Nggak masalah. Bakso berada di urutan kedua makanan favorit Devi. Heu heu heu..

Sambil makan bakso (eniwei, nama warung baksonya adalah Bakso Kota. Letaknya di daerah Gayamsari, Semarang. Silakan kalo mau nyoba. Enak lho) kami ngobrol. Dari mulai rencana wisuda Bayu, rambut dia yang mulai panjang, sampai wajah Ratih Purwasih dan Mariah Carey yang ternyata mirip.
Topik obrolan kami melompat-lompat. Randomly spoken, but continually.

Bayu menyelesaikan makannya lebih cepat dari saya. "Udah kebiasaan sih, soalnya kalo pas kerja kan waktu istirahatnya cepet banget"

Pantesan. Kerja di jasa perbankan memang menuntut fleksibilitas sih ya. "Kalau terlalu lama istirahat, kan kasian temen kita yang istirahatnya setelah kita"

Oke. Nuff said. Saya mulai mempercepat makan saya. "Nggak usah buru-buru" kata Bayu.

Maka obrolan pun berlanjut lagi. That was one of the moment when I can satisfully see his figure and his smile.

Entah karena terlalu excited bisa makan berdua sama Bayu, atau karena merasa kenyang, atau karena lega bahwa Bayu berbaik hati membayari makanan kami, malam itu saya jadi gagu. Stok cerita saya nggak sebanyak biasanya.

"Ayo Dev, cerita lagi" kata Bayu sambil berkendara.

"Nanti Mas Bayu bosan"

"Enggak lah. Ayo cerita"


People say time flies when you're having fun, but so slow when you're damnly bored. Well.. to be honest, malam itu saya nggak merasakan dua-duanya. Saya merasa waktu berhenti. Seolah-olah sang Waktu menurunkan jangkarnya dan berhenti berlayar. Dunia sekitar terasa semu. Semuanya semu. Kecuali motor Revo warna merah yang tetap melaju.

Ehem. Agak melankolis dan gombal. But that's true, you know.

Sampai akhirnya, gara-gara keasyikan cerita kami jadi kebablasan. Gang rumah saya sampai terlewat, dan Bayu akhirnya putar haluan lagi. Hehehehe

Malam itu, saya merasa bisa melihat Serenity dan Endimion di angkasa. Mereka melihat kami.


Oh satu lagi.

Siapapun yang bilang kalau mengajar anak PAUD itu gampang, kalian sotoy abis.
Ngajar anak PAUD itu butuh kesabaran ekstra. Ngajar anak PAUD itu s-u-s-a-h.

Susah, tapi bukan berarti nggak bisa.

^_^

Semoga di hari-hari mendatang saya bisa menyambangi mereka, bocah-bocah PAUD Cendekia itu.
Mereka terlalu manis untuk dilupakan.
Mereka terlalu menggemaskaaaann! ahh, how I miss themm!!
*Lah, udah mulai unyu lagi*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam