Langsung ke konten utama

Nge-Net di kantor nih ye!

Kerjaan saya di kantor lumayan asik, walaupun standard-standard aja. Ber-AC, komputer untuk satu orang satu unit. Nggak jauh beda sama kantor lain. Apalagi disini terkenal pelit. Hehehe

Tapi menurut saya tempatnya asik. Dekat sama pantry (jadi kalau mau tambah air minum, aksesnya gampang). Dekat sama toiler juga. Yah, walaupun toilet dipake rame-rame sih sama staff Finishing, HRD, WS bahkan ada operator yang ikut pake sampai baunya duilee... pesingg!

Ruangan saya juga dekat dengan HRD. Itu artinya kalau ada gajian, pasti kita bisa ambil slip gaji duluan disana. Dan karena ruangan HRD ini kayak akuarium (baca : kacanya transparan), maka kalau ada yang kena kasus dan dipanggil ke HRD, kami juga jadi yang pertama tau.
Ruangan kami juga punya akses lurus ke pintu kaca yang biasanya dilewati tamu dan dipakai sebagai jalan pintas saat makan siang. Habis, kami malas kalau makan siang harus jalan ke pintu utama dan melewati deretan operator finishing dan sekuriti.
Apalagi staff HRD banyak yang nyelonong lewat situ juga. (Ya, HRD memang tak bisa dijadikan teladan!)

 
Terlepas dari letaknya yang strategis itu, yang bikin saya berkomentar asik adalah : CPU saya sudah bisa connect ke internet. Asoy! Fantastik! Sorak sorak bergembira, bergembira semua.

Dulu memang bisa connect internet, tapi setelah lebaran eh tiba-tiba putus lagi. Katanya sih domain dan portalnya di re-set oleh tim IT. Entahlah, saya nggak mudeng sama hal-hal IT begituan. Maklum, gaptek. Jadi malu sendiri. Hehehehe..


Asiknya kalau bisa connect internet ini adalah : saya bisa langsung cek kalau ada techpack baru dan mendownload-nya. Dulu kan sering nebeng punya Chandra Wibawa. Sampe nggak enak sendiri.  Bahkan kadang techpack malah di-download langsung sama Pak Chandra.
Jadi makin nggak enak.
  
Selain itu, saya juga bisa langsung tracking kalau ada paket lewat kurir DHL, TNT, Fedex dan Asianet. Semuanya serba cepat dan mandiri.
Ah, kerja begitu seimbang dan sempurna, sampai akhirnya ...... timbul masalah : saya keasikan browsing internet.


'Walaupun bisa dibilang lagi free dan kerjaannya nggak berjibun, tapi tetep aja nggak bisa dibenarkan and I feel sorry to open and googling many stuffs using internet fascility.
Sekarang saya lagi seneng-senengnya cari ebook (yang formatnya pdf). Amboii.. nggak kebayang senengnya waktu nemu Artemis Fowl, Bartimaeus dan Agatha Christie.
Yah, walaupun bahasanya masih pakai bahasa Inggris ya. Cuman kan seneng aja gitu, dapet bacaan impor gratis. Hehehehe

Saya juga keranjingan buka Google, untuk mengecek apa saja yang saat itu sedang melintas di kepala saya. Entah itu lirik lagu, entah itu lagu anime, atau sekedar kata-kata yang pernah saya dengar dan saya lupa artinya.
Tinggal buka Google, lalu ketik kata yang kamu mau dan.... voila!! Deretan referensi website akan muncul. Beberapa kosakata yang benar-benar asing akan muncul, tapi kadang website yang memuatnya kadang nggak relevan dan penjelasannya melenceng.


Pernah nih ya, saya lagi pengen cari tau puisi dari Taufik Ismail yang pernah dibacakan oleh Deddy Mizwar di Unnes, sekitar 5 tahun lalu. Waktu itu beliau sedang mengisi acara Seminar Film di kampus Unnes Sekaran. Saya ditunjuk oleh Bu Sari, guru bahasa Indonesia untuk ikut seminar itu bersama Yati Tri Hidayati. Saya lupa apa judul puisi yang dibacakan itu. Tapi beberapa lariknya masih saya ingat, tentang televisi dan buruknya acara yang ditayangkan. Matikan tombol bernama remote control itu, demikian bunyi terakhirnya.


Wah, selama ini saya masih mencari-cari puisi itu. Dan saat googling di sela-sela kerja seperti inilah saya berhasil menemukan puisi yang dibaca dengan penuh penghayatan dan ekspresif oleh Deddy Mizwar.
Judul puisi itu ternyata "Pelajaran Membunuh Orang". Kata-katanya sangat menggelitik, contohnya seperti bagian ini :

Lewat layar kaca aku dilatih menghafalkan cara mencekik leher
perempuan kesepian dengan tali rafia, menusuk jantung
tetangga dengan linggis, menggergaji lengan demonstran,
membakar badan bajingan dan meledakkan perut laki-laki
hamil enam bulan,

Semua itu kulakukan santai sambil menggosok gusi dengan pasta gigi
berwarna biru, kumur-kumur cairan berduri yang warnanya
seperti pipis kuda, minum kopi sekental lumpur sawah
pegunungan, mengisap racun nikotin di atas pelana kuda
Arabia, mencuci bulu-bulu kaki dengan shampo 2-dalam-1 dan
melihat kamu yang memakai sepasang beha yang lebih mirip
seperempat beha,


Begitu sederhana, asli, lumrah dan tidak berbelit-belit. Seperti itulah gambaran televisi dimata Taufik Ismail. Makin kesini tayangan televisi kita semakin meresahkan. Sinetron yang terlalu lebay, iklan manipulatif, dan berita-berita dengan bahasa vulgar.
Perlahan-lahan masyarakat akan tersihir dan terpengaruh dengan isi tayangan. Anak kecil bisa menirukan bahasa kasar dari televisi. Suami kalap bisa membunuh istrinya dengan cara brutal yang hanya bisa kamu lihat di film Kill Bill.
Dalam puisi ini Taufik Ismail membahasakannya menjadi sebuah "Pelajaran". Pelajaran yang hanya bisa diajarkan guru televisi, bukan di akademi.

Ada lagi puisi yang berhasil saya googling, setelah 8 tahun nggak ketemu. Puisi ini pertama kali saya lihat saat SMP, waktu melihat tayangan Metrotv.


Lagi lagi saya nggak tau judulnya apa, tapi untungnya memori saya masih merekam beberapa lariknya : 'Atas nama cita-cita, akulah elang raja. Atas nama pengabdian, akulah sejatinya batu karang"

 
Merasa familiar dengan kata-kata ini? Kalau nggak tau, coba googling juga. Hehehe.. Teman saya bilang, ini puisi karangan Surya Paloh yang dulu sempat jadi Top Management-nya Metro TV. Dulu mah internet belum ngetren kayak sekarang. Saya juga sempat lupa tentang puisi itu. Saat googling di sela kerja begini, tau-tau wuss.. memori saya disadarkan dan jari-jari saya langsung mengetuk.


Tadinya saya search 'Surya Paloh atas nama cita-cita akulah elang raja' dan yang muncul malah deretan web tentang siapa Surya Paloh dan kegiatan beliau. Nggak cocok.


Saya ganti key-word saya dengan 'Puisi Metrotv atas nama cita-cita akulah elang raja' dan yang muncul malah puisi yang dibaca tokoh-tokoh politik. Nggak cocok lagi.

Kita memang nggak bisa bergantung sepenuhnya pada mesin, secanggih apapun dia.

Ketiga kalinya, saya masukkan key-word kalimat puisi itu "Atas nama cita-cita, akulah elang raja. Atas nama pengabdian, akulah sejatinya batu karang" dan hasilnya...... ketemu!
Ternyata banyak sekali yang mengutip dan meng-quote puisi ini di Twitter mereka atau di wall mereka. Saya coba klik salah satu blog yang memajang puisi ini.
Dari blog inilah saya tau bahwa ini adalah puisi yang dipajang di lobby Metro tv. Ah, begitu toh...


Ini dia puisi favorit saya itu :

Atas Nama Cita-Cita
Akulah Elang Raja yang Melesat
Terbang ke Angkasa Luas, Angkasa Bebas
Melanglang Cakrawala Tanpa Batas

Atas Nama Pengabdian
Akulah Sejatinya Batu Karang
Menahan Gelombang, Menantang Badai
Tegak di Samudara Laut Nan Lepas

Atas Nama Kebenaran
Akulah Berdiri di Kaki Bumi Pertiwi
dalam Kesetiaan Menjadi Saksi
Sejarah dan Peradaban Bangsa


Puisinya bikin semangat, walaupun saya gatal pengen merubah kalimat terakhir menjadi Sejarah dan Peradaban Negeri. Biar rima belakangnya sama, bisa huruf i semua gitu. Hahahaha..

Saya sering merasa berdosa juga sih, ini namanya korupsi fasilitas kantor kan? Terlepas bahwa biaya internet ini mungkin bukanlah apa-apa dibandingkan omzet perusahaan, atau kenyataan bahwa ada banyak staff dan karyawan lain yang mengakses internet untuk download kartun, komik dan browsing hal-hal lain lebih parah dari saya, but still, I feel guilty to use internet access for surfing.
Untung aja situs jejaring sosial seperti facebook tak bisa dibuka. Kalau enggak, wah bisa-bisa biaya internet membengkak, tapi kerja staff-nya (terutama saya) tetep nol.
Hmmm....

Jadi sekarang PR saya tambah lagi : how to control my passion and intention to surf in internet. Paling-paling cuma buka blog aja buat nulis cerita. Oh, dan untuk googling. Udah itu tok.
Download lagu juga nggak pernah lagi loh, swear. Saya prefer ke warnet aja.

Satu lagi nih, saya udah pesen laptop lewat koperasi. Sony VAIO seri E14. Kalau udah dateng, saya pasti pakai laptop saya sendiri buat browsing-browsing.
Biar berkurang 'dosa' dan tindakan korupsi fasilitas. Doakan aja saya nggak kumat lagi ya!


Have a nice day, folks!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon...

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala...

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam...