Langsung ke konten utama

[event report] #Nusantarap tour edisi Semarang

Bahwa Pandji Pragiwaksono adalah seorang presenter, kita sudah tau.

Bahwa Pandji juga seorang standup comedian yang sudah membuat tour keliling Indonesia dan Mesake Bangsaku World Tour, kita juga tau.

Bahwa Pandji sering diajak berdebat soal peristiwa sosial dan politic awareness, kita juga sudah tau.

Tapi malam itu, masyarakat menyaksikan hal lain yang juga bisa dilakukan oleh bapak dua anak ini : bahwa Pandji Pragiwaksono adalah seorang rapper.

Dan bukan hanya seorang rapper biasa. Dia rapper sekaligus provokator.

Tercatat sudah ada 4 album yang dihasilkan Pandji, dan lagu-lagunya sedikit sekali yang berkisah tentang cinta tapi lebih banyak membicarakan Indonesia. Lirik lagunya memiliki nafas yang sama : bahwa masyarakat harus selalu melek dan aktif menjadi watchdog pemerintah. Harus memantau dan mengawasi. Harus selalu mengkritisi kebijakan mereka. Harus tanggap pada keputusan. Harus berani memberikan suara, karena bagaimanapun juga para wakil rakyat bisa duduk di kursi pemerintahan adalah karena jasa rakyat juga yang memilih mereka. "Harusnya mereka yang takut sama kita. Kitalah yang punya power untuk menurunkan mereka!" kata Pandji di sela-sela konser.

Rangkaian tur Hiphop bertajuk #Nusantarap adalah pertunjukan musik roadshow di 9 kota Jawa dan Bali, yang dipersembahkan oleh Telkomsel Loop dan disponsori oleh Coffee Toffee. Bintang utamanya adalah Pandji Pragiwaksono berkolaborasi dengan Endrumarch (personel Soul ID). Semarang adalah kota keempat yang dikunjungi, setelah sebelumnya rombongan menyapa Depok, Bogor dan Cirebon. Di dalam rombongan ini juga ada Pio Kharisma (the famous photographer dibalik gambar-gambra ciamik para komika) dan Yudha Khan si admin WSYDN Shop yang menjual merchandise dan koleksi karya Pandji. Secara lengkap, inilah jadwal tour #Nusantarap yang berlangsung di bulan November :

- Depok / 28 Okt > Coffee Toffee Margonda
- Bogor /  31 Okt > Hotel Gino Feruci Bogor
- Cirebon / 01 Nov > Swiss-Belhotel Cirebon
- Semarang / 04 Nov > Grapari Telkomsel Semarang
- Yogyakarta / 07 Nov > Loop Station Yogyakarta
- Malang / 10 Nov > Coffee Toffee Malang
- Surabaya / 11 Nov > Coffee Toffee Surabaya (Jatim Expo)
- Denpasar / 13 Nov > Coffee Toffee Denpasar
- Bandung / 15 Nov > House of Smith

Such a hectic schedule, right? Dalam satu pekan, rombongan tim #Nusantarap mengunjungi hingga 3 kota. Selama tiga minggu, mereka benar-benar 'hidup' di jalanan.

Hari Rabu tanggal 4 November 2015 di depan Gedung Grapari Telkomsel, giliran penonton Semarang yang bersiap nyanyi bareng Pandji. Tiket pertunjukan seharga 50ribu dijual di Grapari Telkom sejak beberapa hari sebelumnya dan dijual juga secara on the spot. Buat saya sendiri, ini pertama kalinya saya nonton acara musik secara LIVE (biasanya sih saya lebih suka nonton film dibanding musik).
Saya sempat was-was kalau nanti acara konsernya berlangsung ricuh, seperti beberapa konser di lapangan Simpang Lima. Tapi saya nekad. Saya penasaran mau liat Pandji membawakan beat lagu Menoleh yang selama ini cuma bisa saya saksikan di Youtube.

Maka malam itu, Devi Okta menyamar sebagai penonton hip hop dan datang ke Grapari Telkom sepulang kerja.

Tidak seperti acara hiburan lainnya, acara #Nusantarap dimulai tepat waktu. Open Gate benar-benar dimulai pukul 18.30, dan acara mulai pukul 19.30. Persis seperti yang diumumkan di twitter dan banner promosi.

"Ini bukan karena tidak mau nungguin yang telat, tapi menghargai yang tepat" tulis Pandji di twitternya @pandji.

Saya sampai di Grapari Telkomsel pukul 19.00 dan tempat itu sudah dipenuhi banyak orang. Please jangan tanya saya datang sama siapa. Jawabannya udah pasti jelas : saya datang sendiri. Namanya juga jomblo. Gimana, udah puas mencibirnya?

Setelah membayar tiket seharga 50ribu (by the way, harga 50ribu itu termasuk segelas kopi dingin dari Coffe Toffee + membership Coffee Toffee selama dua tahun dan pulsa Telkomsel 10ribu), saya menuju ke stand WSYDN Shop dan akhirnya membeli album Pandji yang judulnya 32 yang harganya diskon jadi 25ribu. Jujur, saya nggak tau lagu apa aja yang ada di dalamnya. Saya beli cuma karena lagi diskon sih. Hehehe..

Seperti yang dijanjikan, pukul 19.30 acara dimulai dengan masuknya Endrumarch, personil grup Soul_ID yang kini merintis solo karir. Semua penonton (termasuk saya) langsung meringsek ke depan panggung.

"Selamat malam, Semarang!!!" sapa Endru yang malam itu berkaos merah bergambar tokoh wayang yang memegang microphone.

Lagu Salut pun dinyanyikan sebagai beat pembuka malam itu. Tangan-tangan serentak teracung ke udara dan kepala penonton mengangguk-angguk mengikuti musik. Nggak tau liriknya? No problem. Entah bagaimana, momen konser punya keajaiban sendiri untuk membuat penonton yang -walaupun baru pertama kali nonton konser- bisa menirukan beberapa bagian refrain. 
Setelah kelar dengan dua lagu , Endru kembali menyapa. "Gua denger di Semarang juga ada grup hiphop jazz keren ya.."

Penonton sontak menimpali dan bersorak. "Aljabaaarrr...!!"

"Gua sempat kenalan dan kolaborasi sama mereka. Kita panggil sama-sama ya. Ini dia, Aljabar!"

Maka masuklah tiga orang personil : MG, Mirza dan Koko yang mengajak penonton bergoyang lagi. Bagi saya yang sehari-harinya ngantor di Karangjati dan kurang update sama perkembangan musik indie, ini pertama kalinya saya denger nama Aljabar. Dari apa yang saya googling, Aljabar terbentuk sejak awal Desember 2010 oleh beberapa nama penting dalam scene musik di Kota Semarang. Mirza, Koko, Fajar dan Gatot alias MG. Sejak awal terbentuknya, Aljabar berusaha untuk menggabungkan unsur-unsur musik jazz, soul, hiphop, RnB dan pop dalam menyampaikan ide-ide bermusik mereka. Bersama Endrumarch, mereka berkolaborasi dalam lagu Razzle Dazzle dan Sebuah Kata. Kedua lagu ini bisa didengarkan di Soundcloud Aljabarmusic. Selain dirilis format cakram padat, pada 11 Agustus 2014 lalu Aljabar merilis EP Holiday via iTunes dan sempat bertengger pada best seller iTunes Indonesia di kategori hiphop. Surely they can't be ignored. 
Selesai dengan Aljabar, tibalah penampilan dari sang bintang utama Pandji Pragiwaksono. Dengan jaket official #Nusantarap, celana jins kasual, dan topi, Pandji muncul diiringi sorakan penonton Semarang. Saya, tak terkecuali, ikut menjerit.

"Selamat malam, Semarang, mana suaranyaa!!!" katanya sambil merentangkan tangan, seolah menyambut sorakan tiap penonton yang ditujukan padanya.

"Gokil! Diantara kota-kota sebelumnya, Semarang paling rame!" kata Pandji setelah gempita sorakan penonton mereda. Cewek-cewek yang berada di barisan depan (yes, including me) berteriak heboh. 

"Alaa.. paling di kota-kota lain juga ngomongnya begitu" seloroh saya. Karena letak saya dekat dengan panggung (jarak Pandji dan saya cuma 50 cm!), tentunya kata-kata saya barusan didengar oleh Pandji. Dia nyengir.

"Oh, jangan-jangan ini penontonnya tuh sebagian besar rombongan yang kemaren nonton kite di Cirebon ya?" tambah Endrumarch yang disusul riuh tawa penonton. Sebagai pemanasan, Pandji menyanyikan I Told You (Kan Kembali), yang dilanjutkan dengan Atas Nama Kebenaran dan Takkan Usai. 
Selesai di lagu ketiga, suasana semakin panas. Penonton seperti kecanduan untuk terus ikut bernyanyi, nggak peduli kalo liriknya baru aja diketahui tadi pagi. 

"Panas juga ya.. Gua lepas jaket deh" Penonton di bagian belakang ikut melambaikan tangan. "Lempar sini, bang. Lempar!" kata mereka.

Lagu keempat adalah DPR, yang muncul di album Merdesa dan bisa dibilang lagu 'istimewa'. Liriknya yang blak-blakan dan kritis bisa membuat sebagian kepala panas, terutama kepala-kepala yang anti pemikiran terbuka. Entah kebetulan atau tidak, tempat konser #NusantarapSMG berada di Grapari Telkomsel Semarang yang letaknya tepat berseberangan dengan gedung Gubernur dan DPRD Semarang.

"Banyak jenismu, banyak pembohong di antaramu, 
Mengaku mewakili diriku, sesungguhnya kau tunduk pada partaimu. 
Hutang budi mereka banyak menuntutmu, kepentingan mreka mengarahkan-mu
Kutau di situ banyak boneka marionet di antaramu..."

Dan di bagian reffrain, hampir semua penonton menyanyi keras "Kami pantau dan kami awasi! Awasi!"

Satu hal yang saya salut dari Pandji : dia peka tentang keberadaan penonton. Pandji tau bagaimana cara menghargai penonton yang malam itu rela membayar 50ribu dan menyisihkan waktu menonton konsernya. Tidak ada penonton yang luput dari perhatiannya. Dia tersenyum, menyemangati, berjabat tangan, high-five, dan tidak segan-segan turun ke tengah penonton lalu menyodorkan microphone dan nyanyi bareng. 

Pada setiap jeda lagu, Pandji terkadang menyuarakan isi kepalanya tentang isu politik dan peran anak muda yang harusnya ikutan kritis dan mau bersuara.

"Habis ini kalian pengen lagu apa?" tanya Pandji melempar request pada audiens. Saya langsung semangat teriak "Menoleh!" yang juga dibarengi dengan suara lain yang berteriak "Melawan Lupa!", "Lagu Putus!", dan "Ode Untuk Ayah!"

"Banyak banget yang minta Ode Untuk Ayah. Disini ada yang nggak punya ayah lagi, sama kayak gua?" 

Pandji akhirnya menyanyikan lagu Menolak Lupa, dari album 32. "Lagu ini adalah salah satu wujud betapa gua sangat salut pada empat tokoh hero : Muhamad Hatta, Abdurrahman Wahid, Wiji Thukul dan Munir. Mereka mungkin udah nggak ada lagi. Tapi bukan berarti kita musti lupa. Kita masih mendengarkan teriakan mereka dan melanjutkan perjuangan mereka"

Lagu keenam, Tangan Kotor yang juga diambil dari album Merdesa membuat penonton kembali bernyanyi. "Tangan kotor, tubuh berpeluh. Kalau nggak kotor , nggak belajar , nggak maju. Bangun negara dari bawah dulu"

Bersama dengan selesainya Tangan Kotor, tanpa jeda Endrumarch memutar beat lagu Dengan Tenang. Salah satu cewek bernama Nimas, yang juga nonton di barisan depan ikut menyanyikan lagu ini dengan amat fasih. Dia hapal liriknya dari awal sampe akhir! Menyusul berikutnya lagu Babyplum yang dipersembahkan Pandji untuk Gamila, istrinya. Lalu kembali disambung dengan lagu Penasaran.

"Habis ini gua pengen ngajak battle sama para rapper Semarang. Ada yang berani? Ayo sini maju yang bersedia ditantang"

Dua orang penonton maju. Salah satu personel Aljabar (haduh, lupa namanya siapa) juga ikut naik ke panggung. Acara Rap Battle-pun dimulai. Peserta pertama seorang cowok berjaket. Dia mulai dengan gaya bebas. Mungkin karena jadi peserta pertama, performancenya sedikit kikuk. Giliran kedua adalah personel Aljabar. Dengan menyisipkan beberapa kata dalam bahasa Inggris, lumayan asik dan disoraki penonton. 

Peserta ketiga yang ikut battle adalah seorang pemuda berperawakan agak kecil, berkulit gelap dan memakai topi. Namanya Pieter. Diantara dua peserta lainnya, Pieter keliatan yang paling fasih dan punya swagger apik. Ketika ditanya, Pieter bilang dia adalah anggota sebuah komunitas hiphop di kota Semarang. Pantesan aja performnya bagus banget. Wong jam terbangnya udah tinggi...

Berikutnya Pandji kembali mengajak penonton bernyanyi. Lagu LXIX dibawakan sebagai lagu ke-10. Saya lihat sebagian besar penonton masih rada asing dengan lagu bertema 'dewasa' ini. Kalau kamu perhatikan, LXIX itu kan artinya 69. Sebagian besar mungkin udah 'ngeh' dengan angka 69. Hehehehe..

Lagu ke-11 adalah I Remember yang diambil dari album Provocative Proactive. Keseluruhan lagu yang berbahasa Inggris ini masih sangat asing bagi saya (karena saya baru denger kali ini). Otomatis, reporter kita ini cuma goyang sebisanya. Asal angkat tangan dan ngangguk-angguk aja deh :D

"Disini ada yang datang sama pacarnya? Coba tepuk tangan" kata Pandji sambil menyeka keringat usai membawakan lagu I Remember. 

"Yang datang ama gebetannya, ada nggak? Atau mungkin selingkuhannya? Atau sama mantannya?"

Penonton di kanan dan kiri saya langsung kasak-kusuk. "Oh, pasti habis ini lagu Putus", kata mereka. 

Dan benar saja. Tak lama kemudian, setelah bertanya "Kalo punya pacar trus dia malah selingkuh, enaknya diapain?" Endrumarch memulai beat music Lagu Putus yang diambil dari album 32. Irama dan liriknya yang catchy begitu mudah diikuti. 

"Boleh, kau sedih karna cintamu, tak berlanjut dan musnahlah mimpi indah itu.
Tapi pantang kau merajuk dan merengek lalu kangen kau twit no mention setiap malem minggu"

Di bagian reffrain, penonton yang rata-rata hapal lagunya ikut bernyanyi "Asal kamu tau, dia juga ragu, bukan cuma kamu, putus saja"

Lagu berikutnya adalah GBK. Endrumarch selain memainkan beat juga menjadi backup vocal bagi Pandji dalam lagu ini. Seusai nyanyi, Endru mengajak penonton untuk bersama-sama mengamini cita-cita Pandji untuk tampil ngerap di Gelora Bung Karno. "Kita doakan semoga Pandji bisa beneran tampil dan ditonton di GBK!"

"Amiinn!!"

Diantara semua lagu lainnya, lagu Aksi Massa bisa dibilang yang paling spesial. Lagu ini merupakan single teranyar dari Pandji yang dirilis dan dibawakan sepanjang tour #Nusantarap. Lagu ini juga menjadi salah satu lagu penggebrak semangat penonton. 

Saat bernyanyi bersama, beberapa kali Pandji tersenyum dan mengacungkan tangan ke arah penonton yang dilihatnya ikut melantunkan lirik dengan fasih. Pandangan matanya tak pernah berhenti di satu titik, tapi selalu ditujukan ke arah penonton seakan menyapu animo. Attitude seperti ini membuat penonton merasa dihargai, dan jadi tambah semangat nyanyi. Jika kamu ikut hadir di konser ini, kamu pasti tau deh rasanya kayak gimana. It's priceless :D

"Tinggalkan segala atribut // Bawa satu bendera Indonesia… 
Kau dari golongan mu, kau dari kalangan mu // Tapi kini kita bersatu… 
Kita yang pilih mereka // Kita bisa pula cabut mereka dari kuasa…
Jangan kau gentar kepada mereka // Merekalah yang harus tunduk pada kita…"

Dan disetiap akhir kalimat, penonton memekik : "AKSI MASSA!!!"

Bersamaan dengan selesainya lagu Aksi Massa, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 21.00. Tak terasa sudah hampir 1.5 jam konser berlangsung. Setelah minum seteguk air, Pandji mengumumkan bahwa setelah konser berlangsung, penonton boleh foto-foto sama dia. Woohoo!

Lalu masuklah beat lagu yang sudah sangat saya hapal : MENOLEH. Bukan hanya saya yang merasa adrenalinnya terangkat. Tanpa dikomando, seluruh penonton mengepalkan tangan keatas. Belum lagi mikrofon menyentuh mulut Pandji, kami semua sudah bersemangat bersuara :

"BENTUK KEPALAN, ANGKAT TINGGI DIATAS KEPALA
JADIKAN KEPALAN SEBAGAI PESAN
BAHWA KITA MASIH DENGARKAN
TERIAKAN PARA PAHLAWAN
MENOLEH KEBELAKANG, LIHAT YANG DITINGGALKAN
PELAJARAN TAK HARUS DALAM HALAMAN
BUKU SEKOLAHAN, BUKA WAWASAN!"

Selama ini saya sering menyimak lagu Menoleh dari video konser Pandji di Youtube. Dan jujur saja, saya merinding. Apalagi di tengah lagu disisipkan Indonesia Pusaka-nya Ismail Marzuki. Malam itu di Semarang, saat ikut mengangkat tangan dan bernyanyi, I really could feel a shiver in my spine. Kalau bukan karena suasana yang ramai, mungkin saya bakal nangis saat itu juga saking merindingnya.


Apa yang menginspirasi Pandji saat menulis lagu Menoleh? "Waktu itu pas lagi di Surabaya, saya lihat orang-orang pada demo. Saya pikir “Kenapa harus menuntut perubahan ya… kan bisa berjuang dan menciptakan perubahan. Sayang, padahal harusnya kota Surabaya yang mengajarkan Indonesia makna dari berjuang… (nyampe) Di hotel langsung kepikiran lirik dan menulis"

Lirik lagu yang cukup powerful dan menyuarakan semangat membuat kemajuan berhasil membakar animo penonton. Pada beberapa kesempatan sebelumnya, Pandji juga menyampaikan bahwa Menoleh bukan hanya sebuah lagu, tapi anthem. Sumpah, merinding!

Puncak konser #Nusantarap di Grapari Telkomsel Semarang ditutup dengan penampilan Pandji menyanyikan LAGU MELAYU yang iramanya asik banget buat joget. Pandji turun ke tengah penonton, berjoget dan bernyanyi bersama. Tanpa batas. Tanpa bodyguard. Tanpa malu. Semuanya bernyanyi dan menyudahi malam itu.

Sebelum berpamitan, Pandji mengucapkan terimakasih pada warga Semarang yang sudah mau nonton acara ini. "Sebelum acara selesai, gua janji : gua nggak akan pergi sampai semua orang yang hadir udah foto sama gua!" 

Pandji pun tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Coffee Toffee dan Telkomsel Loop ID sebagai sponsor utama, Blue Bird group yang sudah menyediakan bus merah #Nusantarap, Grapari Telkom Semarang sebagai tuan rumah, dan segenap panitia yang sudah membuat acara terlaksana. Dengan salut, penonton ikut memberi tepuk tangan. 

Dan demikianlah konser #Nusantarap Semarang berakhir. Pandji dengan sabar dan ramah meladeni setiap penonton yang ingin foto bareng dan minta tanda tangan. Sebagai penutup, setelah konser selesai saya berulang kali bergumam "Jadi seperti ini toh, rasanya nonton konser.." 
Not bad for beginner kayak saya. Berikutnya, nonton Coachella, mungkin? ^_^

= = E N D = = 


Fun Facts about #Nusantarap Semarang :
Usai menyanyikan tiga lagu pertama, keringat Pandji mengucur deras. Lalu seorang panitia mendekat dan dengan perhatiannya membawakan handuk + air mineral buat Pandji. "Cieee... baek banget lu" seloroh Pandji, yang juga disahutin "cieee..." dari penonton. 
"Kenalin, kenalin. Ini namanya Anjun. Coba semua bilang Haii..Anjuunn.., gitu"

"Haii..Anjuunn.." sambut penonton sambil tertawa ngikik. Si panitia bernama Anjun itu tersipu. 

Di tengah acara, Pandji juga membawa minuman spesial yang menemani dia sepanjang tur. Mau tau minumannya? Wedang Jahe dan Tolak Angin. Tanpa segan, Pandji mengambil sebungkus Tolak Angin lalu minum. "Keliatan tuanya ya, kalo gini? Hehehe.." 
Sementara penonton kembali menyahuti "Orang pintar nih ye,, minumnya Tolak Angin"

Sebelum mulai lagu Babyplum, Pandji menyampaikan rasa syukur dan kagumnya pada sosok Gamila, istrinya. "She's awesome, dan tentunya gua nggak akan bisa sampai sejauh ini tanpa dukungan dia" Penonton pun ikut bertepuk tangan bagi Gamila, yang juga seorang penyanyi dan belum lama ini meluncurkan album Gamila FM.

Di tengah-tengah pujiannya pada Gamila, penonton ikut menanggapi "Ciee.." saat melihat wajah Pandji yang menunjukkan bahwa ia benar-benar cinta Gamila. Sementara saya nyeletuk : "So sweeett..." kenceng banget. Mendengar itu, Pandji menoleh. "So sweet, so sweet. Anak rap kok di-sosweet-in!"

Pada lagu Atas Nama Kebenaran, tiba-tiba ada suara sirine polisi meraung-raung. Seperti ada razia. "Ssshhh... diem semua. Diem" Ternyata ini memang sengaja diatur, karena lagu Atas Nama Kebenaran bercerita tentang suap-menyuap di kalangan polisi (terutama polisi lalu lintas). 

Setelah battle, Pandji sempat menyanyikan lagu populer dari idolanya, Iwa K, yang berjudul "Bebas". Lagu yang pertama kali dirilis tahun 1995 ini sangat akrab di telinga generasi 90an. 
Koor penonton menggema "Bebas, lepas, kutinggalkan saja semua beban di hatiku. Melayang 'ku melayang jauh..". Saat lagu berhenti, Pandji memanggil seseorang. "Ini dia... Kita sambut Iwa K !"
Beberapa penonton (yang lengah) berhasil tertipu dan menengok ke segala arah, mencari-cari sosok Iwa K. Sementara Pandji tertawa-tawa. "Haha.. Kena deh! Kalo disini beneran ada Iwa K, udah dari tadi gua suruh nyanyi langsung orangnya!"

Dalam lagu Menolak Lupa, Pandji secara tangkas merangkum kisah dan perjuangan Munir, Gusdur, Hatta dan Wiji Thukul. Simak penggalan lirik yang bikin saya merinding saat dinyanyikan di panggung :

"Warisan mu Munir adalah nyali dan hati mu Munir
Untuk mereka yang merasa tersingkir, kau melawan dan berjuang tanpa akhir
Mereka bisa meracuni satu gelas saja tapi takkan bisa meracuni gelas sebangsa
Kupastikan mereka kan selalu ingat, itu perjuanganku melawan lupa.."

Dan pada bagian refrain, dengan khidmat penonton bersahutan "pahlawan kami merindukan kamu, pejuang kami merindukan kamu, pahlawan kami merindukan kamu.."


*some pictures taken from the show*

Nice pict with Pandji :)
Endrumarch after show. Dia sendiri lho yang minta foto bareng.
Walaupun datang sendiri, saya toh akhirnya ketemu sama temen-temen baru sesama penikmat musik Pandji. Di konser #Nusantarap Semarang, cewek-cewek ini berdiri di barisan paling depan

Mas-mas dari Coffee Toffee yang sigap membagikan kopi dingin

Yudha Khan (madep belakang, kaos hitam) sedang melayani pembeli

Banner acara #Nusantarap yang sudah terpasang di sisi panggung

Venue Panggung Nusantarap di teras Grapari Telkom Semarang, lengkap dengan peralatan audio Endrumarch

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam