Si Besi seringkali bangga pada dirinya sendiri. Ia sering menyombong pada air.
"Lihat, ini aku. Kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu. Lemah dan lunak"
Si Air hanya diam.
Si Besi gemas didiamkan, dan menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : "Siapapun dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang"
Si Air setuju.
Dan mereka pun berlomba. Rintangan pertama : mereka harus melalui penjaga gua, berupa batu-batu yang keras dan tajam.
Si Besi mulai menunjukkan kekuatannya, dia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu.Tetapi karena kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh. Menghujam ke besi.
Si Besi pun banyak kena goresan. Dan dia sampai di dalam gua.
Sekarang giliran Si Air.
Air melakukan tugasnya : menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya.
Si Air pun sampai di dalam gua. Tanpa goresan, tanpa ada reruntuhan air.
Jadi sekarang, score sementara 1 : 0 untuk Si Air di rintangan ini.
Rintangan kedua, Si Air dan Si Besi harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu.
Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus. Semakin keras Si Besi berputar, memang celah itu semakin hancur tetapi dia juga semakin kena luka-luka.
Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai, dan karena bentuknya yang flexible dan bisa berubah bentuk, maka Si Air bisa dengan leluasa mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat didasar gua.
Tanpa terluka. Maka score air dan besi menjadi 2 : 0
Kemudian Si Air dan Si Besi berhadapan dengan rintangan ketiga : melewati suatu lembah dan tiba di luar gua.
Si Besi jadi semakin gemas, karena dia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Menggelindingkan diri sepanjang lembah? Memecah-mecahkan diri jadi kecil jadi kerikil? Hmm.
Sementara itu, Si Air segera menggenangkan dirinya. Ah, sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini.
Tetapi kemudian Si Air membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya ke lembah seberang, dan mengembunkannya.
Maka air pun tiba di lembah akhir, dan turun sebagai hujan.
Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0.
Mana yang kamu pilih? Besi atau Air.
Ah, pasti kamu pilih air. Iya kan? Sama. Saya juga pilih air.
Saya berharap bisa menjadikan hidup ini seperti air. Memperoleh sesuatu dan mencapai tujuan dengan kelembutannya, tanpa merusak dan mengacaukan sekitarnya.
Tidak bergerak dengan ekstrem, tapi membuat perubahan sedikit demi sedikit. Moves step by step. Without stopping.
Sama seperti air yang menaklukan batu tetes-tetes air, hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih. Bukan dengan paksaan dan kekerasan.
Kekerasan hanya menimbulkan dendam, dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.
Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku. Karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya.
Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa.
Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan untuk merubah diri menjadi uap.
Saya mungkin nggak bisa berubah jadi uap. Jadi asap juga nggak bisa. *emangnya saya jin?*
Tapi dari air, saya belajar untuk meringankan hati seperti uap. Tanpa beban. Tidak berpura-pura jadi kuat, dan tidak ragu meminta bantuan kalau memang butuh, karena memang hidup itu saling bersosialisasi.
Dan sebagai penutup, ini quote bagus yang saya temukan dari Goodreads :
“Water does not resist. Water flows. When you plunge your hand into it, all you feel is a caress.
Water is not a solid wall, it will not stop you. But water always goes where it wants to go, and nothing in the end can stand against it.
Water is patient. Dripping water wears away a stone. Remember that, my child.
Remember you are half water. If you can't go through an obstacle, go around it. Water does"
(Margaret Atwood, dari buku The Penelopiad)
It's true. Life keep flowing, indeed. Just like water :-)
"Lihat, ini aku. Kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu. Lemah dan lunak"
Si Air hanya diam.
Si Besi gemas didiamkan, dan menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : "Siapapun dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang"
Si Air setuju.
Dan mereka pun berlomba. Rintangan pertama : mereka harus melalui penjaga gua, berupa batu-batu yang keras dan tajam.
Si Besi mulai menunjukkan kekuatannya, dia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu.Tetapi karena kekerasannya batu-batuan itu mulai runtuh. Menghujam ke besi.
Si Besi pun banyak kena goresan. Dan dia sampai di dalam gua.
Sekarang giliran Si Air.
Air melakukan tugasnya : menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak lainnya.
Si Air pun sampai di dalam gua. Tanpa goresan, tanpa ada reruntuhan air.
Jadi sekarang, score sementara 1 : 0 untuk Si Air di rintangan ini.
Rintangan kedua, Si Air dan Si Besi harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi merasakan kekuatannya, ia mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu.
Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus. Semakin keras Si Besi berputar, memang celah itu semakin hancur tetapi dia juga semakin kena luka-luka.
Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai, dan karena bentuknya yang flexible dan bisa berubah bentuk, maka Si Air bisa dengan leluasa mengalir melalui celah-celah itu dan tiba dengan cepat didasar gua.
Tanpa terluka. Maka score air dan besi menjadi 2 : 0
Kemudian Si Air dan Si Besi berhadapan dengan rintangan ketiga : melewati suatu lembah dan tiba di luar gua.
Si Besi jadi semakin gemas, karena dia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Menggelindingkan diri sepanjang lembah? Memecah-mecahkan diri jadi kecil jadi kerikil? Hmm.
Sementara itu, Si Air segera menggenangkan dirinya. Ah, sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini.
Tetapi kemudian Si Air membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian ia meminta bantuan angin untuk meniupnya ke lembah seberang, dan mengembunkannya.
Maka air pun tiba di lembah akhir, dan turun sebagai hujan.
Air menang telak atas besi dengan score 3 : 0.
Mana yang kamu pilih? Besi atau Air.
Ah, pasti kamu pilih air. Iya kan? Sama. Saya juga pilih air.
Saya berharap bisa menjadikan hidup ini seperti air. Memperoleh sesuatu dan mencapai tujuan dengan kelembutannya, tanpa merusak dan mengacaukan sekitarnya.
Tidak bergerak dengan ekstrem, tapi membuat perubahan sedikit demi sedikit. Moves step by step. Without stopping.
Sama seperti air yang menaklukan batu tetes-tetes air, hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih. Bukan dengan paksaan dan kekerasan.
Kekerasan hanya menimbulkan dendam, dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.
Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia flexibel dan tidak kaku. Karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya.
Air tidak putus asa, Ia tetap mengalir meskipun melalui celah terkecil sekalipun. Ia tidak putus asa.
Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, padanya masih dikaruniakan kemampuan untuk merubah diri menjadi uap.
Saya mungkin nggak bisa berubah jadi uap. Jadi asap juga nggak bisa. *emangnya saya jin?*
Tapi dari air, saya belajar untuk meringankan hati seperti uap. Tanpa beban. Tidak berpura-pura jadi kuat, dan tidak ragu meminta bantuan kalau memang butuh, karena memang hidup itu saling bersosialisasi.
Dan sebagai penutup, ini quote bagus yang saya temukan dari Goodreads :
“Water does not resist. Water flows. When you plunge your hand into it, all you feel is a caress.
Water is not a solid wall, it will not stop you. But water always goes where it wants to go, and nothing in the end can stand against it.
Water is patient. Dripping water wears away a stone. Remember that, my child.
Remember you are half water. If you can't go through an obstacle, go around it. Water does"
(Margaret Atwood, dari buku The Penelopiad)
It's true. Life keep flowing, indeed. Just like water :-)
Komentar
Posting Komentar