Langsung ke konten utama

Mengenal Rating Film

Ini postingan yang ke-83.

Let's talk something essential in movies : Movie Rating.

Saya suka nonton film, dan bagi kamu yang juga suka nonton pasti kamu sering mendengar kata rating ini.

Apa itu rating?

Secara bahasa, Rating berarti klasifikasi, pengelompokan atau pemberian peringkat based on a comparative assessment of their quality, standard, or performance.
Yang akan saya bahas ini adalah pemberian rating film berdasarkan isi filmnya dan kelayakannya untuk ditonton bersama keluarga dan anak-anak.

Kalau kamu tertarik membaca detailnya, please visit :MPAA official site .

Ini adalah situs resminya Motion Picture Association of America (MPAA), sebuah perkumpulan yang mewakili enam studio besar Hollywood.

Dan.... inilah jenis-jenis rating yang dipakai di perfilman Amerika, yang sering dipakai juga sebagai patokan rating film lainnya: 


G — General Audiences. All Ages Admitted


Film yang mendapat rating G atau General Audience tidak mengandung sesuatu yang berbahaya atau terlarang. Tema yang diusung adalah tema yang bisa dinikmati siapapun, tidak rasis, tidak ada penggunaan bahasa kasar, tidak ada nudity, seks, kekerasan yang mencolok, atau hal-hal semacamnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya SU atau Semua Umur.

Film yang diberi rating General Audience bukan berarti bisa diterjemahkan sebagai film anak-anak dan murni kekanak-kanakan. Terkadang ada juga sepotong - dua potong bahasa yang kurang sopan, namun dianggap biasa dalam percakapan sehari-hari. Tidak ada kata-kata kasar yang sangat sarkastis. Penggambaran adegan kekerasan jumlahnya minimalis. Begitu pula adegan drugs use (penggunaan obat-obatan).

Contoh-contoh film dengan rating General Audience adalah :

- Gnomeo and Juliet (Disney, 2011)
- Finding Nemo (Disney Pixar, 2003)
- Wall-E (Disney Pixar, 2008)
- Charlotte’s Web (Walden Media / Kerner Ent, 2006)
- Princess Diaries 2 : Royal Engagement (Walt Disney, 2004)
- Ice Age 2 : the Meltdown (Fox Picture, 2006)
- Toy Story, tentu saja :-)

Ngomong-ngomong, film Harry Potter pertama : Harry Potter and The Sorcerer’s Stone juga mendapar rating General Audiences, before it went darker in it’s 3rd movie.

 
PG - Parental Guidance Suggested





Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya BO atau Bimbingan Orangtua. Sesuai keterangan pada logo diatas "Some Material May Not Be Suitable For Children", film-film dengan Rating PG harus diperiksa dulu oleh orangtua sebelum mengizinkan anak mereka menonton. Dalam daftar, rating PG mengindikasikan adanya tema atau isi film yang tidak cocok bagi anak-anak. Dan kalau memang ada tema yang keras, orangtua sekiranya harus membuat keputusan.

Semakin banyak tema-tema dewasa dalam film tersebut, semakin besar kemungkinan film itu dilabeli rating PG, misalnya ada kata-kata tidak senonoh (profanity) dan adegan kekerasan, atau adegan telanjang (walaupun hanya sebentar, or we call it as brief nudity). Tidak ada konten tentang penggunaan obat-obatan di film yang ber-rating PG. Tapi sebenarnya, these elements are not deemed so intense as to require that parents be strongly cautioned beyond the suggestion of parental guidance.

Contoh - contoh film luar dengan rating PG antara lain :

Percy Jackson and The Olympians : The Lightning Thief
--> film si ganteng Logan Lerman ini diberi rating PG oleh MPAA, simply because it contains action violence and peril, some scary images and suggestive material, and mild language.

Percy Jackson Sea Of Monsters
--> sama seperti film sebelumnya, Sea of Monster mendapat rating PG karena mengandung adegan kekerasan dan fantasy action, beberapa gambar seram (contohnya si Banteng Colchis yang menyerang camp Half Blood) and mild language

Life of Pi
--> film adaptasi dari novel bestseller Yann Martel yang disutradarai oleh Ang Lee ini seluruhnya memiliki konten tematik tentang spiritualitas dan ketuhanan, serta rangkaian action menyeramkan (adegan harimau Bengal yang menerkam), dan aksi berbahaya (peril) yang tidak cocok bagi anak-anak.

Hotel Transylvania

--> Walaupun dikemas dalam format film animasi, MPAA memberikan rating PG pada film yang diisi suaranya oleh Adam Sandler dan Selena Gomes ini, karena mengandung beberapa humor kasar, action dan gambar yang menyeramkan bagi anak-anak.

Hugo
--> film dari Paramount Pictures arahan sutradara kawakan Martin Scorcese dan bintangi oleh Chloe Gretz-Moretz ini dinilai mengandung mild thematic material atau beberapa unsur tematis ringan, beberapa tindakan berbahaya dan adegan merokok (smoking scene). Tokoh utamanya adalah Hugo Cabret yang diperankan oleh Asa Butterfield, seorang anak 12 tahun yang berbakat dalam memperbaiki beberapa jam di stasiun. Settingnya sendiri adalah kota Paris tahun 1931.

August Rush
--> Salah satu film keluarga favorit saya (^_^) dibintangi oleh aktor imut yang mulai beranjak dewasa, Freddie Highmore sebagai Evan Taylor yang kemudian berganti nama menjadi August Rush setelah dirinya ditemukan oleh musisi jalanan Maxwell "Wizard" Wallace (diperankan oleh Robin Williams). Film yang indah dan menyentuh, namun mendapat rating PG-13 since it has some thematic elements, mild violence and language yang kurang cocok untuk anak-anak.



PG-13 — Parents Strongly Cautioned. Some Material May Be Inappropriate For Children Under 13

 


 




Rating PG-13 boleh dikatakan sebagai peringatan yang lebih buruk (a sterner warning) dari dewan Rating MPAA supaya orangtua benar-benar selektif menentukan apakah anak yang berusia dibawah 13tahun boleh menonton suatu film, karena beberapa materi film tidak cocok bagi mereka. Film dengan rating PG-13 biasanya mengandung tema, kekerasan, telanjang (nudity), sensualitas, bahasa dan gambar-gambar dewasa yang lebih berbahaya daripada film-film dengan rating PG, walaupun tidak sampai menjadikan film itu diberi label Restricted.

Tema-tema tertentu yang diusung sebuah film tidak lantas menjadikan film itu diberi rating lebih dari PG-13. Pertimbangan memberi rating PG-13 justru diberikan pada kemunculan gambar-gambar kekerasan atau tema dewasa, yang kadang jika terlalu ekstrim akan dimasukkan ke rating Restricted. Adegan-adegan tentang drug use (penggunaan obat-obatan) akan membuat film itu diberi rating PG-13. Beberapa adegan nudity yang sering muncul juga akan dilabeli PG-13, walaupun adegan-adegan nudity di filmnya bukanlah adegan nudity yang dilanjutkan ke adegan seks.

Film dengan rating PG-13 juga terkadang masih mengandung unsur kekerasan, tapi secara umum adegan kekerasan itu tidak realis (terlalu fiktif dan khayal), tidak ekstrim atau kekejaman yang terlampau sadis. Penggunaan bahasa dan kata-kata kasar atau berkonteks seksual setidaknya juga akan membuat film itu diberi rating PG-13. Jika terlalu banyak kata seruan kasar dan berkonteks seksual, ratingnya sudah bukan PG-13 lagi, tapi bisa sampai Restricted.

Meskipun demikian, Dewan pemberi rating akan memberikan rating PG-13 berdasarkan special vote dari suara terbanyak (dua per tiga) dari seluruh anggota mereka. Para Raters (pemberi rating) merasa bahwa sebagian besar orangtua di Amerika percaya bahwa rating PG-13 sudah layak dan representatif untuk menjelaskan bahwa sebuah film mengandung konteks-konteks negatif untuk anak-anak dibawah 13tahun. Pada kenyataannya, sebenarnya masih banyak para orangtua yang belum menangkap konten-konten yang inappropriate yang disajikan dengan tidak menyolok di dalam film.

Contoh film dengan rating PG-13 adalah :

The Mortal Instrument : City of Bones

--> film ini diangkat dari novel Cassandra Clare dan dibintangi oleh Lily Collins (yes, she is Phill Collins' daughter), MPAA memberinya rating PG-13 untuk adegan-adegan kekerasan, pertarungan, kekejaman, aksi fantasi yang cukup intens, and some suggestive content

Dark Skies
--> This was a horror movie that I missed to see. Rating PG-13 diberikan untuk adegan-adegan kekerasan, ketakutan, teror (they call it terrorthroughout), beberapa adegan seksual, penggunaan obat-obatan, dan bahasa kasar yang semuanya melibatkan remaja.

The Host
--> The Host diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Stephenie Meyer yang juga mengarang tetralogi Twilight. Terdapat beberapa adegan sensual dan kekerasan. No wonder. Saya sendiri sudah menonton film ini 29 Maret 2013 lalu dan setuju kalau film ini diberi rating PG-13. Ada banyak sekali adegan berciuman yang dilakukan oleh Saoirse Ronan (yang memerankan The Wanderer). Such a good scene for adult, eh?

Now You See Me
--> Film dengan kisah menarik (but unfortunately I missed to see this movie *sigh*) tentang empat ilusionis yang menggunakan panggung pertunjukan mereka sebagai kedok untuk menutupi aksi mereka membobol brankas para koruptor. Diberi rating PG-13 karena bahasa yang kasar, tindakan berbahaya dan beberapa adegan seksual.

The Perks of Being a wallflower
--> another movie from Logan Lerman, Emma Watson and Ezra Miller. Adanya materi dewasa, drug and alcohol use, serta konten seksual dan perkelahian yang semuanya melibatkan remaja membuat MPAA setuju untuk memberi rating PG-13 pada film yang endingnya berakhir dengan salah satu teman yang bunuh diri.

Kalau kamu lihat daftar lengkap di situsnya, you will see there is no animation movie on PG-13 list.


R — Restricted. Children Under 17 Require Accompanying Parent or Adult Guardian










Secara bahasa, Restricted berarti terlarang atau terbatasi. Film yang punya rating R atau Restricted bukan berarti film itu terlarang untuk ditayangkan, melainkan terlarang bagi anak berusia dibawah 17tahun. Kalaupun ada anak dibawah 17th yang menonton, mereka harus didampingi orangtua, or at least their legal adult guardian.

Film-film dengan rating R, dimata para Dewan pemberi rating adalah film yang mengandung banyak materi orang dewasa. Tema yang khusus untuk orang dewasa, adegan-adegan dewasa, banyak bahasa kasar, adegan kekerasan, adegan telanjang yang mengarah pada adegan seksual (sexually-oriented nudity), penyalahgunaan obat-obatan, atau elemen lain, sehingga para orangtua disarankan untuk mematuhi rating ini secara serius.

Anak-anak dan pre-teen (pra-remaja) dibawah 17th tidak diizinkan menonton film dengan rating R tanpa ditemani orangtua mereka atau wali mereka yang sah.

Orangtua dihimbau secara tegas untuk selalu mencari tau film-film apa sajakah yang mendapat rating R, dan menentukan kesesuaian film itu dengan anak-anak mereka. Generally, it is not appropriate for parents to bring their young children with them to watch R-rated motion pictures.

Berikut ini adalah contoh-contoh film dengan rating R :

12 Years A Slave
--> film yang menyinggung tentang perbudakan dan menggondol banyak sekali nominasi pada Golden Globe 2014 dan Oscar 2014. Tau kenapa diberi rating R ? Because it contains violence, cruelty, some nudity and brief sexuality. Cukup jelas kan?

Final Destination 5
--> Pernah nonton film Final Destination 5 ini ? Atau sudah pernah nonton film-film sebelumnya? Atau belum pernah sama sekali mengetahui apa itu film Final Destination? Kalau kamu termasuk orang yang tidak tahan dengan darah, lebih baik jangan nonton film ini. I warn you. Final Destination 5 diberi rating Restricted karena ada begitu banyak adegan kekerasan, penggunaan bahasa yang kasar, dan terutama : adegan kecelakaan yang mengerikan. Saya punya DVD film ini, dan well .... memang mengerikan, sadis dan secara efektif membuat hati siapapun ciut setelah melihat adegan-adegan kecelakaan di film ini yang begitu gruesome and horrific.

Sinister
--> Film tentang seorang penulis cerita kriminal dan metafisis bernama Ellison Oswalt yang mendapat teror dari sesuatu yang tak kasat mata di rumah barunya, setelah dia mengetahui bahwa rumah yang baru saja ditempatinya adalah lokasi tempat pembantaian sebuah keluarga. Rating R was given due to the content of disturbing violent images and some terror. Nuff said.

The Bling Ring
--> Disutradarai oleh Sofia Coppola dan dibintangi oleh Emma Watson, film ini diangkat dari kisah nyata yang pernah dimuat di majalah Vanity Fair tentang remaja yang terobsesi pada ketenaran dan hidup mewah, kemudian mencuri beberapa barang milik selebriti. This movie contains teen drug and alcohol use, and for language including some brief sexual references. Yep, I agree, tapi menurut pendapat saya, bukankah seharusnya ratingnya cukup 'hanya'  PG-13 ?

The Cabin in the woods
--> Sebuah film horror-slasher. My Endimion once told me that he loves this movie as much as he loves You’re Next. Film yang diwarnai dengan adegan berdarah, pembunuhan, pembantaian yang membuat kamu mual. It’s chilling. Tak heran jika MPAA memberinya rating R because of strong bloody horror violence and gore, language, drug use and some sexuality/nudity. Sangat tidak layak untuk ditonton bersama adik atau keponakanmu yang berusia dibawah 17 tahun.


NC-17 — No One 17 and Under Admitted 





Satu lagi rating film yang diberlakukan oleh MPAA adalah NC-17, yang memberitahu para orangtua bahwa film tersebut terlalu dewasa untuk remaja berusia 17th dan dibawah umur tersebut. Anak-anak sama sekali tidak diizinkan menonton film ber-rating NC-17.

Secara umum, film-film NC-17 bukan berarti film yang cabul (obscene) atau film porno sebagaimana disimpulkan oleh masyarakat. Film-film rating NC-17 juga tidak bisa langsung dihakimi sebagai film yang negatif. Simpelnya, sebenarnya rating NC-17 menunjukkan bahwa isi film tersebut hanya pantas untuk orang-orang dewasa. It's only appropriate only for an adult audience.

Rating NC-17 bisa diberikan berdasarkan unsur kekerasan pada film, seks, perilaku keterlaluan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau konten lain yang akan dianggap terlalu berbahaya sebagai tontonan remaja dibawah 17tahun, apalagi anak-anak.

Saya sendiri jarang nonton film-film yang memiliki label rating R. Just incase you want to know, berikut ini adalah judul-judul film dengan rating R : 


(as I told you, I never watch any of the movie that listed below. Yes, really. But maybe I will search them later, hahahaha)

- Where the truth lies
--> film yang juga dibintangi oleh Alison Lohman sebagai seorang survivor polio bernama Karen O'Connor  ini dinilai mengandung unsur seksual yang cukup kental (termasuk graphic video yang menampilkan para lesbian), nudity, penggunaan obat-obatan dan bahasa vulgar.

Inside Deep Throat
--> Setelah googling ke sini saya tau bahwa film ini dirilis tahun 2005 dan merupakan dokumenter tentang film porno berjudul Deep Throat yang dibuat tahun 1972 serta mengupas efek film Deep Throat dalam kehidupan masyarakat Amerika. Rating NC-17 diberikan untuk explicit sexual content

Bad Education
--> masih dari situs yang sama ini (hehehe, informasi instan), Bad Education aslinya adalah film drama Spanyol berjudul La Mala educación dan dirilis tahun 2004. Sama seperti Inside Deep Throat, film ini mendapat rating NC-17 karena ada beberapa scene tentang seksualitas yang gamblang.

Killer Joe
--> Film bergenre black comedy crime arahan sutradara William Friedkin ini diberi rating NC-17 oleh MPAA karena mengandung graphic disturbing content involving violence and sexuality, and a scene of brutality. Waktu saya googling, plot cerita Killer Joe berputar pada kehidupan Chris Smith, seorang pemuda pengedar narkoba dari Texas berumur 22th yang membunuh ibunya sendiri untuk mendapatkan uang asuransi $ 50,000, kemudian menjebak ayahnya sendiri sebagai tersangka pembunuhan ibunya. Chris mendapat bantuan dari Joe Cooper, seorang polisi yang punya pekerjaan sampingan sebagai pembunuh bayaran, yang kemudian membuat cerita berkembang menjadi saling bunuh. Pantesan aja dapat rating NC-17, sinopsisnya aja udah bikin menghela napas gini.

The Dreamers
--> Suatu hari saya pernah searching ke Youtube dan menemukan cuplikan film The Dreamers ini, kemudian merasa..... euwww... Ceritanya tentang seorang murid Amerika bernama Matthew yang ikut pertukaran pelajar ke Paris kemudian bertemu dengan Theo dan Isabelle yang mengaku sebagai saudara, tapi berkelakuan liberal seperti contohnya... ehm, tidur telanjang dalam satu kamar. MPAA memberi rating NC-17 for graphic sexual content, including full frontal male nudity. Ah, not surprising.


Nah, itu tadi rating-rating yang diberikan oleh MPAA.

Tapi sebenarnya, apa tujuan dari sistem rating?

Rating film menyediakan gambaran dan informasi terpadu bagi orangtua tentang konten film, dan membantu mereka untuk menentukan film mana saja yang layak untuk usia anak-anak mereka. Bagaimanapun juga, orangtua-lah yang paling tau sensitivitas dan sensibilitas anak-anak mereka sebelum memilih film apa yang bagus untuk ditonton. Rating sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa lembaga persatuan para orangtua yang mempertimbangkan adanya faktor-faktor seperti kekerasan (violence), seks, bahasa, dan drug use dalam sebuah film, kemudian mereka memberikan rating atau klasifikasi yang mereka percayai juga akan diberikan oleh para orangtua lain.

Jadi, pemberian rating ini juga sistemnya mirip seperti angket pembaca. Bedanya, angket ini diisi oleh para orangtua dan mereka dianggap mewakili semua orangtua Amerika pada umumnya saat menentukan rating sebuah film.

Tapi apakah rating lantas menjadi tanda apakah sebuah film baik atau buruk? Jawabannya : Tidak.

Nyatanya, film-film seperti American Hustle yang sarat tentang mafia, violence dan bahasa vulgar malah menuai nominasi Oscar (walaupun nggak menang sih).
 Rating tidak ditujukan untuk menyetujui, menolak, menyensor sebuah film. Yang seperti ini sudah jadi otoritas lembaga lain. Sebaliknya, rating justru menjadi semacam panduan bagi para orangtua tentang level dan konten sebuah film.

Tapi, apa iya semua film harus diberi rating? Tidak juga. Beneran, nggak ada hukum wajibnya untuk mendaftarkan film kamu untuk dikasih rating.

Dari situs-nya MPAA, saya membaca bahwa para filmmakers ini berhak menentukan apakah filmnya akan di-submit dan diberi rating atau tidak.
Tapi selama ini, kebanyakan para pembuat film tetap mendaftarkan filmnya untuk diberi rating, dan setiap anggota dewan MPAA setuju bahwa semua film yang akan ditayangkan di bioskop haruslah sudah diberi rating.

Mungkin inilah sebabnya, banyak film independent (indie) yang sebenarnya bagus dan impresif, tapi karena tidak didaftarkan untuk di-rating makanya film mereka nggak bisa dikomersilkan di bioskop.

Kalau kamu nonton film di bioskop, sebelum film diputar biasanya ada iklan-iklan yang muncul. Bisa iklan makanan, produk, atau bahkan kampanye capres (yang terakhir ini kayaknya cuma ada di Indonesia ya.. -__-) Lalu bagaimana dengan iklan-iklan yang ditayangkan di bioskop itu? Apa ada ratingnya juga?

Well... secara resmi sih enggak. Tidak ada (atau mungkin belum ada) rating untuk iklan-iklan bioskop. But in conjunction with process of reviewing and rating movies, MPAA mengambil langkah yang paling memungkinkan untuk memastikan semua iklan yang ditayangkan sesuai dengan semua penonton.

Setiap tahun mereka mereview lebih dari 60.000 iklan pemasaran, termasuk iklan untuk bioskop, home video, iklan online, print ads, iklan radio dan TV, press kit, iklan billboard, bahkan iklan yang dipajang di bagian atas halte, dan bentuk-bentuk media promosi lain.

Tujuannya adalah memberi kepercayaan pada para orangtua bahwa iklan yang sekecil apapun akan direview sama seperti mereka mereview film sebelum menetapkan rating. Di sisi lain, MPAA juga mengizinkan para filmmaker untuk memasarkan film mereka pada penonton dengan penuh tanggungjawab misalnya lewat trailer.

Oke, ladies and gentlemen, itulah tadi sekilas (hah? penjelasan lebar kayak gini dibilang sekilas?) tentang Rating film.

Ternyata capek juga ya, menerjemahkan artikel dari sebuah situs. Nerjemahin satu laman aja udah pegel, gimana mau nerjemahin buku?

Oh iya, diantara kalian pernah nonton Kill Bill ? Film action karya Quentin Tarantino dan dibintangi Uma Thurman ini juga penuh adegan berdarah, pembunuhan sadis, dan bahasa yang kasar. Film ini membuat saya sedikit terobsesi dengan karakter Gogo Yubari, gadis berusia 17 tahun dan berpenampilan seperti pelajar Jepang, tapi seorang pembunuh bayaran dan personal bodyguard-nya O'ren Ishii. Dengan unsur action dan bloody violence-nya, MPAA dan beberapa lembaga film memberi rating film ini dengan ...... Restricted. Good.

Sayangnya, kalau kita lihat di kehidupan masyarakat Indonesia, masih banyak para orangtua yang membawa anak-anak mereka (yang usianya berkisar 7 - 12th) untuk nonton film 'keras' di bioskop. Saat film The Host diputar bersamaan dengan film horor The Evil Dead, ada beberapa orangtua yang mengajak anaknya untuk nonton film itu. Padahal Evil Dead itu penuh dengan adegan violence dan dikasih rating R. Ini orangtuanya udah sinting apa ya? -__-

Kalo emang mau nonton dan ngajak anaknya, ya harusnya mereka cari film yang bisa ditonton sama anaknya juga, bukan maksa anaknya supaya ikutan nonton film dewasa. Egois banget orangtua kayak gini.

Dan sayangnya lagi, para petugas dan penjaga loket di bioskop juga tidak tanggap. Mereka tidak mau menegur kalau ada orangtua yang membawa anak kecil untuk nonton film berkonten dewasa.

Haduh.. haduh..



Devi Okta (@AlwaysDevi

penggemar film, apalagi kalau nonton filmnya dibayarin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam