Langsung ke konten utama

#SatuBangsaDalamTawa - A Report by Devi

Ini postingan ketiga tentang laporan event StandUp Comedy di kota Semarang.

Ini postingan ketiga kalinya, saat saya (mencoba) menempatkan diri sebagai reporter yang melaporkan jalannya acara.
Iya, walaupun pasti laporan ini belum sempurna :3

Kali ini Devi si reporter gadungan akan melaporkan event komedi tunggal Satu Bangsa Dalam Tawa, yang dilaksanakan di HOM Hotel Semarang, hari Sabtu malam tanggal 11 Januari 2014.

Iya, acaranya udah beberapa hari yang lalu tuh. Semoga nggak begitu basi ya laporannya.

Sudah siap menyimak? Oke, duduklah yang manis. Tangan dilipat.
*lah, kok jadi anak TK*



Satu Bangsa Dalam Tawa merupakan rangkaian tour StandUp Comedy, dengan 7 Line-Up : Setiawan Yogy, Aditya Muslim, Gianluigh, Dimas Yudhistira, Dono dan Lolo. "Iya, personil kita emang 7 orang, tapi di tiap kota kita hanya nurunin 4 personil" kata Setiawan Yogy di akun twitternya @setiawanyogy.

Dalam tour Satu Bangsa Dalam Tawa ini, sementara mereka akan mengunjungi 8 kota dulu. Tapi ada kemungkinan nambah. Lagi proses nego sana-sini, katanya.

Trus, kenapa nama show-nya Satu Bangsa Dalam Tawa ?

"Karena show ini berisikan banyak suku, yang akan membuat bangsa ini bersatu karena tawa" kata Setiawan Yogy. Lewat Twitter, tentunya.

(mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Setiawan Yogy ini jawabnya lewat Twitter. Kenapa nggak diwawancara langsung? Jawabannya adalah : karena saya memang enggak wawancara dia secara langsung! Boro-boro wawancara, sempet ngobrol aja enggak. Jawaban Setiawan Yogy ini saya kutip dari akun twitter @StandUpIndoSMG saat mereka melakukan interview virtual dengan Setiawan, Gian, dan Muslim. Tapi bukan berarti saya penipu loh. Kan saya copy-paste alias mengutip pleg-plegan jawaban mereka. Ah udahlah, silakan lanjut baca, please)

Sebelum tampil di @HOM Hotel Semarang lantai 3, Yogi dan Gian bilang kalau sebagian materi yang mereka bawakan berkisar tentang siapa mereka dan darimana mereka berasal. Sementara si Muslim akan membawakan materi tentang kekalahan Juventus di Liga Champions yang mengancam eksistensi JKT48.
Hahahahaha....


Asiknya, setelah ke-empat komika ini tampil, mereka menjamin kalo penonton boleh foto bareng! Yeayy!!



"Jangankan minta tandatangan dan poto bareng, ke Sunan Kuning bareng juga hayuuk" Idiihh... Yassalammm... -__-

Si Gian menambahi "Boleh!! Foto bareng boleh, makan bareng boleh, jalan bareng juga boleh, PDKT juga boleh" ckckckck...

Tiket acara Satu Bangsa Dalam Tawa (by the way, gimana kalau kita singkat aja jadi SBDT? Habis, panjang banget nama shownya) ini mulai dijual tanggal 3 Januari di Waroeng Doremi, daerah Pleburan. Rizky mengantar saya beli tiket. Kebetulan dia tau tempatnya. "Yang punya cafe ini kakaknya temennya temenku, Mbak" kata dia.



Saya beli lima tiket. Total Rp 150,000.00. Yeah, five tickets. Kali ini rombongan kami lebih ramai. Selain Rizky, ternyata Syukron Alhakim dan Agus Mustofa juga akan ikut nonton. Ririn Eko Lestari, temen sekelas saya di STM juga ikut nonton (dia udah kena virus StandUp Comedy kayaknya). Padahal Ririn ini kayaknya paling skeptis kalo soal lawakan. Awas aja kalau nanti dia menggerutu saat acara. *ngancam*

kakak... tiketnya kakaaakk... silahkan tiketnya....
Saya udah wanti-wanti sama yang lain supaya datangnya on-time. Latest jam 18.55 musti udah nyampe di lokasi. Kenapa? Ya biar dapat tempat duduk yang asoy. Syukur-syukur paling depan.
Nggak seperti acara Three Mas Kenthis, acara ini tempat duduknya bukan berdasarkan tiket. Tapi cepet-cepetan. Pokoknya, siapa cepat dia hebat!

Everything seems perfect, sampai pada hari H dimana kenyataan berkata lain : kita salah tempat.

Yep, kami salah tempat. Oke, emang bener, ini salah saya. Devi Oktaviasari adalah tersangka utama salah lokasi ini. Tulisan di tiket menyebutkan @HOM Hotel Semarang. Waktu saya memantau Timeline Twitter dan akun @HOMHOTEL_SMG, disitu tertulis HOM Hotel Semarang by Horizon.

Dan dengan luar biasa sotoy-nya, saya mengumumkan ke temen-temen : Acaranya di Hotel Horizon.

Padahal, secara de facto dan letak geografis, HOM Hotel Semarang dan Hotel Horizon itu jauuuhh banget.


See? Pantas aja petugas pintu masuk Horizon sedikit bingung waktu saya datang.

"Mohon maaf, Bu, di ballroom lantai 3 ada acara apa ya?" tanya si petugas. (Walaupun pakai baju ala anak gaul, tetep aja saya dipanggil ibu-ibu. Biarlah)
"Acara standup comedy, Pak" jawab saja dengan suara yang digaul-gaulkan, biar pak petugas tau kalau saya masih Abege.
"Malam ini tidak ada agenda untuk standup comedy"
"Tapi kan, di twitter bilang tulisannya di HOM Semarang by Horizon" kata saya. Haduuhh, ini muka udah pucat. Tengsin, cuy.
"Ohh... kalau HOM Semarang itu di jalan Pandanaran. Kalo disini namanya Hotel Horizon..."

Glek. Oh - my - God.

Entah apa yang harus saya katakan sama temen-temen. Mana saya datangnya telat, bikin mereka nunggu hampir 20 menit, eh pas dateng-dateng ternyata kita salah lokasi dan musti jalan ke Pandanaran. Molor lagi dah.

Memang, sudah sewajarnya mereka marah, gondok, dan kecewa. Sudah sewajarnya saya dipersalahkan.

Sudah sewajarnya saya belikan mereka Frestea botol biar Kalem aja Lanjut terus. Hehehehe

Kami naik angkot ke @HOM Hotel Semarang, dan tentu saja disana sudah ramai. Kami terancam nggak dapat tempat duduk. Gimana dong?

"Oke, duduk yang sebelah sini aja" kata Mas-mas panitia berkaos kuning. Dengan sigap, seolah takut ketahuan, dia menyelundupkan kami ke pintu samping teater, lalu membawa kami ke deretan tempat duduk sebelah kiri panggung. Itu artinya, kami nggak bisa menatap muka para komika dari depan. Kami cuma bisa lihat dari samping. Kayak gini nih, denahnya :


this is Syukron Alhakim, yang baru pulang dari magang di Jakarta, belakangnya ada Agus trus Rizky dan Riska.
Sekitar pukul 19.30, acara dimulai. Lewat loudspeaker, panitia memberi pengumuman dan himbauan untuk tidak merekam acara ini.

"Dilarang mengambil gambar dan memotret dengan menggunakan lampu blitz. Marakke silau. Dilarang merekam dan mengambil video acara ini, kecuali...kalau formatnya 3GP"

Hehehehee.. bisa aja. Beberapa staff @HOM Hotel yang berbaju merah dan bertopi-topi ala bellboy duduk di sebelah saya dan ikut nonton.

Opener pertama adalah komika lokal Semarang, nama twitternya @cacuxkk. Nggak tau nama aslinya siapa. Walaupun cuma jadi opener, seisi ballroom pecah sama punchline dia yang sedikit absurd.

"Pacaran itu sama kayak naik motor. Ada gigi-giginya. Gigi 1 itu baru kenalan. Gigi 2 mulai Pedekate. Gigi 3 udah pacaran. Habis itu baru gigi 4, alias balik lagi jadi netral"

"Saya suka banget minum kopi. Kalian tau kopi luwak? Iya, yang dibuatnya dari tokai-nya Luwak itu. Jijik banget ya? Tapi mahal lho. Konon, satu kilo biji kopi Luwak itu harganya bisa sampai 1 juta. Itu biji bekas tokai lho. Ada lagi biji kopi Arabica. Dibuatnya dari biji kopi asli Arab. Saya pernah minum kopi Arabica. Begitu selesai minum, ada mas-mas negor : 'Mas, itu Kakbah-nya nyelip di gigi'. Langsung aja gue jawab : 'Oh ini bukan Kakbah, Mas. Ini Masjidil Harom"

Hahahaha.. Jokesnya boleh juga lah sebagai pemanasan.

This is Cacuk. Memang benar, mukanya seabsurd materi jokesnya
Begitu Cacuk selesai tampil, berikutnya panitia mengumumkan : "Selanjutnya ada komika lokal Semarang, yang juga gitaris dari Ramaedo Band. Namanya Adi Biem. Wis gak usah ditepuki, wong memang nggak terkenal kok"

Adi Biem (akun twitternya @adibim) muncul dengan kaus polo warna biru.

"Jujur saya masih kaget ya. Dari awal-awal saya nggak ngerti tentang acara ini. Ujug-ujug di-mention lewat twitter : Satu Bangsa Dalam Tawa, opener Adi Bim. Bintang Tamu : Setiawan Yogi, Dimzy, TretanMuslim, Gianluigh. Wuih.... Sopo meneh kuwi?"

Penonton ngakak. Emang bener sih, nama-nama komika ini rada asing di telinga orang Semarang. Apalagi kalau mereka nggak ngikutin StandUp Comedy-nya KompasTV.

"Nama saya Adi Bim, saya mahasiswa semester 7. Hampir lulus, bentar lagi skripsi. Saya udah bikin kok bahan-bahan skripsinya. Komputer saya itu memorinya 8 Giga. Bahan skripsinya sebanyak 1/2 Giga. Sisanya... tau sendirilah. Hehehehe"

Kalau dibandingkan dengan Cacuk, materi Adi Bim kurang greget sih, walaupun hampir memuaskan. Setelah Adi Bim, lampu Ballroom dimatikan, dan suara panitia kembali terdengar lewat loudspeaker.

"Dan marilah bersama-sama kita tampilkan seorang komika dari Banten. Inilah dia ...... Dimas!

Dimas Yudhistira alias @Dimzy masuk. Karena tempat duduk saya ada di pinggir, saya bisa lihat dia keluar dari ruang backstage menuju panggung utama. Mas-mas staff hotel sempat berbisik "Awas kesandung" dan benar saja, karena lampu dimatikan, Dimas hampir tersandung sama undakan yang ada di tengah jalan, tapi nggak sampai jatuh. Piuhh..

Dimas menyapa kami. "Selamat malam semuanya. Sebelum gue tampil, gue mau atraksi dikit ya. Gue mau sulap nih. Gue akan menghilangkan sesuatu. Perhatikan tangan gue baik-baik. Tangan gue pegang jam tangan..... lalu gue putar.... kemudian.... tep! elo bisa lihat kan, jam tangannya MASIH ADA. Iya sih, jam tangannya emang masih ada. Tapi, elo tau nggak apa yang hilang? Tau nggak, tau nggak? Yang ilang itu.... lucunya"

Kami bertepuk tangan dan tertawa singkat.

"Nama gue Dimas, gue dari Banten. Kalau denger kata Banten, kebanyakan orang langsung mikir tentang debus. Makan beling, menjilat bara api, gitu-gitu deh. Tapi gue enggak kayak gitu. Gue kasih tau ya, gue nggak bisa main debus. Boro-boro mau ikutan main debus, orang nonton Power Rangers aja gue nangis. (penonton tertawa). Iya, gue nangis kalau pasukan Power Rangers lagi membunuh musuh-musuhnya. Kasihan banget kan, mereka mati tanpa sempat mengucapkan dua kalimat syahadat. Matinya jadi nggak istiqomah"

Selama hampir 25 menit Dimas menghibur kami. Jokes-nya masih observasional tentang hal-hal sehari-hari. Saya sendiri jarang lihat performance Dimas di layar kaca. Kayaknya sih dia termasuk peserta StandUp Comedy season 3. Too bad, I didn't follow each episode of this season :"(

"Gue asli Banten, tapi tinggal di Jakarta. Lagian Banten mah isinya bukan orang orisinil-orisinil. Elu tau nggak siapa wakil gubernurnya? Iye bener, si Rano Karno. Anak Betawi Asli. Kerjaannya sembahyang mengaji. Eh, tau-tau dia kepilih jadi Wagub-nya Banten. Berarti selama ini kita diboongin sama acara TV ya. Bertahun-tahun kita kenal dia sebagai anak Betawi asli. Hadeehh..."

Dimas melanjutkan. "Sekarang kita ngomongin ekspresi ya. Gue suka mikir, gimana kalau kontes Putri Indonesia memperbolehkan para peserta menampilkan ekspresi mereka masing-masing. Biasanya kan mentang-mentang namanya Putri Indonesia, trus cewek-ceweknya pada jaim. Kalau udah diumumkan : 'baiklah, pemenang Putri Pariwisata adalah... Miss Batam', pasti si cewek senyum, trus melambai-lambaikan tangan dengan anggun. Iya kan? Nah, coba elu bayangin kalau panitia tidak mengharuskan kayak gitu? Begitu diumumkan 'baiklah, pemenang Putri Pariwisata adalah... Miss Batam', dia langsung teriak 'Uooohh!!' (penonton ngakak waktu Dimas memperagakan cewek teriak di mic). Atau bisa aja dia langsung histeris, megang-megang pipi"

"Kalau misalnya semua pemenang kontes diperbolehkan berekspresi, elu bayangin kontes L-Men jadinya kayak gimana. Misalnya pas juri mengumumkan 'Yak, juara L-Men of The Year tahun ini adalah... Yudi' trus dia bilang 'Yo oloh, gue. Oh mai gad, oh mai gad'

Ekspresi dan tingkah Dimas saat memperagakan mas-mas L-Men yang ngondek bikin punchline dia berhasil memecah tawa penonton. Bahkan sampai pulang pun kami masih membahasnya. Nggak kuat aja mbayangin mas-mas berbadan kekar, berotot, eightpacks, eh taunya pas diumumkan sebagai pemenang gayanya ternyata sama aja kayak cewek yang barusan nerima surat cinta. Hihihihi :D

Sorry, fotonya kelihatan kecil soalnya gue nggak tau gimana caranya nge-zoom *katrok*
Setelah Dimas tampil, kali ini giliran Setiawan Yogi, si komika dari Samarinda. Diimpor langsung dari Kalimantan, alias tanpa calo. Hehehe

Ini pertama kalinya saya lihat performance Setiawan Yogi secara langsung. Sebelum-sebelum ini, saya cuma baca tweet dia, yang diretweet sama Ernest Prakasa, yang kemudian diretweet lagi oleh Ge Pamungkas.

Yogi rambutnya gondrong, kulitnya agak hitam. Dia muncul pakai kardigan lengan panjang dan topi cupluk. Sayangnya, dia nggak kece. Hahahaha

"Kenalin, nama gue Setiawan Yogi. Gue dari Kalimantan. Apa yang elo pikirkan kalo denger Kalimantan? Dayak? Ya bener. Apa lagi? Santet. Serius. Udah berkali-kali setiap gue perkenalan, trus gue sebutin kalau gue dari Kalimantan, orang lalu melihat gue dengan takut. Serem gitu. Dipikirnya gue bisa bikin orang sakit, bisa ngeluarin paku dari perut. Gitu-gitu deh"

"Ini udah yang kedua kalinya gue ke Semarang. Dan gue masih nggak mudeng bahasa Jawa. Gue ketemu sama cewek, gue tegor baik-baik 'mbak, iso ora?' eh malah gue digampar. Gue bingung, akhirnya gue tanya lagi, pakai bahasa kromo 'Mbak, panjenengan pinten?' eh tetep aja gue digampar"

Hahahaha... ya jelas aja lah, orang kamu ngomongnya pakai kalimat ala Sunan Kuning sih =P

Anyway, I noticed something about the place. Ada yang beda dari setting panggung kali ini. Pas Illucinati sama Three Mas Kenthis, lampu ballroom Pakoe Boewono dimatikan dan hanya ada satu lampu sorot yang diarahkan ke komika yang lagi tampil. Jadi attention spot-nya hanya tertuju pada si komika dan mereka nggak bisa liat wajah penonton. Selain itu? Biasanya di panggung ada kursi tinggi kayak yang ada di bar, untuk tempat botol air minum. Siapa tau si komika haus pas lagi perform.

Nah, pada gelaran Satu Bangsa Dalam Tawa kali ini, lampu ballroom @HOM Hotel masih nyala terang benderang saat para komika tampil. Jadi, si komika bisa liat wajah-wajah para penonton yang lagi duduk. Misalnya nih, ada mbak-mbak yang duduknya empat deret di depan saya dan dia dengan pedenya pakai celana jins super pendek yang memamerkan paha mulusnya kemana-mana. Si cewek berbaju merah ini otomatis jadi highlight para komika (yang semuanya cowok itu) dan di-bully secara verbal. Lumayanlah, bisa jadi bits.

"Udah pakai celana pendek, duduknya paling depan pula. Bawa Antangin nggak Mbak? Nanti pahanya masuk angin lho. Kalau masuk angin, sini saya bantu ngerokin"

Dan herannya, si cewek ini kayaknya fine-fine aja gitu lho. Malah saya yang jadi risih sendiri -_-*

Di panggung, pihak hotel juga tidak ada kursi tinggi atau meja buat naruh air mineral. Jadi, botol air mineral itu cuma ditaruh dibawah alias di lantai panggung. Kalau para komika ini haus, mereka harus nunduk ke bawah dan mengambil botol itu dari lantai. Jujur, ini pertama kalinya saya masuk ke @HOM Hotel Semarang, dan saya nggak tau apakah dulu pernah ada pertunjukan Stand Up Comedy yang diadakan disini dan setting panggungnya sama.

Kembali ke laporan acara.

Saat Yogi tampil, mata dia juga menangkap jins (dan paha) si mbak-mbak pede berbaju merah ini. Tambah semangatlah dia membully.
Bukannya mau membela si Yogi ya, tapi dari awal emang obvious banget si mbak ini memancing perhatian kaum Adam. Dia duduk di sudut 45" dari panggung utama. Kalau si komika noleh dikit, pasti pemandangan utama yang mereka lihat ya si mbak-mbak ini.

"Astaghfirullah. Gue kenapa jadi risih banget ya tiap kali liat ke kanan panggung? (penonton teriak 'eeaaa'). Coba kita bandingkan baik-baik ya. Yang duduk di deretan tempat duduk depan gue adalah mbak-mbak berjilbab. Sholehah banget. Sementara yang kanan... aduuh... Mbak, mbak, (sambil melihat ke arah mbak-bercelana-jins-pendek) panjenengan pinten?"

Penonton tambah heboh. Trust me, If you were there you would know what I mean.

"Kelihatan banget bedanya. Yang duduk dihadapan gue ini Syariah 48. Yang disebelah kanan ini... yah gitu deh. Nggak jelas. Ini jangan-jangan yang duduk di sebelah kanan tuh pada nggak punya tiket ya?"

"Oke, malam ini gue sebagai komika juga tersanjung banget. Ada Gubernur Jateng, Bapak Ganjar Pranowo disini. Tepuk tangan buat beliau, yang sudah menyempatkan untuk nonton... " Yogi menunjuk deretan belakang sebelah kanan. Dan saat itulah saya menoleh, ternyata..... Pak Ganjar hanya duduk 5 kursi dari tempat duduk saya. Subhanallah. Rambutnya ternyata beneran putih lho. Pantes, tadi Agus bilang ke saya "Klambi abang, klambi abang" ternyata maksudnya Pak Ganjar toh. Saya baru ngeh sekarang.

Dengan dikelilingi oleh Bodyguard berjaket hitam, Pak Gubernur duduk sambil bersedekap. Disuruh duduk di depan tapi nggak mau, kata panitia.
Malam itu, Pak Gubernur juga tidak luput digasaki oleh para komika.

"Gue perhatiin, belakangan orang-orang pada benci banget deh sama Farhat Abbas. Benci banget. Bahkan sampai ada yang bilang najis. Jangan-jangan kalau ntar Farhat Abbas makan daging babi, yang masuk neraka itu justru babinya" Penonton ngakak. StandUp Comedy kalau nggak ngomongin Farhat Abbas ibarat sayur lodeh tanpa santan kali ya? Hehehe

"Beda banget sama Jokowi. Jokowi dimana-mana disanjung. Makanya gue yakin besok PDI-Perjuangan bisa juara di Pemilu. Ya nggak Pak?" kata Yogi. "Pokoknya kalau nanti Jokowi nyalon jadi Capres, saya yakin banyak yang akan dukung. Tenang aja Pak. Prabowo sama Wiranto mah nggak ada apa-apanya. Iya nggak?"

Penonton tepuk tangan dan bersorak. Saya lihat Pak Ganjar senyum lebar.

"Demokrat Pak? Alah kecil. Partainya lagi kebanyakan kasus. Tetep PDI-P lah Pak yang nomor satu"

Penonton bersorak lagi.

"Aburizal Bakrie? Huh, lewaat.."

Penonton bersorak lagi.

Setiawan Yogi at the stage. Pecaaahh abis!
 "Oke, cukup. Sekarang gue mau ngomong yang serius nih (penonton langsung diam). Gue punya mantan, dan mantan gue ini meninggal (penonton teriak 'eeaa'). Eits.. beneran ini. Gue serius. Gue dikabarin sama mamahnya, dia bilang dia meninggal dan di mejanya ada tulisan mantan-mantannya dia. (penonton diam, mendengarkan cerita Yogi). Di kertas itu ada nama-nama cowok. Pertama, Danang.... trus Niko .... habis itu Yogi. Pas dia baca nama gue, dia kena serangan jantung, soalnya dia nyesel putus sama gue. Padahal gue udah terkenal gini..... hahahaha... "

Kampret. Kami dikerjain sama Yogi.

"cieee... padahal udah serius ndengerin nih yeee..." Yogi ketawa puas karena berhasi mengerjai kami, dan tiba-tiba sebuah suara nyeletuk :

"Wooo.. wedhus!"

Ternyata itu suara si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan. Penonton lain ikut tertawa.

Setelah Yogi turun panggung, giliran komika dari Indonesia Timur yang tampil. Gian muncul, dengan kemeja putih dan topi. Perawakannya gemuk, dan sekilas mengingatkan saya pada Pak Hamid, guru agama di STM, hehehe.
Sama seperti Yogi, pandangan pertama Gian jatuh kepada : si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan

"Wuidih... pantesan aja di Yogi betah tampil lama-lama. Pemandangannya asoy gini" kata Gian yang disambut riuh teriakan 'eeaa'

Gian (alamat twitter @gianluigh) lagi ngambil botol minum.... sekaligus melempar pandangan ke mbak bercelana jins
"Gue kan agamanya Nasrani ya. Begitu lihat si mbak ini, rasanya gue langsung bisa dzikir sama istighfar berkali-kali"

Gian ternyata juga peserta Stand Up Comedy Kompas TV season 3. Sama seperti yang lain, kami menyimak saat Gian mengawali materinya tentang daerah asalnya.

"Begitu lihat gue, kalian pasti langsung tau lah gue darimana. Bokap gue dari Ambon, nyokap dari NTT, dan gue masih ada keturunan Cina"

Penonton diam.

"Tuh kan, pas denger kalo gue keturunan Cina elo semua pada diem"

Giliran penonton yang tertawa. Habisnya fakta keturunan cina keliatan nggak matching sih, sama perawakan Gian yang ambon manise gitu.
Gian menghibur kami sepanjang 15 menit dan banyak berinteraksi dengan penonton.

MC kembali mengumumkan dan lampu ballroom dimatikan. Seseorang muncul di panggung, membawa dua buah glow stick. Yes, here he is.... Aditya Muslim.
Komika terakhir yang tampil di malam Satu Bangsa Dalam Tawa ini.

Baru muncul aja sudah bikin heboh. Saat lampu Ballroom mati, tiba-tiba terdengar suara "Je-ke-tiii.... Forty Eight!" dan mengalunlah musik intro River dari idol grup JKT48 dan Muslim menari! Yep, he was dancing using the glow stick.

Saya, Rizky, dan Agus langsung ngechants "Oy! Oy! Oy! Oy!" sementara Muslim masih nari (walaupun agak asal-asalan juga sih narinya, hehehe).

Rizky mulai ikutan nyanyi. Ya iyalah, dia kan wota. Hapal banget sama liriknya.

Majulah ke depan! (Got it!)
Janganlah berhenti! (Got it!)
Tujuan tempat matahari terbit
Ayo langkah di jalan harapan
Penghalang adalah River! River! River!


Hanya sekitar 2 menit, musik berhenti. Lampu ballroom kembali menyala. Muslim ngos-ngosan.


"Ya Allah... koyo ngene abote nggolek dhuwit cah, cah" katanya sambil meletakkan glow stick abal-abal.

Penonton ngakak. Apalagi saat melihat kaos yang dipakai sama Muslim. Kaos lengan panjang warna putih merah, tulisannya FCK 48. (oke, tulisan aslinya JKT48, tapi Muslim mencoret tulisan itu jadi FCK 48 pakai spidol hitam). Tiba-tiba ada insiden : Microphone-nya mati!

"check..check.. lho kok mati?" Penonton langsung teriak kecewa 'aaahhh' sementara Muslim tetep cool dan menuju sebelah kiri panggung untuk mengetes microphone dari panitia.

Hanya semenit insiden ini, microphone kembali menyala. The show still went on.

"JKT48 bisa keliatan bagus karena kebetulan nama personilnya juga bagus-bagus. Ada Nabilah Ratna Ayu Azalia. Coba kalau namanya diganti jadi Nabilah Geboy, pasti beda sambutannya"
"Selain nama yang bagus, faktor lain yang bikin JKT48 keren adalah MC-nya. Mereka ngomongnya asik. 'Yak, kita tampilkan, ini dia .... Nabilah Ayu!' coba kalau MC-nya diganti sama Cak Sodik : 'lha iki, sing bokonge paling semok! Nabilah Ayu!' pasti beda lagi ceritanya.
Tawa penonton pecah waktu Muslim memperagakan gaya ngomong Cak Sodik yang bisa memandu orkes Melayu Monata. Hahahaha!

Konon saat tampil, Muslim juga suka nyari besi buat dikiloin.
Muslim, yang akun twitternya @TretanMuslim, adalah komika asal Madura (audisinya di Surabaya) yang masuk babak 6 besar Stand Up Comedy Kompas TV season 3. Saya sering lihat penampilan Muslim di TV, dan memang seru banget. Wajar, kalau dia tampil sebagai pamungkas malam itu.

"Paling berat itu kalau ketemu sama calon mertua terus ditanya 'Apa Pekerjaanmu'. Wuihh... jan tenan, malesi. Apalagi nggak semua pekerjaan itu dipandang bagus. Kalau saya lagi makan malam sama calon mertua, lalu ditanya 'Muslim, pekerjaan kamu apa?' pasti rasanya ketar-ketir. Nanti saya jawab 'Stand-Up Comedian, Pak' tapi kok kayaknya kurang keren. Makanya kalau kalian ditanya pekerjaan sama calon mertua, kalian mendingan langsung mengalihkan pembicaraan. Misalnya dia nanya : 'Apa Pekerjaanmu', kamu langsung tanya balik 'Pak, kalau hujan itu kan air ya Pak?'

Penonton ngakak.

"Nanti kalau calon mertua kamu tanya lagi, ya kamu alihkan pembicaraan lagi. (Muslim niruin suara bapak-bapak). 'Iya, Muslim. Saya tau kalau hujan itu air. Nah, sekarang, pekerjaan kamu itu apa ya?' langsung aja kamu tanya balik : 'Kemarin Korea Utara lagi bikin bom atom ya Pak?' Pokoknya ajak ngobrol aja terus"

Hahahahahaha... parah!

"Mbokya sekali-kali jangan orangtua yang tanya ke kita, tapi kita yang tanya balik ke dia. 'Pak, Bapak ini beneran udah siap jadi mertua saya? Bapak pekerjaannya apa?' biar dia yang jawab"

Dengan logat dan dialek Madura yang lumayan kental, Muslim berhasil memanaskan suasana.
Kompor Gas banget.

Selama empat komika tadi tampil, rombongan kami rame banget sorakannya. Kadang-kadang kami heckling, yang (untungnya) ditanggapi dengan bercanda oleh para komika.

"Ini yang deretan pojok paling kanan nih penontonnya Dahsyat kali ya. Daritadi ribut melulu"

Muslim juga menyebut kami sebagai penontonnya Tukul, waktu kami berlima serempak bilang 'Woooooo...'

"Woy, diem dulu dong. Jangan uwa-uwo-uwa-uwo aja. Nih pasti mereka penontonnya Tukul nih"

Aha, untungnya tempat duduk kami paling belakang dan lampu diatas kami sengaja dimatikan. Jadi para komika itu tak tau wajah kriminal kami. Hahaha....

Sepanjang penampilannya, Muslim juga kerap menciptakan riffing bersama audiens. Riffng adalah ketika seorang comic ngobrol penonton dengan tujuan menggali tawa dari penonton.

"Sekarang udah mulai banyak restoran yang bagus-bagus. Ada yang nulis 'rasa bintang lima, harga kaki lima'. Sampeyan juga pernah masuk restoran kayak gini Mas?"

Seorang mas-mas di deretan depan mengangguk.

"Pesen apa Mas? Sate usus?"

Bhahahahahaha.... Saya ngakak, demi disebutkannya makanan khas angkringan itu. Lebih dari 30 menit Muslim menghibur kami dengan jokes yang padat, mulai dari makanan yang aneh-aneh, cewek, dan ibu-ibu yang naik motor.

"Saya sering lihat iklan promosi warung, tulisannya 'Harga Bersahabat'. Es teh satu gelas 15ribu, gorengan seribu rupiah. Cih, sahabat macam apa itu? Wong sahabat kok es teh segelas 15ribu. Sahabat ya gratis lah"

Ketika Muslim mengakhiri pertunjukannya, saya langsung berdiri dan memberikan tepuk tangan. Kereeenn!!!

Satu per satu para komika lain bergabung. Dimas, Yogi, Gian, Adi Bim dan Cacuk berdiri di panggung lalu membungkuk ke arah penonton, diiringi tepuk tangan yang memenuhi ballroom. Yogi menghadap ke kanan, ke arah si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan.

"Eits.. tunggu.. tunggu.. Noh, lihat!" kata Yogi.

"Mbak, udah masuk angin belom?" sambung Gian. Lalu mereka semua mendekati si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan.

"Salaman dulu ah. Namanya siapa sih?" tanya Yogi.


"Wida" jawab si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan.

"Ini pacarnya ya mbak?" tanya Gian sambil nunjuk cowok berkacamata di sebelah kiri.

"Insya Allah" jawab si cowok dengan kalemnya dan disambut tawa penonton.

Selain si mbak-bercelana-jeans-pendek-yang-pahanya-keliatan, ada lagi penonton yang jadi highlight para komik. Penonton ini cowok, duduk paling depan, dan berewokan. Kalau nggak salah, dia salah satu personel band Deres Redjeki, band-nya komunitas StandUp Comedy Semarang.

"Gue tadi lihat Mas-nya ini langsung kaget. Kok mirip banget sama Tuhan gue ya? Trus gue sms nyokap gue : Mama, aku lihat Yesus. Trus nyokap gue jawab : Apa kiamat sudah benar-benar dekat ya?" Gian berceloteh. Penonton ngakak lagi.

"Lagi cuti jadi patung ya?" sambung Dimas.

Sayang banget, saya lupa memotret mas-mas yang dibilang mirip Yesus ini. Sorry.

Pak Ganjar Pranowo juga diminta maju ke depan, dan berfoto bersama para komika. Beliau ternyata tinggi banget. Walaupun enggak naik ke panggung, tapi tinggi Pak Ganjar udah sejajar lho, sama komika lain. Bener-bener tiger, alias tinggi gering. Hehehehe

"Kok jadi kayak pidato resmi ya" kata Pak Ganjar begitu disodorkan microphone.

Intinya, beliau puas dan terhibur. "Tapi misuh-misuhnya dikurangi ya" pesan beliau. Oke Pak!

All stars with Pak Ganjar Pranowo
Seperti janjinya, acara malam itu ditutup dengan foto bersama para komika.

Kami meninggalkan ballroom pukul 22.30 dan pulang ke rumah dibawah guyuran hujan yang deras. Saya membonceng Agus, yang mengambil jalan pintas lewat Citarum padahal banjirnya lumayan tinggi.

Pukul 23.55 Rizky sms : Dompetku hilang. Alamaak... kok bisa sih. Tapi untungnya, dompetnya jatuh di ballroom @HOM Hotel Semarang dan ditemukan oleh staff hotel. Fiuh... Next time be careful ya Ky!


Dan begitulah reportasi ini diakhiri. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membacanya. (Jujur, saya nggak yakin ada yang mau membaca laporan yang panjang dan ehem, ruwet ini)


Sekarang, saatnya pamer foto.

pengunjungnya nyaris 200 orang. Itu dia mbak bercelana jins pendek yang pahanya keliatan
That's me with Syukron and Setiawan Yogi
(dari kiri) Rizka, Rizky, Agus dan .... err, mbak dukun? hahaha
Agus, Rizky dan Muslim. Look at his shirt FCK48!
Rizky, Syukron dan Gian. Siapa paling hitam?
That's Muslim and me (not Musdalifah, okay?)
Ambon Manise dan Jawa Manise
With Dimas, the comic in the blue

Komentar

  1. makasii laporannya mba :)
    aku baca mpe slesai..

    BalasHapus
  2. Uwah.. Makasih...makasih banget udah bersedia baca, Annisa ^_^
    *membungkuk*

    BalasHapus
  3. kembali kasih buat mba devii :)
    beneran aku seneng banget , tambah buat aku suka dg dunia stand up comedy yg sblmnya ak gk bgtu suka, aku semngat buat ngebacanya mpe habis,, jgn dikira gk ada yg baca lho mba :p justru aku trimakasiii..
    sayangnya acara ini aku enggak lihat :( :(
    aku kasi jempol.. ditingkatkan terus mba :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam