Langsung ke konten utama

Laporan Khusus : #Penjambo3ngTawaRakjat – Pertunjukan StandUp Comedy Merayakan Ulangtahun Ke-3 Komunitas Standup Comedy Kota Semarang


Bentar. Ini judul postingannya panjang bener ya?

Nggak apa-apa deh. Namanya juga Lipsus alias Laporan Khusus. Mari kita lanjutkan saja.

Eh tunggu. Kenapa disebut Laporan Khusus? Satu, karena laporannya bukan laporan biasa. Dua, karena laporan ini seharusnya ditulis berbulan-bulan lalu. Bayangkan, acaranya saja tanggal 13 September 2014, tapi laporannya baru diposting sekarang. Anyway, masih pada mau menyimak kan? Bagus, bagus.

Pada ulangtahun mereka yang ke-3, komunitas Stand Up Comedy Kota Semarang (S.U.C.K.S) kembali menggelar sebuah pertunjukan Standup comedy. Sekedar reminder nih ya, tahun lalu (2013) di ulang tahun mereka yang ke-2, komunitas ini mengusung acara #ThreeMasKenthis dengan mengundang Ge Pamungkas, Gilang Bhaskara, dan Kemal Palevi. Acara ini sukses berat, tiket sold out! Bahkan Ge Pamungkas sampe kehilangan suaranya gara-gara tampil all-out di depan penonton Semarang yang sangat beringas. Laporan reporter kami Devi Okta tentang acara ini bisa kamu baca sini


Tahun 2014 ini, komunitas Standup Comedy Kota Semarang juga mengadakan pertunjukan komedi tunggal untuk merayakan ulang tahun mereka yang ke-3. Kali ini mereka mendatang empat komika mesin tawa : Adjis Doa Ibu, Aditya Muslim, Bintang Bete dan Dodit Mulyanto. Nama yang terakhir ini adalah komika favorit yang mencuri perhatian masyarakat di ajang Standup Comedy KompasTV season ke-4. Walaupun Dodit bukan juara satu dan ‘hanya’ masuk 6 besar, tapi animo masyarakat (terutama cewek-cewek) sangat tinggi untuk melihat komika sekaligus pemain biola yang sering bikin gemas gara-gara celotehannya yang kalem, sepotong-sepotong, tapi makjlebb. Hehehe ^_^

Aditya Muslim (akun twitternya @TretanMuslim) sudah dua kali ke Semarang, dan tidak ada penonton Semarang yang mau melewatkan penampilannya yang ketiga kalinya. Komika ketiga adalah Adjis (akun twitter @adjisdoaibu), seorang komika nasional dibawah naungan komunitas Stand Up Comedy Bekasi. Bang Adjis ini sudah sering tampil di MetroTV, tour, maupun tampil off-air. Selain jadi komika, Bang Adjis juga punya clothing line yang memproduksi kaos dan tas. Kalau kamu nonton TV-One, bang Adjis juga nongol sebagai pembawa acara Lain Cerita.

Guest star selanjutnya adalah Bintang Timur, komika dari Bekasi berambut gondrong yang dicurigai punya hubungan saudara dengan Raisa (“gue sih ada ya, hubungan sodara sama Raisa. Tapi Raisa-nya yang kagak ada hubungan darah sama gue” kata Bintang di suatu acara yang membuat semua orang tertawa parah). Selain tampil kocak di panggung, Bintang juga bertingkah lucu dan absurd saat ada yang mengajak foto.

Anyway, nama pertunjukan ini pun unik dan kreatif. Penjambo3ng Tawa Rakjat (dibaca : Penyambung Tawa Rakyat). Mungkin karena acaranya digagas pada bulan Agustus dan semangat heroik masih terasa, maka dipilihlah judul Penyambung Tawa Rakyat yang bisa jadi merupakan parodi dari Penyambung Lidah Rakyat (salah satu julukan bagi Bung Karno). Tulisannyapun memakai ejaan lama (Penjamboeng, Rakjat) yang mengingatkan zaman pra-proklamasi. Huruf ‘E’ pada kata Penjamboeng diganti dengan angka 3 sebagai simbol umur komunitas ini.

Harus diakui panitia dan penggagas nama acara ini sangat cerdik. *standing applause untuk anggota komunitas yang menciptakan nama acara*




Acara #Penjambo3ngTawaRakjat ini diadakan hari Sabtu tanggal 13 September 2014. Kali ini bertempat di Aula IKIP PGRI Semarang (sekarang namanya ganti jadi Upgris – Universitas PGRI Semarang). Poster acara sudah dishare sejak pertengahan Agustus lewat twitter @StandUpIndoSMG supaya para penonton bisa nabung dulu. Detil acara disebarkan sejak akhir Agustus - awal September. Sama seperti tahun lalu, akan ada Meet and Greet bersama para guest star yang 100% menjamin bisa foto bareng, minta tanda tangan, nyubit pipi para guest star,  atau berbagi gosip terbaru sama mereka. Tiket box dibuka mulai mulai akhir Agustus sampai awal September.

Mau tau harga tiketnya? Kelas reguler mulai IDR 60K dan 75K. Untuk kelas VIP harganya 120ribu. Panitia juga menyediakan tiket on the spot seharga 100ribu.

Dan kerennya, semua tiket malam itu ludes terbeli alias Sold Out. Sebanyak 500 orang hadir memenuhi aula.

Bertempat di gedung IKIP PGRI, open gate dimulai pukul 18.00 setelah beberapa jam sebelumnya panitia juga sibuk mengurus acara Meet and Greet di sebuah kafe. Tahun lalu, semua tiket ditandatangani oleh panitia sebagai bukti bahwa dia sah untuk memonton acara. Sementara tahun ini, panitia memakai stempel.

Iya, betul. Stempel.

Di pintu masuk, saat kami memperlihatkan tiket (yang kemudian disobek kecil di bagian kanan atas), panitia memeriksa tiket kami lalu .. thok! Tangan kami di-stempel dengan logo SUCKS.

Malam itu, saya merasa menjadi dokumen kelurahan. Thok! Di cap di tangan kiri.

By the way,  selain kena stempel, setiap penonton juga diberi sebuah lilin. Masing-masing satu per orang. Oh, mungkin ini untuk acara tiup lilin.

Penonton yang datang duluan langsung bergegas mengisi deretan tempat duduk bagian depan. Reporter kita, Devi Okta, terlambat datang karena perkara angkot. Rupanya reporter kita salah informasi, dia pikir open gate mulai jam 19.00 seperti acara-acara sebelumnya. Ternyata pukul 18.30 saya tiba di lokasi, dan semua deretan sudah terisi. Alhasil, saya bersama Anisa, Misri dan Yohanes harus puas mendapat tempat duduk paling belakang. Yap, paling belakang. Kami harus berkali-kali mendongakkan badan ke atas supaya bisa melihat performance para guest star dengan jelas. Habisnya, mas-mas yang duduk di depan kami punya fisik tubuh ukuran Big and Tall. Entah dia ini orang apa manusia salju sih.


Oke, oke. Kembali ke acara.


Duduk di deretan bangku paling belakang juga ada asiknya kok (jiyee.. pembelaan gitu). Setidaknya, kami bisa melihat para komika keluar dari Guest room dan sekilas gerakan mereka dari dalam ruangan khusus itu. Di belakang kami, anggota komunitas yang rata-rata berkaos putih (kecuali yang jadi panitia utama, mereka berkaos hitam) berdiri di belakang kami. Jumlahnya puluhan. Mas Obin, yang sekarang jadi penyiar di Smart FM radio, bertindak sebagai MC. Celotehannya yang kocak dan spontan membuat penonton tidak bosan menunggu acara dimulai.

“Mbak, datang sendirian ya? Owalah.. mesakke ik. Gak duwe pacar”


Beberapa menit kemudian Ramaedo Band tampil. Sebuah band yang beraliran tidak jelas. Hehe ^_^

Personil band ini adalah para komika Semarang, diantaranya Dhonny @gondrongg, Nono alias @bignoy, dan Adi (@adibiem). Lagunya random, dan seperti biasa sukses memancing tawa.


salah satu personel Ramaedo Band. Namanya? Entah. Catatan saya ada yang ilang nih :(

“Oke, sekarang kami akan mainkan lagu pake bahasa Inggris”’

Penonton tertawa, sebagian teriak ‘Wuihh...’

“Beneran lho. Judulnya Alright” kata vokalisnya. Dan mereka pun mulai memainkan nada....

Sementara itu, penonton menunggu dan bertanya-tanya, lagu Alright bakal kayak apa sih?

... satu menit, dua menit...

Para personil Ramaedo band masih memainkan nada. Vokalisnya bernyanyi (atau bergumam?) “yeah... oh yeah.. mmMMmm... yeahh..” sementara penonton masih penasaran.

Dan kemudian, saat musik akan berakhir, mereka semua berkata “Allright!”

Heh? Udah segitu doang lagunya?

Tawa penonton yang heboh memenuhi ruangan itu. Dikiranya lagu bahasa Inggris dengan beberapa lirik, eh nggak taunya cuma “Alright!” di akhir perform. Sungguh penampilan yang absurdily entertaining.

Hal yang semakin memecah tawa penonton adalah tampilan di layar LCD. Di sisi kanan dan kiri panggung terdapat dua LCD lumayan besar yang secara bergantian memunculkan foto Adjis, Muslim, Dodit dan Bintang, kemudian disusul dengan tampilan gambar sponsor acara, salah satunya sponsor yang menyebutkan TukuToSu. Kami ngakak gila-gilaan. Dalam bahasa Indonesia, TukuToSu artinya “Beli dong, ‘Njing!” hahaha... ini promosi apa nodong sih?

Akhirnya sekitar pukul 19:30 lewat sedikit, panitia mengumumkan acara Tiup Lilin. Panitia meminta para penonton untuk memegang lilin, kemudian beberapa anggota komunitas berkaus putih menyebar di tengah deretan penonton untuk menyalakan api di sumbu-sumbu lilin. Setelah semua lilin mulai menyala, lampu aula dimatikan dan semua orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

“Selamat panjang umur.... dan bahagia...” kemudian semua orang meniup lilin yang mereka pegang secara serentak. Tepok tangan buat komunitas Stand Up Comedy Kota Semarang!

yang sebelah kanan itu lilin kecil yang dibagikan ke penonton
Sebelum mulai penampilan para komika, MC mengundang bapak rektor untuk memberi sambutan. Tapi ternyata Pak Rektor tidak bisa datang. Sambutan diwakili oleh salah satu pengajar di IKIP PGRI. Singkat saja kok. Beliau (ah mana ya catatan saya tadi. Siapa nama beliau ini?) menyampaikan ucapan selamat kepada komunitas, lalu sedikit prakata tentang komedi.

Selesai sambutan,  MC memanggil penampil pertama. “Kita sambut bersama, ini dia.... Muslim!”

Tiba-tiba lampu padam. Musik River dari JKT48 dimainkan. Seseorang masuk, membawa dua glowstick, lalu menari mengikuti lirik : Penghalang adalah River! River! River!

Itulah Aditya Muslim, komika dari Madura. Begitu musik berhenti, Muslim ngos-ngosan.

“Jan tenan, abote nggolek dhuwit rekk...”
Penonton tertawa. Saya sendiri sudah pernah melihat gaya atraksi pembukaan Muslim seperti ini di acara Satu Bangsa Dalam Tawa. Makanya saya nggak kaget. Sementara Nisa, Misri dan Yohanes baru kali ini melihat Muslim tampil live. Mereka ikutan ngakak heboh.

Beberapa materi Muslim merupakan repetisi dari bit-bit yang pernah dia bawakan di acara lain dan sudah diunggah di Youtube. Tentang motor, tentang besi, tentang ibu-ibu naik motor di jalanan. Beberapa kali Nisah bilang “oh.. yang ini.  Aku pernah lihat di Youtube..”

“Saya sempet lewat terminal Terboyo. Disana itu sering sekali banjir ya. Saking seringnya, mungkin kalo ada orang yang nyuci motor pasti langsung mengakibatkan banjir..” Muslim membuat penonton tertawa.

Sebagai opener comic, dia tampil baik selama hampir 30 menit sebagai 'pemanasan'

Muslim is on stage! (foto by @evariyani)
Menyusul Muslim, sekarang MC menampilkan komika kedua : Adjis Doa Ibu. Dengan iringan lagu Mobil Balap dari Naif, komika dari Bekasi ini naik ke panggung.

“Assalamu alaikum.. Selamat malam Semarang!” sapa Adjis, yang disambut kompak “Malaaaamm!”

Ini pertama kalinya saya nonton performance Adjis secara Live. Biasanya saya cuma lihat di MetroTV, beberapa diantarnya adalah episode saat Adjis tampil bersama Bintang, Awwe dan Arya Novrianus.  Ternyata Adjis lebih gokil daripada yang terlihat di TV. Kalem, tempo agak lambat, tapi selalu memancing tawa. Materinya lumayan kompleks. Vespa, transportasi, ATM, cewek.

“Tuh liat, kaos gua... sama ya kayak kaos yang gua pakai di poster itu. Maklum, cuma punya satu. Baru juga beli tadi” penonton tertawa.

“Beli di.... dimana tuh.. Sunan Kuning?”

Hahahaha... penonton tertawa dan menyoraki.

Adjis, the vespa boy (foto by Nana! @dwspty )
Begitu Adjis turun panggung, MC memanggil komika selanjutnya. Sebagian penonton sudah menduga bahwa Dodit Mulyanto akan disimpan sebagai amunisi pamungkas malam itu. Itu artinya, yang tampil sebagai komik ketiga adalah ....

“Kita panggil bersama... Bintang Bete!!”

Si komika berambut gondrong masuk. Rambut digerai, dengan jaket warna kelabu. Dialah Bintang Timur.
Komika yang penampilan Live-nya saya tunggu. Orang ini seperti barang antik. Langka. Dengan pembawaan khas Bintang : ceplas-ceplos, cuek, tapi selalu berhasil membuat penonton tertawa hampir disetiap akhir kalimat, dengan intonasi yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Bintang Timur.

“Nama gua Bintang Timur. Akun twitter gua @bintangbete. Silakan diblok. Kalau udah terlanjur follow, ya udah langsung di-unfollow aja. Bodo amat. Kenal juga kagak”

Ledakan tawa terjadi. Banyak diantara kami yang sudah pernah melihat bit-bit Bintang dari Youtube. Tapi tentunya, menonton dari Youtube tidaklah sama dengan menonton secara LIVE.

“Gua lagi suka sama cewek. Dan cewek itu lagi nggak suka sama gua. (penonton tertawa). Dia udah dapetin cowok yang lebih kaya. Gua yakin bapaknya cowok ini adalah koruptor, dan ibunya pelihara babi ngesot”

Penonton kembali tertawa.
Bintang yang selalu lucu dan sayang mamah (foto by Nana! @dwspty )
 "Patah hati itu sakit ya. Sakitnya kayak digigit uler. Tapi lebih sakit lagi digigit harimau.." Bintang memulai bit selanjutnya, yang juga sering dia bawakan di event lain. Beberapa penonton yang sudah sering nonton video Bintang, termasuk teman saya Yohanes bergumam penuh semangat. "Oh yang ini, yang dikenyot-kenyot itu"

Dan benar saja.

"Tapi lebih sakit digigit harimau. Masih mending kalau digigit, langsung mati. Ini enggak. Udah gigit, eh dikenyot-kenyot dulu. Mati kagak. Geli"

Tawa penonton pecah.

"Gua suka banget ya nonton sepakbola. Tapi Mamah gua enggak. Mamah gua hobi banget nonton sinetron.
Kalau gua pulang, remote-nya diumpetin. Giliran remote-nya ketemu, eh mati lampu"

Hahahahaha...

"Giliran listrik nyala, Mamah gua yang ilang. Udah ilang, bawa remote lagi"

Ledakan tawa lagi.

"Giliran Mamah gua ketemu, acara bolanya udah kelar"

Mungkin kalian yang membaca postingan ini akan bertanya-tanya : dimana lucunya? Biasa aja tuh.
Woo... tentu penilaian kamu akan beda kalau nonton langsung. Makanya lain kali kalau Bintang perform di kotamu, jangan lewatkan kesempatan menonton dia.

"Gua pernah main film ama Nikita Mirzani. Sekarang orang-orang kalau lihat gua, mereka suka bisik-bisik. Misalnya ya, pas gua ke apotek buat beli obat. Penjaganya juga bisik-bisik.

'Mbak, beli Panadol dong. Pusing nih'
'eh..lihat, lihat. Ada bang Bintang. Ini Bintang Timur yang standup comedian itu kan?'
'iya bener'
'Tuh kan, standup comedian. Yang lucu itu kan?'
'iya'
'Tuh kan, lucu. Yang main film juga kan?'
'Iya'
'Tuh kan, main film'
'Apaan sih? Gua pusing nih'
'Tuh kan, pusing'


 Punchline Bintang yang hanya sepotong-potong (belum lagi callback-callback ala dia yang kocak) membuat suasana semarak. Saya kasih standing ovation untuk Bintang.  Keren, seperti ekspektasi saya.

Selesai Bintang tampil, tibalah giliran komika yang paling ditunggu selama beberapa bulan terakhir.

“Sudah siap melihat Dodit perform? Mari kita panggilkan.... Dodit!”

Seorang lelaki kurus berkemeja dan bertopi, membawa biola, berjalan ke arah panggung. Beberapa penonton bersorak, tapi sebagian besar lainnya segera menangkap fakta : orang ini bukan Dodit Mulyanto.

Dan benar saja, begitu si lelaki (yang meniru Dodit) mengucap “Selamat Malam Gaes...” yang berusaha dia tirukan supaya mirip Dodit, penonton langsung menyadari ini cuma tipuan dari panitia sebelum Dodit yang asli muncul. Owalah... jebul diapusi..

Penonton makin heboh ketika Dodit tiruan ini diminta memainkan biola yang dia pegang.
“Anu....” katanya ragu. Lalu mencoba menggesek biola.

“Huuuuu......” penonton riuh. Lalu tiruan Dodit diminta turun panggung.

MC lalu mengambil alih ditengah kehebohan. “Baiklah... kita sambut bersama, ini dia Dodit Mulyanto!”

Teriakan penonton kembali terdengar ketika pintu ruang VIP terbuka. Lagu One More Night dari Maroon 5 mengalun, dan seorang laki-laki berkaos hitam berjalan ke arah panggung. Itulah Dodit Mulyanto yang asli. Dengan membawa biola (yang juga asli tentunya).

Di setiap penampilannya di acara Stand Up Comedy Kompas TV, Dodit punya ciri khas untuk menyapa penonton dengan istilah-istilah yang – sebetulnya normal dan nggak neko-neko sih - tapi selalu memancing tawa karena diucapkan dengan nada lugu bak orang dusun.
Contohnya, pada satu babak bertema olahraga, Dodit menyapa “Slamat Malem, Sportsmaniah...” atau ketika babak eliminasi pertama, dia menyapa penonton “Slamat malem, para khalayak..”

Dan malam ini, para penonton Semarang bertanya-tanya : kira-kira Dodit bakal manggil kami apa ya?

Diatas panggung, Dodit mencoba mic. “Test..test.. test...”

Para penonton masih bertanya-tanya. Dia bakal manggil apa ya? Khalayak? Masyarakat? Manungsa? Memedi?

“Slamat Malem warga ‘mBandungan...” kata Dodit dengan nada dusunnya.

Tawa penonton pecah seketika. Bandungan! Dari sekian banyak objek sapaan lainnya yang bisa dia lontarkan, Dodit menggunakan frasa warga mBandungan. Oke, nggakpapa sih. Masih mending lah ketimbang disebut ‘Slamat Malem customer Sunan Kuning.....’

“Tadi sebelum saya tampil, ada orang yang mencoba niru-niru saya. Bagus sih, hehe-hmph.. “ (Dodit tertawa dengan nada mendengus, pura-pura mencemooh. Penonton tertawa lagi)

“tapi sayang, dia ndak terkenal... hehe-hmph..”

Bisa dibilang,  Dodit merupakan salah satu magnet kuat acara ini. Banyak sekali yang request dan mention twitter @StandUpIndo_SMG supaya mengundang komika kelahiran Blitar ini.

“Disini ada penggemarnya Dzawin?” tanya Dodit.
Beberapa penonton yang nge-fans sama Dzawin Noor (juara 3 Standup Comedy) berteriak riuh “Woooo...” sambil tepuk tangan.

“Ada yang penggemarnya Abdur?”

Lagi, sebagian penonton berteriak dan bertepuk tangan.

“Mulih, kana! Mulih!” kata Dodit. Penonton tertawa kencang.

Semua orang yang mengikuti acara Standup Comedy KompasTV season 4 pasti setuju bahwa Dodit seharusnya bisa masuk ke babak Grandfinal. Atau setidaknya jadi juara 2. Kenapa? Karena dia lucu dan dia disukai penonton. Ya, hal itu pasti terjadi seandainya sistem kompetisi StandUp Comedy KompasTV menggunakan sistem SMS seperti ajang pencarian bakat lainnya. Tapi, kompetisi StandUp Comedy KompasTV bukanlah Indonesian Idol atau AFI. Semua murni penilaian juri. Kalau juri menilai bagus, ya berarti bertahan terus. Kalau jelek, berarti harus tersingkir. Dan Dodit gagal di babak 6 besar, meskipun bagi penonton Dodit adalah juara mereka.

“Waktu saya tampil di KompasTV, kakak saya merekam pakai HP. Kemudian videonya dikasih lihat ke Ibuk saya. Eh Ibuk saya malah nangis ‘Ya Allah, anakku lanang... mesakke temen. Ngadeg dhewean ning dhuwur panggung, diguyu wong akeh, mesakke... koyok wong guoblog’

Hahahaha... tawa penonton lepas. Ya iyalah, namanya aja Standup Comedy, ya pasti tampilnya sendirian di atas panggung.
Dodit, orang biasa tapi terkenal (foto by Nana! @dwspty)

Para penonton berdiri dari kursi mereka dan tepuk tangan riuh begitu Dodit selesai perform. Dia sukses membuat wong Semarang ketawa gila-gilaan, dan menutup Sabtu malam yang begitu gempita di aula IKIP PGRI.


Selesai Dodit tampil, panitia mempersilakan penonton untuk berfoto bersama para guest star.
Dan disinilah kekacauan kecil terjadi.

Rencana awalnya, penonton dipersilakan untuk berfoto bersama ke-empat komika, secara rombongan. Mirip dengan acara Wrong Way Tour. Dengan cara ini, sesi foto-foto bisa berlangsung lebih cepat dan efisien.

Tapi yang terjadi adalah... para penonton lebih banyak yang foto sendiri-sendiri. Bersama Dodit.
Bahkan banyak diantara mereka yang foto selfie. Padahal yang ngantri banyak banget.

Alhasil, sesi foto-foto itupun berlangsung lebih lama dari perkiraan. Hampir semuanya rebutan mau foto sama Dodit. Muslim, Adjis sama Bintang akhirnya foto sendiri-sendiri. Mereka seakan-akan dianggurin. Ouch!

Melihat situasi ini, panitia segera menaikkan peringatan. Tidak boleh ada yang foto selfie. Maksimal foto hanya 10 detik. Sekali foto, paling tidak harus 10 orang. Supaya cepat, mengingat waktu sudah hampir pukul 10 malam, dan tentunya guest star juga harus beristirahat.

Tapi yang terjadi adalah.... masih ada beberapa orang yang foto selfie. Terutama penonton cewek. Saya mengerti jika mereka ingin sekali mengabadikan momen kedatangan idola mereka. Tapi kan mereka seharusnya juga mengerti, bahwa bukan hanya mereka yang ingin foto. Melainkan ratusan orang. Lagian kalau memang mau foto secara bebas, mengapa tidak beli tiket meet and greet ?

Beberapa penonton ada yang ditarik ke pinggir panggung oleh panitia, terutama penonton yang selfie bersama salah satu guest star, kemudian dia selfie lagi dengan guest star yang lain tanpa mengantri dari awal lagi. Panitia terpaksa ‘menarik’ dia dari panggung. Benar-benar melelahkan.

Acara Penjambo3ng Tawa Rakjat pun selesai pukul 22.30 ketika para penonton mulai sepi dan pulang. The show was finished.

Secara keseluruhan, acara ini terbilang sukses. Tiket sold out dan walaupun tanpa sponsor, panitia akhirnya tidak jadi mengorbankan BPKB motor buat nomboki, kata Dhonny atau @gondrongg di twitternya. Panitia penyelenggara juga harus diacungi jempol ganda, untuk kesigapan dan koordinasi mereka dalam mengawal acara.

Menutup tulisan ini, saya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada komunitas StandUp Indo Kota Semarang. Kalau ibarat bayi, usia 3 tahun itu sedang aktif-aktifnya. Sama seperti komunitas ini, yang semakin aktif melebarkan sayap seni komedi tunggal di kota Semarang dan mengakomodasi anak muda yang tertarik dengan komedi tunggal. Komunitas ini bahkan bersedia menyambangi sekolah-sekolah di Semarang dan sekitarnya untuk sharing dan belajar stand up comedy, secara gratis. Tuh, biar masih tiga tahun tapi hatinya sudah mulia kan?  Sekali lagi, selamat dan sukses selalu untuk komunitas Stand Up Comedy Kota Semarag.

Viva La Komtung!


----- 
laporan oleh : Devi Okta / reporter dan responden khusus
foto-foto oleh : Yohanes Wibowo / bukan reporter dan bukan responden khusus

(Oh kecuali foto saat para komika tampil, diambil dari akun twitter Nana! @dwspty dan dua foto lain yang diambil dari Eva Ariyani @evariyani dan Stand up Indo Salatiga)

Foto-foto hasil jepretan Yohanes malam itu (makasih, Yo, sudah merelakan beberapa memori HP mu untuk dokumentasi ya)

Yohanes nampang bersama Bintang dan Adjis


Misri dan Nisah (sebelah kiri) akhirnya bisa foto sama Dodit. Nisah bahkan berhasil mendapatkan tanda tangan Dodit setelah berkali-kali merayu panitia.
dua komika Pride of Bekasi : Bintang dan Adjis./ Jangan kapok datang ke Semarang ya ^_^

layout panggung dilihat dari samping (foto oleh StandUp Indo Salatiga, yang diundang di acara ini.
Yohanes foto lagi, kali ini dengan Dodit. Tuh lihat, mas-mas panitia sampai memegangi tangan Yohanes gara-gara Yohanes fotonya lebih dari 10 detik.


Cerita dibalik foto ini : saya berfoto dengan Muslim, pakai gaya Chibi-Chibi. Tiba-tiba ada mbak-mbak berjilbab biru yang menyela diantara saya dan Muslim, lalu menggamit tangan Muslim. Ih, agresif banget. Tapi untungnya, Muslim memilih berfoto dengan saya dulu. “Kameranya sebelah mana Mbak?” tanya Muslim. “Yang ini, cak Muslim” kata saya sambil menunjuk Yohanes. Si mbak berjilbab biru dicuekin dulu. Hehehehe... skor untuk Devi Okta = 1, mbak Berjilbab Biru = 0




segenap kru dan panitia yang bertugas di acara super ini. Selamat ultah, ya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam