Langsung ke konten utama

TALKSHOW with Raditya Dika

Selamat sore.

Saya nulis postingan ini karena dua hal : Desakan dari beberapa teman yang penasaran cerita lengkapnya dan desakan dari sel abu-abu di otak yang memaksa supaya momen tanggal 1 Desember ini ditulis sebelum akhir tahun.
Momen ini harus ditulis. Lagian, masak udah satu bulan lebih nggak ada postingan apa-apa sih? Begitu kata otak saya.

Karena takut dia menjadi anarkis, maka saya turuti.


Jadi, silakan duduk manis, ambil camilanmu, dan simak cerita saya.



Pada hari pertama di bulan Desember 2013, salah satu keinginan saya (dan ratusan orang lainnya) terkabul : bertemu Raditya Dika, berfoto bersama dan dapat tanda tangan dia.
Iya, beneran. Kalau nggak percaya, coba lihat foto ini.


Bisa bertemu Raditya Dika, nanya-nanya soal dia, dan berfoto seperti itu adalah suatu kesempatan langka. Dan cukup bikin sirik.

Kamu sirik kan? Enggak ya? Oh, bagus... bagus....
Terus kalau kamu nggak sirik, kenapa mulut kamu manyun, mata kamu melototi monitor dan... woy, itu mouse-nya kenapa dicengkeram gitu? Biasa aja dong.

Adalah EneRC (dibaca : inersi) atau Engineering Research Club Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang mengadakan acara ini.

Pada ulangtahun mereka yang ke-8, crew EneRC mengundang si kampret Raditya Dika dalam talkshow berjudul Creative Writing and Creative Speaking.

Saya sendiri denger berita Talkshow ini dari Budiono, teman debater dari SMK 1 Semarang yang sekarang kuliah jurusan bahasa Inggris di IKIP PGRI.
Budi lalu mengupload poster Talkshow di wall facebook saya, lengkap dengan wajah Raditya Dika dalam ekspresi culun khas dia.

"Dev, i really can't wait to see him for second" tulis Budi di wall.
Maan... I do, too. Seeing Raditya Dika in my town? This is definitely must-see.

Walaupun bukan fans sejatinya Dika, atau jadi anggota Raditya Dika lovers, I must admit that I'm adoring him.

Sebentar, sebentar.

Sebelum lanjut ke cerita utama, just want to check : kalian udah tau siapa Raditya Dika kan? Selama dua tahun belakangan ini, Raditya Dika menjadi dua kata ajaib yang bikin anak muda terpengaruhi mulai dari gaya bercerita, gaya nulis, atau gaya menyindir. Followers-nya di Twitter @Radityadika sudah nembus 6 juta lebih. Berkat sinema Malam Minggu Miko kreasinya yang diunggah ke Youtube, subscriber Raditya Dika sudah nembus angka 2 juta. Belum lagi bukunya. Hampir semua bukunya cetak ulang lebih dari 3x.


Fantastik ya?

But again, let me tell you other trivias about Raditya Dika.

1.) Raditya Dika adalah penulis buku Kambing Jantan, yang terbit perdana 2003. Ini adalah blog pertama di Indonesia yang dibukukan. "Blog gue namanya  www.kambingjantan.com yang isinya adalah pengalaman absurd gue waktu sekolah dan kuliah di Adelaide. Waktu itu pembacanya masih dikit banget. Cuma rame kalo pas mau Idul Adha" curhat Radit pas Talkshow. Kenapa namanya kambing jantan? "Kambing itu panggilan gue waktu sekolah. Jantan itu jenis kelamin gue"
Blog ini udah lama nggak aktif, sekarang official website Radit adalah www.radityadika.com.

Setelah Kambing Jantan, buku Raditya Dika yang lain adalah Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus - Bukan Binatang Biasa, Babi Ngesot, Marmut Merah Jambu, dan yang terakhir ini adalah Manusia Setengah Salmon.

And... I am proudly said that I have all of his books, dari cetakan pertama alias masih cover asli.  *pamer nih ceritanya*

2.) Raditya Dika adalah salah satu penggagas majalah Bukune, dan akhirnya menjadi pemimpin redaksinya. Dari apa yang saya baca dan browsing, sekarang Raditya Dika adalah pemegang saham tertinggi di penerbit Gagas Media. Nggak heran sih, kalo semua royalti bukunya digabung plus penghasilannya dari TV dikumpulkan, sangat mungkin Raditya Dika bakal jadi saingan Bakrie buat jadi orang terkaya di Indonesia.

3.) Selain dikenal sebagai penulis, kreator Malam Minggu Miko dan orang ganteng, Raditya Dika adalah satu dari lima orang yang memprakarsai berdirinya StandUp Comedy Indonesia. Selain Raditya Dika, ada Ernest Prakasa, Pandji Pragiwaksono, Isman, dan Ryan Ardiandhy. Sekarang, jumlah komunitas StandUp Comedy udah banyak banget di Indonesia. Hampir setiap provinsi pasti punya komunitas StandUp Comedy.

4.) Raditya Dika ini nama lengkapnya Raditya Dika Angkasaputra Moerwani Nasution. Bapaknya orang Batak, Ibunya Palembang.
Fakta tentang nama ini saya baca di twitter saat Radit mem-posting twitpic sebuah web dari Universitas Indonesia. Ternyata dia diterima buat ambil S2, tapi bingung bagaimana ngatur waktu diantara kesibukannya.

5.) Raditya Dika pernah pacaran sama Sherina Munaf. Anjlok banget ya? Bagaikan Beauty and The Kunyuk =P
Tapi mungkin saja Sherina (atau Shero, seperti yang ditulis Radit di bukunya) adalah pasangan yang matching buat Raditya Dika. Keduanya sama-sama punya imajinasi dan kreativitas tanpa batas, punya selera humor yang nggak biasa.
Ada satu bab di buku Marmut Merah Jambu yang khusus dipersembahkan untuk Sherina, judulnya How I Meet You, Not Your Mother.
Buku itu ditulis pas dia lagi cinta-cintanya dengan wanita ini. Pas bukunya terbit, eh malah mereka putus. Tragis.

6.) Raditya Dika adalah penyuka kucing. (Wah.. kita sama dong, bang). Beberapa kucingnya bahkan sampe puluhan juta. (Yeah, if you are public figure, money can buy almost everything you want)
Dalam suatu episode Mata Hati bersama Maman Suherman, Raditya Dika membenarkan fakta itu. "Kebetulan aku emang suka kucing, jadi kalau pas ada kucing yang unik ya akhirnya tertarik beli"
Kalau kalian nonton Malam Minggu Miko, pasti tau Morganissa. Nah, Morganissa ini kucing Persia-nya Radit yang aslinya dikasih nama Si Bos.


Sudah cukup. Mari kembali ke cerita Talkshow.


Lewat akun twitter @Ener_C_Unnes panitia mengumumkan kalau pembelian tiketnya bisa dilakukan di basecamp EneRC. Atau bisa juga ke ITS Milk cafe, jalan Cempakasari yang melayani pembelian tiket diatas jam 18.00.

Allright. ITS Milk cafe. But the question is.... Where the hell is the location of ITS Milk Cafe?
Saat melempar pertanyaan ini ke facebook, bukannya ngasih tau dimana letak jalan cempakasari, eh malah pada nitip tiket. Oknum yg nitip tiket ini diantaranya Agus Musseto dan Myla Alia.

Sabtu tanggal 2 November saya ke ITS Milk Cafe. Pulang kerja, saya naik bus dari Ungaran ke Sekaran.
Karena udah nggak ada angkot di Sisemut, akhirnya saya naik ojek sekitar 30 menit. Ternyata tempatnya nggak gitu jauh dari Unnes kok. Masuk aja ke Gang Cempakasari, terus maju sekitar 6-7 rumah di sebelah kanan jalan.

ITS Milk Cafe adalah kafe biasa. Nyaris aja kelewat kalo saya nggak baca papan nama yang tertera. Bangunannya dari kayu, trus duduknya lesehan.
Ada mas-masa lagi masang lampu, dan tempatnya sepi banget. Seriously this is the place?
Oh, ternyata masih sepi soalnya ini belum masuk jam buka kafe. I came too early ^_^

Pukul 17.55 transaksi dilakukan. Lima tiket Talkshow Raditya Dika, total Rp 135,000.00.

Langsung bayar cash. Pakai uang asli. Nggak pakai daun. Apalagi uang monopoli. Hehehe

Ternyata kami dapat nomor kursi 1561, 1562, 1563, 1564, 1565 di kelas Silver.

"Nanti duduknya di tribun ya" kata mas-mas pemilik kafe. Pas kenalan, namanya Faisal. Mukanya manis banget. Ehem.

And then, the D-Day came. We were sooo excited to see the man behind all creative and genious projects.
Badiah, salah satu adik kelas lulusan TKJ ternyata ikutan Talkshow ini. Bayangin, dia jauh-jauh naik motor Mio dari Jogja. Iya, dari Jogja!!

Mona, salah satu temen kerja juga ikutan. Dia ngefans sama Raditya Dika. Demi liat Radit, dia bersedia bayar tiket on-the-spot yang harganya 20ribu lebih mahal.
"Menanyakan kenapa aku suka Radit sama aja dengan menanyakan kenapa aku bernafas" kata dia.
Wuih.. ekstrim ye? Itu mah bukan ngefans lagi namanya. Tapi udah fanatik garis keras.

Jam 06.30 sudah berangkat dari Karangjati, dimana saya boncengan motor dengan Badiah. Mona mengikuti naik motor dibelakang kami.
Yang saya tau, Unnes itu cukup populer. Yang saya nggak tau, Unnes ternyata nggak cukup populer untuk Badiah dan Mona.

Mereka nggak tau jalan menuju Unnes. Mampus.

Padahal, saya sendiri juga nggak inget jalannya. Kami bertiga buta arah. Ouch!

"Mbak Devi tau tempatnya kan?" tanya Mona, seolah lagi ngetes cowoknya untuk berkata jujur waktu ditanya 'Kamu nggak selingkuh kan sayang?"

Haduhh.. gimana ya? Saya coba mengingat-ingat arahnya waktu naik ojek dulu.

"Engg... pokoknya nanti pas sampai Rumah Sakit Ungaran kita belok kiri. Kan ada gang tuh, nah kita masuuuukk aja sampai terminal Sisemut.
Dari terminal ntar lurus ke arah Sekaran.... trus lurus..... trus belok kanan...... habis itu lurus. Nah, deket-deket situ deh"

*pesan moral : jangan andalkan Devi untuk mengingat jalan, kecuali jalan rumahnya sendiri*

Akhirnya setelah dua kali kebablasan, salah belokan dan berkali-kali tanya orang, kami sampai di Unnes. Yeah.

Pertanyaan selanjutnya : Ini masuknya lewat mana, trus parkir motornya dimana ya? *hadeeehh..*

Setelah tanya sama beberapa anak Rohis yang lagi pengajian, kami berhasil menemukan tempat talkshow. Yeah, yeah.

Karmila alias Mila, adik kelas yang nitip tiket dan sudah anteng nunggu diparkiran bolak-balik sms. "Kalian nyampe mana sih? Aku udah kayak anak hilang lho. Mana tadi belum sarapan, lagi"

Yah, mau gimana lagi? Saya cuma bisa prihatin. Lha wong aku aja sampe belum kasih makan si pus meong -__-*

Tempat talkshow ini adalah Auditorium Unnes. Halamannya udah rame banget, padahal open gate-nya masih satu jam lagi.
Disana udah ada Agus Musseto, kakak kelas dari TEI yang juga nitip tiket. Catat ini, dia barusan pulang dari Jakarta naik kereta pagi.
Jam 06.00 dia sampai di stasiun Tawang, dan langsung capcuz ke Unnes.
Tanpa sempet mandi.

*Pantes tadi kecium bau-bau negatif* hehehe

"Aku dianterin sama dia" kata Mas Agus sambil nunjuk cowok kurus, item dan berkacamata.
Owalah, ternyata itu Sulung Nopriantoro, temen satu angkatan dari jurusan TLI. "Ini hari pertamaku jadi jomblo lho. Temporary" katanya absurd.

Mona si temen kerja langsung menyadari bahwa dia berada diantara alumni STM Pembangunan.
"Jadi, mas-mas ini semuanya anak Stemba ya? Karmila juga anak Stemba? Badiah juga? Wahh..."

Mungkin Mona khawatir dia bakal dikeroyok anak STM sampe babak belur. Dia terlalu banyak nonton acara kriminal.

"Dev, pulangkan aku dari sini. Pulangkan aku, Dev" kata Sulung yang mulai absurd lagi. Mungkin dia takut imannya goyah melihat cewek-cewek peserta Talkshow yang rata-rata anak kuliahan itu.

"Ini godaan berat sebagai laki-laki" kata Sulung.
"Lho emangnya mas'e ini bukan laki-laki?" tanya Mona.
"Belum. Tapi arahnya kesitu" jawab Sulung kalem. Hiahahaha...  sungguh teman yang ajaib.

Kemudian, Budiono datang. Dia juga nitip tiket ke saya. Dengan datangnya Budi, maka lengkaplah sudah sudah rombongan kita. Sulung pun pamit, setelah sebelumnya nyomot wafer twister punya Mona.

Kami daftar ulang, lalu kembali menunggu.
Menunggu pintu auditorium dibuka. Hadeeehhh..

bukan lagi nunggu panggilan audisi.
Sekitar pukul 09.52 pintu Auditorium dibuka. Kami berdiri dan mengantre untuk masuk. Seperti yang dulu dikatakan oleh Faisal dari ITS Milk Cafe, tempat duduk kami ada di tribun.
Dan tribun disini berarti duduknya LESEHAN! Iya, bener. Kita duduk ndlosor di Tribun atas.

Asoy bener.

jangan lihat kami, tapi lihat background di belakang kami. seperti itulah setting tempat Talkshow-nya.

Yang saya tau, dengan duduk di tribun gini at least kita bisa lihat si Raditya Dika dari atas dan dadah-dadah sama dia.

Yang saya nggak tau, area tribun ini Soundsystem-nya PARAH. Entah karena tidak disiapkan speaker di bagian tribun atau bagaimana, tapi yang jelas penonton yang duduk di Tribun gak bisa denger suara MC.
Alhasil, suara Dika terlalu menggema dan kita nggak bisa nangkep dia ngomong apa.
Mengecewakan :"(

Acara dibuka oleh sepasang MC yang menurut saya agak kagok. Kayak kurang persiapan.
Udah gitu, suara mereka nggak kedengeran jelas, berkat soundsystem yang amburadul di Tribun atas. Arrggh!! *pengen cekik si penata sound*

Oke, ini daftar acara pembukaannya :

1.) Pembacaan Ayat Suci AlQuran
Seseorang maju ke podium dan membaca ayat AlQuran. Suaranya halus, dalam dan menggetarkan hati Mona (dia sendiri yang bilang gitu ke saya).
Saya sempet mengira ini suara cewek, sampai akhirnya saya melihat orangnya secara langsung dan ternyata dia pakai peci.

2.) Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Para peserta semuanya diminta berdiri dan bernyanyi bersama-sama. Ada yang lucu disini.
Dirigennya lupa kalau reffrainnya Indonesia Raya tuh dua kali.

Jadi, harusnya kan aba-abanya kayak gini :
"Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Tanahku, Negeriku yang kucinta.
Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.....

Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Tanahku, Negeriku yang kucinta.
Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Hiduplah Indonesia Raya....."


bagian refrainnya dinyanyikan dua kali, baru berhenti dan si dirigen boleh meninggalkan tempat.

Tapi yang terjadi siang itu adalah : bagian refrain baru dinyanyikan satu kali, dan si dirigen ini dengan pedenya langsung membungkukkan badan.

Penonton (yang walaupun bingung, untungnya hampir semua hafal lagu wajib ini) langsung melanjutkan menyanyi refrain sekali lagi.

Sementara si dirigen yang apes itu dengan gelagapan (dan pastinya malu lah ya) langsung mulai memberi aba-aba lagi. Bhahahaha... ini grogi atau mau niru jejak Roy Suryo mbak?

3.) Sambutan dari ketua panitia dan ketua BEM
Like I said, inilah bagian yang boring karena dimana-mana pidato sambutan pasti isinya itu-itu melulu.
Puji syukur kehadirat Allah, ucapan makasih ke temen-temen karena udah datang, dan mohon maf klo acaranya kurang lancar.
Standar banget.
At least dikasih tebak-tebakan apa gitu biar rame. Atau sebelum sambutan dia koprol.
Absurd sih, tapi kan bakalan nggak boring.

4.) Pemukulan Gong oleh Ketua BEM
Pemukulannya sih biasa. Ada gong besar warna tembaga, lalu dipukul. Udah itu aja. Yang spektakuler (dan dramatis) itu prosedur pemberian pemukul gong-nya.
Tongkat pemukul gong-nya dibawa oleh anak-anak teater, lalu ada aktor yang memerankan si jahat pakai kaos hitam, trus si jahat ini berusaha merebut tongkat pemukul gong dari anak teater.
Mereka rebutan. Mereka menampilkan aksi laga. Mereka main silat. Mereka teriak-teriak.

Mirip sama sinetron laga di TV itu. Cuman nggak ada Elang raksasa atau adegan melawan naga.

Setelah gong dipukul (yang artinya acara resmi dibuka), ada 4 orang MC lain yang naik ke panggung dan menyuruh peserta JOGED.
Peserta yang jogednya paling heboh, dapat goodie bag.
Jangan tanya deh, saya nggak minat untuk joged di tempat begini. Kalau di ruang karaoke, nah...beda lagi ceritanya.

Sambil menunggu si kampret Raditya Dika datang, ada mini stand-up comedy yang dibawakan oleh komika lokal yang nggak tau siapa nama aslinya. Pokoknya akun twitternya @gartegar, dan dia sering banget ikut Open Mic di Warung Doremi Pleburan.
Ketika snack dan minuman udah hampir habis, MC mengumumkan kedatangan Dika.
"Dan inilah diaaaa......... RADITYA DIKA!!!!"

Serentak kami melihat ke arah pintu masuk. Dan itu dia! Dengan kaos putih, celana jeans dan muka kluwus kayak belom mandi, Raditya Dika berjalan menuju panggung.
Dia ternyata emang pendek. Iya, beneran.
Tapi dasar namanya artis, tetep aja 'aura' ngetop dan kharismanya bikin orang teriak riuh. Termasuk saya.

"Selamat siang.." kata Dika diawal talkshow. Ah, suara itu!
Suara innocent, cengo dan nada khasnya yang bikin saya dan Budiono langsung berubah jadi ABG labil lalu melambai-lambaikan tangan secara brutal.

Oke, mungkin cuma saya yg jadi ABG labil. Budi enggak. Dia jerit sebentar kayak ABG labil, lalu kembali cool, calm, kuli.

Belakangan Budi kasih komen di status saya : "labil itu musiman, melihat raditya dika langsung sambil teriak2 itu bisa disebut labil." -_-

Raditya Dika duduk dengan santai. Yep, bener-bener santai kayak duduk di ruang keluarganya sendiri. Satu kaki naik ke sofa, bersandar ke arah samping dan ngobrol dengan moderator.
Di tengah-tengah ngobrol, seorang panitia (mbak-mbak berjilbab) mengantarkan minum untuk Dika.

Dika langsung berhenti ngomong, memandang mbak berjilbab itu dan bilang "Makasih ya" dengan nada persis kalo dia jadi Miko.
Para penonton langsung heboh "Cieeeee....!!"

"Eh kamu itu bukannya yang suka nari Ummi-ummi gitu bukan? Yang kalo nari sambil pakai piring diatasnya. Ummi.... ummii..." kata Dika yang disambut riuh penonton.

Obrolan lanjut tentang buku-bukunya Dika dan filmnya. Sayangnya, soundsystem kampret membuat penonton di tribun nggak bisa nangkap suara Dika.
Budiono dan Mas Agus langsung turun ke bawah dan melihat Dika di deretan belakang sambil berdiri.
Saya, Mona, Mila dan Badiah langsung mengikuti.

Di lantai bawah, meskipun kami berdiri, kami rela. Soalnya suaranya Dika kedengeran jelas pakai banget.
Saat menonton dibawah (sambil berdiri, biar bisa lihat muka Raditya Dika) kami langsung sepakat kalo Raditya Dika emang ngocol banget!
Moderatornya berkali-kali dikerjain sama Dika. Secara Verbal.

Berasa nonton StandUp Comedy. Contohnya saat moderator mau nanya tentang perjalanan karir Dika.

MC : "Oke, bang. Aku tertarik sam..."

Dika : "Kamu tertarik sama apa? Sama aku? (penonton heboh). Udah deh, ngomongnya biasa aja.
Gue kasih tau ya, di Jakarta itu panggilan 'aku sama kamu' itu dipakai kalo udah intim"

MC : "Oke, jadi gini. Gue terta..."

Dika: "Ciee.. ngomongnya pake gaya Jakarta!" (penonton tambah heboh)

MC : "ya udah deh. Saya terta..."

Dika: "Woy, ngomong pake gaya Saya-sayaan itu kalo mau ngomong sama Pak Erte"

MC : ... (bingung) "TRUS MUSTI NGOMONG GIMANA??"

Selama 2 jam kami menyimak cerita (dan becandaan) Raditya Dika. Beberapa ceritanya sudah saya baca di liputan berbagai majalah, di blog dan di beberapa bukunya.
Manusia satu ini bener-bener extraordinary.

Dika bilang, semua yang dia lakukan itu berawal dari ketidakpuasan. Contohnya saat membuat serial Miko.

Malam Minggu Miko adalah video bergaya mockumentary yang dia buat karena nggak puas nonton acara TV yang itu-itu aja.
"Setiap kali nonton TV itu rasanya males banget. Acaranya itu-itu aja, kayak infotainment sama sinetron dubbing. Tau kan sinetron dubbing yang suka tayang itu? Yang sampai napas aja didubbing?"
Penonton ngakak. Yeah, we are so familiar with this dubbing cinema, Dit. Hahaha

"Nah, gue merasa bosan dengan acara kayak gitu. Infotainment juga isinya monoton. Julia Perez lagi masak apa hari ini. Si anu lagi syuting apa. Akhirnya tayangan-tayangan ini sering gue cela, dan gue jadikan bits-bits untuk StandUp Comedy.
Trus akhirnya gue ditantang 'Dit, emangnya elo bisa bikin tayangan bagus? Jangan suka mencela doang. Buktiin kalo elo bisa bikin acara yang emang bagus"

Maka lahirlah Malam Minggu Miko episode pertama, berjudul Nissa. Waktu itu baru tayang di channel Youtube RadityaDika sebagai web series, dan akhirnya dibeli sama KompasTV.

"Gue sendiri awalnya saat ditawari untuk menayangkan Malam Minggu Miko di TV, gue sempet pilih-pilih juga. Gue setuju untuk menayangkan, tapi dengan syarat tayangan dan skrip ini harus sesuai apa adanya.
Enggak ditambah-tambahi jadi tayangan yang terlalu komersil. Bukannya apa-apa sih. Gue nggak mau aja ntar isinya Malam Minggu Miko jadi terkontaminasi menjadi ala sinetron. Misalnya di tengah-tengah adegan, si Anca tiba-tiba telpon dengan dramatis "Mas Miko, kamu hamil" atau ada adegan gue sama Rian naik elang"

Penonton tambah ketawa.

"Waktu KompasTV nawarin untuk menayangkan, gue juga bilang sama mereka 'tolong jangan dirubah dan membatasi ide saya'. Dan mereka setuju"

Selain bagi-bagi cerita, kelakuan Dika bener-bener ajaib. Di tengah cerita dan bercanda, Dika melihat ke foto Wakil Presiden Budiono, yang terpampang di atas Auditorium.
"Eh ada Pak Budiono. Apa kabar Pak? Kenapa Pak? Oh iya... " kata Dika seolah-olah ngomong beneran sama wakil Presiden.

ABSURD. Tapi diam-diam, besok-besok kalau saya jadi MC, saya mau niru jokes ini untuk mencairkan suasana.

Si Moderator melanjutkan pertanyaan. Entah karena dia grogi atau salah ucap, tiba-tiba si Moderator ini dengan kalem nyeletuk "Oke, masuk bang"

"MASUK?? Masuk kemana??" si Dika ngakak. Mungkin dia kaget juga. Penonton menyoraki.

"Elu mau masuk kemana? Di bawah meja? Apa mau masuk ke celana gue? Tanpa beban enak aja loe bilang 'masuk bang' " Radit semakin ganas mem-bully si Moderator.

"Maksudnya masuk ke pertanyaan selanjutnya, bang" kata si Moderator.

"Oh, pertanyaan selanjutnya. Bilang dong yang jelas. Jangan bilang masuk, masuk, aje loe!"

Obrolan berlanjut dengan cerita buku pertama Raditya Dika, Kambing Jantan.

"Buku pertama gue adalah Kambing Jantan. Itu diangkat dari blog gue waktu itu. Buku itu terbit bareng sama novel-novel teenlit lain yang judulnya pakai bahasa Inggris, kayak Me VS High Heels, trus Eiffel I'm in Love.  Lah, buku gue judulnya Kambing Jantan - sebuah catatan harian pelajar bodoh. Langsung anjlok banget kan? Bahkan, ini demi Tuhan, di beberapa toko buku Gramedia di Makassar, buku ini sempet ditaruh di bagian ternak. Kalau nggak, masuk di rak cerita kriminal.
Gue heran, apa segitunya ya, muka gue?"

Penonton ketawa, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Gue nggak pernah baca buku-buku gue yang lama" kata si penikmat martabak ini. "Gue juga nggak pernah nonton film-film gue sebelumnya. Soalnya justru itu akan membuat gue lebih termotivasi dan nggak berhenti berkarya"

Pada talkshow ini, Dika juga memberikan kata-kata inspirasi.
"Kreativitas itu lahir dari wawasan. Gimana biar jadi kreatif? Elo musti banyak wawasan. Semakin banyak wawasan, semakin banyak option atau ide yang bisa elo gali. Kalo udah punya ide, elo butuh KEBERANIAN. Banyak orang takut gagal. Kenapa sih banyak yang takut gagal?  Yang penting elo udah nyoba. Emang kenapa kalo gagal?"

Kata-kata Raditya Dika ini membuat penonton bertepuk tangan dan bersahutan bilang "Wuihhh..."

"Super sekali" si moderator kembali nyeletuk. Yang tentu saja langsung ditanggapi Raditya Dika, dengan menirukan Mario Teguh dengan fasihnya.

"Sahabat Indonesia yang Szuperrhh... kenapa saya gundul?" Hahahaha.. cetarrr!

Tapi nggak berhenti sampai disitu. Dika makin menggila menirukan si motivator Golden Ways itu.

"Kita harus selalu menjadi orang yang penuh semangat. Jadi kalau kepala saya gundul dan rambut saya susah tumbuh, saya akan memotivasi rambut saya supaya tumbuh.  Itu."
Tawa penonton makin keras.

"Eh jangan salah ya. Gue nggak musuhan sama Mario Teguh. Gue akrab kok sama dia. Kalo lagi main di studio MetroTV, gue kadang-kadang ketemu sama dia. Gue nyapa dia, dia senyum ke gue. Gue tepok bahu dia, dia nyundul gue"

Ketika dibuka sesi pertanyaan, banyak tangan-tangan yang mengacung keatas. Rata-rata bertanya tentang proses penulisan.
Raditya Dika menjawabnya dengan lucu, tapi tetep to the point.

"Bang, kalau lagi nulis dan tiba-tiba menthok, buntu, dan bingung mau ngelanjutin, kita harus gimana?" tanya salah satu peserta.

Dika berdehem. "Nama kamu siapa tadi?"
"Wiwit, bang"
"Wiwit pengen jadi penulis?"
"Iya, bang"
"Oke, berhenti sekarang juga sebelum kita jadi saingan!"

Gyahahahaha... dasar Dika!

"Biasanya orang mengalami writer's block (sulit menghasilkan ide baru dalam menulis) karena dua hal : satu, bisa karena mood. Yang kedua karena elo sendiri nggak tau mau nulis apa"

"Buatlah outline alias kerangka" kata Dika ngasih tips untuk peserta yang mengalami writer's block. "Tentuin awal dan ending ceritanya mau kayak gimana. Kurang lebih itulah peta untuk cerita kamu. Kalo udah punya peta, kamu nggak akan tiba-tiba kehilangan arah kan?"

Selain membuat outline, Dika bilang kita harus tetep nulis. Walaupun lagi buntu. Nulis apa aja.

"Paksakan untuk menulis. Keep on writing. Kalaupun nanti hasilnya jelek, kan elo masih punya waktu untuk mengoreksi tulisan elo. Gue sendiri sekarang lagi nulis buku terbaru gue. Gue ngerampungin buku itu disela-sela kesibukan. Ada yang gue tulis pas lagi di kamar hotel, lagi nunggu pesawat.
Emang sih hasilnya nggak maksimal. Ya nggakpapa. Tapi kan di hari berikutnya gue akan baca lagi tulisan gue, dan gue perbaiki lagi biar jadi lebih bagus"

Berikutnya, ada cowok yang bertanya. Namanya Adnan. Semua peserta tertawa waktu Raditya Dika 'nylemong' beberapa kata dalam bahasa Jawa.

"Jenenge sopo? Jenengmu Adnan ya? Adnan uwis ngising opo durung?"

Jiahahahaha... saya bahkan nggak bisa nulis catatan gara-gara sibuk ketawa.

"Saya mau bertanya, bang. Bang Dika ini muslim kan ya?"
"Apah?"
"Bang Dika ini muslim kan?"
"Oh iya, agamanya Islam" jawab Dika. Honestly, ini fakta yang baru saya tau. Soalnya agama kan termasuk area yang sangat prohibited bagi seseorang.

Cowok bernama Adnan itu lanjut bertanya : "Iya, jadi gini bang. Kebetulan saya kan jomblo"

"Tunggu, tunggu, tunggu. Tadi elo nanya gue muslim apa enggak, trus habis itu elo bilang kalo elo lagi jomblo. ELO NGGAK BERNIAT MENJADIKAN GUE HALAL BUAT ELO KAN?"

Peserta lain tertawa. Tapi si cowok bernama Adnan itu tetep lanjut dengan nada sedikit protes. "Bentar dulu dong bang. Saya belum selesai ngomong nih"

Dan otomatis, Dika langsung bereaksi ala polisi abal-abal di sinetron.
 
"OKE! Tenang semuanya! Saya tidak ingin ada keributan disini. Saya datang dengan damai.."


Hahahahaha.... perut saya sakit, pemirsaaahhh..

Tanpa terasa, Talkshow selama 2 jam itu hampir selesai. Saya masih nggak percaya.
Time flies so fast... :'(

Setelah talkshow, ada acara potong Tumpeng oleh kepala departemen, dan potongan pertama diserahkan ke Raditya Dika. Cieee.. "Selamat Ulangtahun ya yang ke-8 buat EneRC Unnes" kata Dika.


Bang Dika pas merem nih

MC mengumumkan "bagi yang punya tiket Meet and Greet, silakan langsung ke sebelah kanan Auditorium..."

Diantara kami berlima, cuma saya yang ikut Meet and Greet. Yang lain titip salam. Si Mila malah minta saya nabok Dika untuk dia.
Lah, cari mati apa?

Di ruang meet and Greet, ada 300 peserta yang lagi antri untuk berfoto bersama Dika dan minta tandatangan.
Saya udah nyiapin buku Manusia Setengah Salmon, dan menyesal kenapa tadi nggak bawa binder. Akhirnya, notes kecil warna hijau (dapet dari resepsi Ayu, si temen SD) saya ajukan ke Dika untuk ditandatangani.

Saat kami mengantri untuk tanda tangan, ada mas-mas pakai kemeja putih yang marah-marah. "Woy, itu yang antri ditertibkan dong. Biar agak cepet dikit. Itu yang pakai baju merah tuh panitia kan? Bantuin nertibin dong, masak kayak gini musti gue sih?"

Oh, ternyata ini Wira alias Wiwit. Manajernya Raditya Dika. Sangar.

Saat giliran saya tiba, wuih... rasanya deg-degan juga. Ini beneran Raditya Dika! Hanya lima senti dari saya!

"Bang Dika, dapat salam dari temen-temenku lho. Budi, Mila, Diah, Agus, Mona, sama Angga" kata saya. Dengan senyum setulus-tulusnya.
"Oh iya..." kata Dika sambil senyum. Asli, dia ternyata humble dan cakep banget lho. My heart was almost melting.

Saat itulah terbersit gagasan nakal di otak saya. Gagasan yang didunia hiburan dikenal sebagai Celebrity Feud. Mengarang cerita demi mendapat perhatian, atau agar orang lain 'ngeh dan notice dengan kita.

"Bang Dika", kata saya memulai. "Saya disini representatif temen-temen saya lho. Mereka sampe patungan biar saya bisa ikut Meet and Greet"
"Kenapa harus kamu yang wakilin mereka?"
"Karena.... hahaha... saya yang paling jelek.. hahahaha"

Duh, my beloved friends. Maafin saya ya. Gagasan ini tercetus tanpa bisa dibendung ^_^

It was a wonderful moment bisa ikutan Meet and Greet Raditya Dika siang itu. Setelah semua peserta berfoto bersama, kami duduk lesehan di karpet.
"Oke, ada yang mau nanya sama Bang Dika?" tanya si MC.

Seperti sebelumnya, banyak tangan yang teracung. Termasuk saya.
"Saya, bang! Saya! Sayaaa!" dengan noraknya saya berkata keras.

"Iya, kamu aja deh. Yang kelihatan paling sehat" kata Dika sambil nunjuk saya.

Huwaaa... sialan. Belum apa-apa saya udah dibully nih. Tapi nggak papa deh, saya rela.

"Selamat siang bang Dika"
Dan... believe it or not, Raditya Dika mengingat cerita saya.

"Oh.. kamu tadi yang patungan sama temen-temen biar bisa ikut acara ini ya?"

Oh bumi, telanlah saya. Para peserta lain kelihatan kaget dan berseru "Hah?"

Allright, show must go on. Saya cuma cengir-cengir aja. Mungkin kalau Budi sama Mona denger bagian ini, mereka akan membunuh saya. Hehehehe.
Tapi terbukti kan? My crazy idea a la celebrity feud makes Raditya Dika remember me. Jangan-jangan bakal dia masukin di salah satu bab bukunya?
Mungkin bunyinya gini :
Seorang peserta ada yang mengaku patungan sama temennya buat ikutan meet and greet bareng gue. Gue nggak nyangka.
Entah tiketnya yang beneran mahal di Semarang atau jangan-jangan dia anak kost yang tiap bulan menggantungkan diri dari kupon makan raskin.


Pada meet and greet itu saya bertanya sama Raditya Dika :
"Mana yang lebih disukai bang Dika : melakukan StandUp Comedy, jadi sutradara, atau menulis?"
"Gue lebih suka baca sih sebenernya"
"Baca perasaanku bisa bang?" (oke, lagi-lagi saya ngoceh nggak karuan)
"Baca perasaan kamu? Emm.. bentar... "(Dika merem)

Dan sebelum Dika menjawab, saya yakin jawabannya pasti hinaan lagi. Makanya saya mendahului ngomong.

"Pasti suram ya bang?"
"huwaduuh... suram sekali"

Yak, silakan bully saya sekali lagi, bang. Berikutnya, poster kamu yang saya bawa ke tukang santet.

Berikutnya saya juga bertanya :
"Lebih enak mana bang, kerjasama bareng Ryan atau sama Dovi?"
"Sama enaknya sih. Kan masing-masing punya sifat sendiri"
"Tapi lebih cocok sama Rian deh kayaknya. Hehehe" (oke, ini ketiga kalinya saya nyeletuk. Entah karena grogi atau gimana, tapi rasanya mulut ini pengennya nylemong terus)

"Ya emang sih penilaian orang tuh beda-beda" jawab Dika. "Ada yang lebih seneng lihat Rian, ada yang lebih suka lihat Dovi. Gue kenal Ryan Ardiandhy karena emang udah temenan. Dia ikut StandUp Comedy juga. Dovi juga kenal dari Youtube. Dovi itu lebih penurut. Kalo di depan kamera gue minta dia mandi, dia langsung mandi"

"Jadi siapa Anca?" tanya saya lagi.

"Anca itu, elo boleh percaya atau enggak, adalah orang dari manajemen gue. Waktu itu gue lagi nyari karakter untuk memerankan pembantu. Nah, kebetulan pas lihat si Anca, gue pikir 'wah ni orang cocok kayaknya'. Akhirnya gue minta dia main, dan ternyata cocok"

"Menghayati gitu ya bang?" saya menimpali. Tuh, mulut ini gak bisa berhenti. Saya sampai takut disirikin sama peserta lain gara-gara nyerocos aja. Kan jatahnya satu kali nanya doang?

"Iya, wah, sangat menghayati. Akhirnya ya, gue minta dia untuk main terus di serial Malam Minggu Miko. Kalo elo perhatiin, para personel The Pembantus itu juga rata-rata kru gue. Ada anak magang, gue lupa namanya siapa, dia pengen ikutan main. Akhirnya gue bolehin.
Termasuk Mas Aden, yang juga jadi anggota The Pembantus, itu tukang lampu gue lho. Dia itu bagian lightning dan ikut main di serial juga. Seringnya begitu. Gue minta mereka ikutan main, biar mereka rasain tampil di depan kamera"

"Boleh nggak sih, ada fans yang main ke lokasi syuting Malam Minggu Miko?" tanya saya (lagi)

"Ehmm.. sebenernya ada sih. Tapi nggak begitu banyak, soalnya gue sendiri juga termasuk galak di lokasi syuting"

Wow, Dika galak? Nggak nyangka saya.

Dan begitulah. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan sabar. Ada salah satu peserta yang bertanya, dan mengaku suka K-pop.

"Kamu suka sama Su-Ju ya?"
"Iya bang"
"Siapa personil favoritnya?"
"Siwon sama Heechul"
"Oh, kalo aku sukanya DongHae. Gue punya boneka gede, gue tempel fotonya DongHae, trus gue ajak makan, gue suapin"

Semua peserta tertawa riuh.

"Cowok-cowok tomboy!" celetuk saya. Dika menoleh dan ketawa.

"Hahaha.. tomboy dia bilang" sambil mengedikkan bahu ke saya. "Gue sendiri sebenernya nggak suka ya sama K-Pop, dan nggak mudeng. Jadi pas bikin cerita tentang Cewek yang suka K-Pop, gue baca-baca banyak banget majalah tentang K-Pop. Segala macam tentang Mirotic, Yoona, dan hal lainnya itu gue dapat dari majalah. Jadi gue riset dulu"

*PS : Kalau kamu belum pernah lihat, coba buka Youtube, ketik Malam Minggu Miko Cewek Korea Jie Hye. Dijamin ngakak. Hehehe*

Terakhir, ada peserta cowok yang bertanya tentang animasi grafis. Termasuk bertanya tentang alamat email Dika.

"Kalau boleh tau, alamat email bang Dika apa ya?"

"Oke, catet ya. Ariel Peterpan et gimel dot com" Peserta langsung heboh. Hahahahaha...
Bisa-bisanya dia ngaku jadi Nazriel Irham.

"Kenapa sih filmnya Bang Dika enggak urut sesuai bukunya? Habis Cinta Brontosaurus kan harusnya Babi Ngesot sama Radikus Makankakus, kok langsung loncat ke Manusia Setengah Salmon?" seorang cewek berjilbab bertanya.

"Bentar-bentar, elo bisa nggak nyebutin Babi tanpa lihat ke muka gue? Tadi elo nyebut Babi Ngesot, dengan penekanan di kata BABI dan ekspresi elo menatap gue"

"Iya, maaf bang. Hahahaha... maksudnya bukan begitu"

"Jujur sebelum gue memfilmkan buku, gue bertanya dulu, 'apa sih yang ingin gue sampaikan?' Kambing Jantan bercerita tentang Long Distance Relationship. Cinta Brontosaurus bercerita tentang cinta yang jadul, cinta yang purba. Sementara Manusia Setengah Salmon bercerita tentang Move on.
Kalo Babi ngesot, isinya apa sih? Radikus Makankakus juga isinya acak. Makanya gue nggak memfilmkan. Berikutnya akan ada project film Marmut Merah Jambu. Film ini ceritanya tentang Cinta diam-diam. Ada yang mau ikut casting?"

"casting jadi siapa?" tanya saya pake suara keras.

"JADI PEMBANTU"

Ketika disinggung kira-kira apakah ada Malam Minggu Miko season 3, Dika bilang enggak. Unfortunately.

"kemungkinan ada Malam Minggu Miko 3 gak bang?"
"Belum tau. Kemungkinan sih enggak"
"Trus Anca gimana dong bang? Udah nggak sama Cewek tercantik di kelurahan dong?"
"Hahahaha...  enggak sama dia lagi, siapa itu namanya, si Cewek tercantik di kelurahan? Lupa gue?"
"Atun?" kata saya coba menebak. Soalnya saya juga lupa, hehehe
"ATIK! Atun, lagi!" kata Dika mengoreksi. "Anca juga bakal main di film Soekarno kok"
"Jadi apa bang?"
"Sanggulnya Fatmawati"

Hahahahaha.... sampai acara berakhir, kami masih tertawa.

Thanks for visiting Semarang, Dika! Especially to make my first day of December beautiful.
I adore yah! <3


ini adegan waktu Dika bilang "kenapa harus kamu yang mewakili mereka?"
tiket kita
D'girls (Mila, Badiah, Mona, dan Devi) in front of the banner

Crowd yang nunggu Dika (ada 1800an orang!)
poster promo Talkshow. Gambar ini juga terpampang di kardus snack kami dan mug
ini Budiono. Thanks to him, I got the information of this marvelous talkshow
Pembantu dan Jomblo Terhina
bayar duit Seratus ribu demi tandatangan Raditya Dika
"Sukses selalu ya bang! Ati-ati di perjalanan!"

Komentar

  1. Gue jg punya cerita talkshow Raditya Dika yg wkt dtg ke Lombok bulan kemarin, tp agak miris sih ceritanya gara2 panitianya kurang becusss >.<

    BalasHapus
  2. halo.. terimakasih ya sudah membaca dan berkomentar :))

    Hehehe... ternyata kita sama-sama punya kesan nggak enak sama kepanitiaan nih.
    Waktu talkshow Raditya Dika di Semarang, selain soundsystem-nya yang kurang sip, beberapa panitia juga kurang koordinasi.
    Saat pengambilan sertifikat talkshow aja musti nunggu lamaaaa banget karena nggak ada panitia yang standby di basecamp.

    Eh, btw, Nama blog kamu apa, biar saya baca juga.

    BalasHapus
  3. Tulisannya bagus kak,,
    berasa ikut liat raditya dika sambil teriak2 kayak ABG labil
    hahaha
    ^_^

    BalasHapus
  4. Wah.. terimakasih Mba Sri Wahyuni sudah mau baca ^_^
    iya, saya memang susah membendung kelabilan ala ABG ini..
    *ngaku aja*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam