Langsung ke konten utama

being single and happy ^_^

selamat siang semua...
hari ini Pringapus lagi cerah banget. Sang Matahari lagi 'good mood' disini, hehehe.
Tapi gak tau ntar malem kayak gimana. Saya sih berharap ntar malem juga bakal cerah-cerah aja. Amiinn. ^_^

well, panas banget di ruang kerja. AC-nya mati satu, tapi dampaknya woooww.. saya dan teman-teman seperti terpanggang. So Hot! Apalagi kerjaan di PPMC lagi banyak-banyaknya, sering ada mis dengan produksi, pendingan masih banyak, waahh.... ideal banget buat memancing emosi. Bu Mala, leader saya juga mukanya bete banget. Kerjaan plus meeting melulu + udara gerah = emosi. Ati-ati nih... =P

oke, kembali ke topik awal. Single and Happy.

saya masih single (ehm), tapi buat saya gakpapa tuh. Jomblo itu pilihan. Makanya saya nggak mau pusing-pusing mikir cowok. Kalo ada yang cakep, paling jadi klepek-klepek. Hehehehe. Saya pernah punya cowok, dan terus terang saya kapok. Cowok itu nyebelin banget! Playboy kelas kakap. Punya pacar dimana-mana. Saat kami pacaran, ternyata dia udah punya cewek, dan dengan entengnya dia bilang kalo cewek itu adek sepupunya dia. Idihh.. Kok bisa saya naksir orang itu ya? Jadi nyesel sendiri.

Lupakan tentang itu. Balik ke kalimat awal 'jomblo itu pilihan'. Saya milih jadi jomblo (at least for now) untuk beberapa alasan. Pertama, keluarga. Adek saya masih sekolah di STM. Sejauh ini, dia prioritas utama saya. Biar deh kalo ntar dia punya pacar atau nikah duluan (selama ini memang seperti itu kan? kakak yang mengalah. Hehehehe). Alasan kedua tentang pekerjaan. Saya mau fokus sama kerjaan dulu. Ngumpulin uang banyak-banyak buat masa depan. Saya juga masih punya mimpi yang masih belum diwujudkan. Lagian, saya ini pemeluk agama Islam yang notabene melarang pacaran. Pak Wirawan-guru English yang udah saya anggap ayah sendiri pernah bilang "Lebih baik pacaran setelah menikah. Kalau belum menikah, apapun yang kamu lakukan itu haram. Tapi kalau sudah menikah, apapun yang kamu kerjakan, pasti halal" Dan kalau kaitannya sudah halal - haram, tentu saja kita milih yang Halal kan? Itulah salah satu pertimbangan saya.

Salah satu teman kerja saya, namanya Triana pernah menunjukkan sebuah postingan di Facebook bernuansa Islami yang isinya 'mencela' orang-orang berpacaran. "Sungguh berani", kata posting itu "orang-orang yang pacaran sungguh berani. Berani merindukan seseorang, lebih daripada rindunya pada Allah swt. Berani patah hati kalau ternyata pacar kita bukan jodoh kita. Berani melanggar batasan agama, berani menjadikan dosa yang sudah ada menjadi berlipat-lipat, berani melanggar apa yang sudah dilarang oleh-Nya. Dan pada akhirnya, mungkin kita berani memesan tiket untuk 'menginap' di neraka karena dosa ini.

Serem ya?

Terlepas dari larangan agama diatas, alasan kenapa saya memilih Jomblo adalah karena jomblo itu enak. Jomblo itu bebas. Jomblo itu tanpa beban. 

Menjadi jomblo berarti menjadikan dirimu sendiri sebagai prioritas utama. Prioritas kedua adalah keluarga. Pacar? Ah, pacar mah prioritas nomer ke-sekian puluh atau kesekian ratus. Kamu bisa fokus ngapain aja tanpa pusing-pusing mikir 'dia lagi apa, kira-kira lagi mikirin aku nggak, dia bakal setia nggak' dan pertanyaan lain yang rentan bikin G-A-L-A-U. 
Kamu juga nggak perlu buang-buang pulsa secara rutin hanya sekedar menulis 'Luph u' atau yang paling kuno 'jangan lupa makan, ntar sakit'

Sebagai jomblo, saya tak punya 'beban' dalam tetek-bengek itu. Yang ada hanya saya, dan kehidupan untuk dijalani.

Enaknya lagi, saat kamu jomblo itu berarti kamu nggak punya ikatan dengan seorangpun. Secara otomatis, kamu boleh flirting, bebas ngeceng dan tebar pesona sama siapapun cowok disekitar kita. Hahahaha....
Nggak akan ada yang ngambek dan merasa jealous kan?

Apa lagi? Orang yang jomblo nggak akan merasa 'Wajib Jaim'. Mau ketawa ngakak atau makan bakso dua mangkok juga nggak ada yang melarang. Ke acara kawinan pun, kalau kita datang secara rombongan nggak akan ada rasa risih atau jaim untuk ngambil semua makanan. Ngaku aja deh, kalau ada pacar, kita pasti malu kan mau makan banyak-banyak. Cewek - cewek jadi cenderung jaim. Padahal, saya anti sama yang namanya jaim. Kalo nggak  bener-bener terpaksa.

Kamu juga bisa pergi kemanapun kamu mau, kapanpun. It's free. Mau jalan-jalan ke mall lalu belanja sepuasnya, terserah. Mau pulang naik angkot atau mampir kemana-mana dulu juga nggak ada yang melarang. Nggak akan ada cowok yang berdiri di samping kamu dengan muka bete dan berharap kamu selesai belanja. Saya seorang maniak buku, dan merupakan hal yang paling bete kalau saya 'Ditunggui' saat belanja dan pilih-pilih buku.
Saat saya jomblo, waktu sepenuhnya milik saya. Milik Devi. 
Syaratnya satu, pandai-pandai jaga diri sendiri. Kalo nggak ada cowok, kan berarti nggak ada bodyguard-nya. Hehehe

Tulisan saya ini bukan berarti 'mengecam' orang-orang yang pacaran ataupun memprovokasi orang-orang supaya nggak pacaran dan jadi jomblo aja. Swear, nggak ada maksud apa-apa. Biarin aja mereka pacaran. Saya percaya mereka sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Saya percaya mereka sudah punya logika berpikir yang cukup matang untuk menerima semua konsekuensi, termasuk konsekuensi dan hukuman dari-Nya.
Saya cuma sekedar sharing, bahwa jomblo itu nggak ada sengsaranya. Bahwa jomblo itu bukan akhir segalanya. Bahwa jomblo juga tetap bisa menikmati hidup yang hanya sekali ini.

Hidup jomblo!

o(n_n)o    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon...

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala...

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam...