kisah ini Devi coba terjemahkan dari "The Tea Cup", Ashutosh Prajapati - http://mylifemantras.blogspot.com.
Coba baca ya. Bagus deh! ^_^
Ada sepasang suami istri yang pergi ke London untuk berbelanja. Mereka senang mengoleksi benda-benda klasik dan tembikar, terutama cangkir teh.
Suatu hari ketika mengunjungi sebuah toko, mereka melihat cangkir teh yang sangat bagus.
"Boleh kami lihat cangkir tehnya? Kami belum pernah melihat ada cangkir teh secantik itu"
Saat pemilik toko mengulurkan cangkir itu, tiba-tiba si cangkir teh berkata: "Tidak, kau tidak mengerti" katanya. "Aku dulunya bukan cangkir teh seperti ini.
Dulu aku ini berwarna merah dan hanya berupa sebongkah tanah liat. Lalu tuanku memungutku dan menggulung-gulung lalu menepuk-nepuk lagi dan lagi sampai aku berteriak "Berhenti! Kumohon hentikan"
Tapi tuanku hanya tersenyum dan berkata "Nanti dulu"
"Setelah itu aku ditaruh di roda berputar" kata si cangkir teh. "Dan aku diputar, lalu diputar lagi, dan diputar terus sambil dia meratakan pinggiranku. Hentikan! Aku mulai pusing. Aku menjerit. Tapi tuanku cuma mengangguk dan berkata 'Nanti dulu'
Lalu dia meletakkanku di oven. Aku belum pernah merasakan panas yang sangat menyengat seperti ini. Aku bingung kenapa dia ingin membakarku dan aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu oven.
Aku bisa melihat bibirnya bergerak saat menggeleng dan berkata "Nanti dulu"
Lalu pintu oven terbuka, tuanku menaruhku di meja, dan aku mulai mendingin. "Nah, begini lebih baik" kataku. Dan tuanku menyemprot dan mengecat sekujur diriku.
Bau catnya sangat memuakkan, rasanya aku mau muntah. "Hentikan, hentikan!" teriakku. Tapi tuanku hanya mengangguk "Nanti dulu"
Lalu tiba-tiba dia menaruhku kembali ke oven, bukan seperti oven yang pertama. Ini dua kali lebih panas dan aku merasa akan mati lemas. Aku memohon-mohon, mengemis, mengiba-iba, menjerit, menangis. Aku bisa melihat tuanku mengangguk dan masih berkata "Nanti dulu"
Saat itu aku merasa sudah tak ada lagi harapan. Aku tak akan sanggup. Aku siap untuk menyerah.
Tiba-tiba pintu terbuka dan tuanku menaruhku di meja. Satu jam kemudian, dia menghadapkan aku pada sebuah cermin. "Lihatlah dirimu" katanya
Aku menatap cermin dan terkejut. "Itu bukan aku" kataku tak percaya. "Tak mungkin itu aku. Aku cantik. Aku sangat cantik"
"Aku ingin kau mengingat ini" kata tuanku. "Aku tau rasanya sakit saat digulung-gulung dan ditepuk-tepuk. Tapi jika aku tak mengambilmu, kau pasti akan mengering saat kemarau.
Aku tau kau jadi pusing saat diputar-putar di roda pembentuk, tapi jika aku berhenti memutarmu, kau akan remuk.
Aku tau rasanya panas, sakit dan tak menyenangkan di dalam oven, tapi jika aku tak meletakkanmu disana, kau akan pecah.
Aku tau baunya membuatmu sesak saat aku menyemprot dan mengecatmu, tapi jika aku tak mengecatmu maka kau tak akan mengeras. Kau tak akan punya warna dalam hidupmu.
Dan jika aku tidak menaruhmu di oven yang kedua, kau tak akan tahan lama karena tak cukup keras.
Sekarang kau adalah produk yang telah selesai. Kau adalah apa yang ada di pikiranku saat pertama kali kutemukan.
Moral of the story :
Tuhan senantiasa tau apa yang Dia lakukan dan yang terbaik untuk manusia. God is the Potter, and we are the clay.
God will mold us and make us, so that we may be made into a flawless piece of work to fulfill God's good, pleasing, and perfect will.
No temptation has seized you except what is common to man.
And God is faithful; God will not tempt you beyond what you can bear; but with the temptation also make a way to escape, that you may be able to bear it.
I hope this article can inspire you ^_^
Love,
Devi_divai
Coba baca ya. Bagus deh! ^_^
Ada sepasang suami istri yang pergi ke London untuk berbelanja. Mereka senang mengoleksi benda-benda klasik dan tembikar, terutama cangkir teh.
Suatu hari ketika mengunjungi sebuah toko, mereka melihat cangkir teh yang sangat bagus.
"Boleh kami lihat cangkir tehnya? Kami belum pernah melihat ada cangkir teh secantik itu"
Saat pemilik toko mengulurkan cangkir itu, tiba-tiba si cangkir teh berkata: "Tidak, kau tidak mengerti" katanya. "Aku dulunya bukan cangkir teh seperti ini.
Dulu aku ini berwarna merah dan hanya berupa sebongkah tanah liat. Lalu tuanku memungutku dan menggulung-gulung lalu menepuk-nepuk lagi dan lagi sampai aku berteriak "Berhenti! Kumohon hentikan"
Tapi tuanku hanya tersenyum dan berkata "Nanti dulu"
"Setelah itu aku ditaruh di roda berputar" kata si cangkir teh. "Dan aku diputar, lalu diputar lagi, dan diputar terus sambil dia meratakan pinggiranku. Hentikan! Aku mulai pusing. Aku menjerit. Tapi tuanku cuma mengangguk dan berkata 'Nanti dulu'
Lalu dia meletakkanku di oven. Aku belum pernah merasakan panas yang sangat menyengat seperti ini. Aku bingung kenapa dia ingin membakarku dan aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu oven.
Aku bisa melihat bibirnya bergerak saat menggeleng dan berkata "Nanti dulu"
Lalu pintu oven terbuka, tuanku menaruhku di meja, dan aku mulai mendingin. "Nah, begini lebih baik" kataku. Dan tuanku menyemprot dan mengecat sekujur diriku.
Bau catnya sangat memuakkan, rasanya aku mau muntah. "Hentikan, hentikan!" teriakku. Tapi tuanku hanya mengangguk "Nanti dulu"
Lalu tiba-tiba dia menaruhku kembali ke oven, bukan seperti oven yang pertama. Ini dua kali lebih panas dan aku merasa akan mati lemas. Aku memohon-mohon, mengemis, mengiba-iba, menjerit, menangis. Aku bisa melihat tuanku mengangguk dan masih berkata "Nanti dulu"
Saat itu aku merasa sudah tak ada lagi harapan. Aku tak akan sanggup. Aku siap untuk menyerah.
Tiba-tiba pintu terbuka dan tuanku menaruhku di meja. Satu jam kemudian, dia menghadapkan aku pada sebuah cermin. "Lihatlah dirimu" katanya
Aku menatap cermin dan terkejut. "Itu bukan aku" kataku tak percaya. "Tak mungkin itu aku. Aku cantik. Aku sangat cantik"
"Aku ingin kau mengingat ini" kata tuanku. "Aku tau rasanya sakit saat digulung-gulung dan ditepuk-tepuk. Tapi jika aku tak mengambilmu, kau pasti akan mengering saat kemarau.
Aku tau kau jadi pusing saat diputar-putar di roda pembentuk, tapi jika aku berhenti memutarmu, kau akan remuk.
Aku tau rasanya panas, sakit dan tak menyenangkan di dalam oven, tapi jika aku tak meletakkanmu disana, kau akan pecah.
Aku tau baunya membuatmu sesak saat aku menyemprot dan mengecatmu, tapi jika aku tak mengecatmu maka kau tak akan mengeras. Kau tak akan punya warna dalam hidupmu.
Dan jika aku tidak menaruhmu di oven yang kedua, kau tak akan tahan lama karena tak cukup keras.
Sekarang kau adalah produk yang telah selesai. Kau adalah apa yang ada di pikiranku saat pertama kali kutemukan.
Moral of the story :
Tuhan senantiasa tau apa yang Dia lakukan dan yang terbaik untuk manusia. God is the Potter, and we are the clay.
God will mold us and make us, so that we may be made into a flawless piece of work to fulfill God's good, pleasing, and perfect will.
No temptation has seized you except what is common to man.
And God is faithful; God will not tempt you beyond what you can bear; but with the temptation also make a way to escape, that you may be able to bear it.
I hope this article can inspire you ^_^
Love,
Devi_divai
Komentar
Posting Komentar