Langsung ke konten utama

Tolong ya. Please.

Saya sering dimintai tolong oleh teman, tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahasa Inggris. Bikin naskah pidato, menerjemahkan artikel, bikin teks untuk perkenalan di depan kelas, atau bikin kalimat dengan tenses tertentu.
Saya sih mau-mau aja bantuin mereka. Namanya juga temen.

Tapi yang membuat saya sedikit jengkel adalah cara mereka meminta. Biasanya mereka akan kirim pesan via Whatsapp atau Facebook messenger, dan hampir semuanya akan menulis :

"Boleh minta tolong nggak?"

Yes, it's only 4 words. But this sentence is so quite irritating me.


"Bisa minta tolong nggak?"

Nah, dengar saja. Bagaimana saya bisa menjawab, lha wong mereka saja belum memberitahu akan minta tolong dalam hal apa. Tak bisakah mereka langsung menulis "Boleh minta tolong nerjemahin artikel? Nggak banyak kok, cuma empat paragraf, tentang kesehatan. Deadline-nya dua hari"

Tuh, simpel kan? Dan jelas, kalimat barusan lebih to the point. Orang yang membaca kalimat itu langsung punya gambaran tentang 'tugas' yang akan dibantu, dan kemungkinan langsung mempertimbangkan apakah kiranya dia bisa membantu atau tidak.
Kalau dia bisa bantu, dia akan bilang "Ya"
Kalau tidak, mungkin dia akan bilang "Waduh, sori. Saya banyak kerjaan"

Dan begitulah. Selesai perkara. Begitu mendengar jawaban 'Tidak' maka orang yang minta tolong akan segera mencari alternative bantuan lain. Or else, kalau memang tidak ada teman lain yang bisa membantu, ya berarti mereka harus berusaha menyelesaikan tugas mereka sendiri.

Saya mengerti bahwa di Indonesia, basa-basi sudah menjadi semacam budaya dan kebiasaan yang menjamur di kalangan masyarakatnya. Termasuk untuk minta tolong pun, kalimat "boleh minta tolong nggak?" juga dipakai sebagai basa-basi atas nama kesopanan. Kan nggak enak gitu, minta tolong tapi langsung main tembak, misalnya : “Bikinin artikel tentang persamaan gender dong. Ntar sore diambil ya!” Bisa-bisa yang dimintai tolong udah males duluan. Minta tolong apa nodong sih.

Kebanyakan orang Indonesia menyadari kalau minta tolong itu sejatinya membebankan kerepotan pada orang lain. Nambahi beban kerjaan. Pihak yang meminta tolong secara otomatis posisinya dibawah. Sebagai peminta. Dan karena posisinya lebih rendah, mereka merasa wajib berbasa-basi bertanya. Saya nggak ada masalah dengan basa-basi atau kalimat pembuka apapun. Yang saya keluhkan adalah : kalimat basa-basi itu bikin percakapan nggak efektif. Contohnya kayak gini :
Si teman A (nulis chat)  : “Boleh minta tolong nggak?”

Lima belas menit kemudian. Nggak ada terusannya.

Si teman B (balas chat) : “Mau minta tolong apa?”

Si teman A (balas chat) : “tapi nggak ganggu kan?”

Si teman B (balas chat lagi) : “emang mau minta tolong apa?”


Sudah ditanyakan dua kali, dan tetap saja not giving much information about the help that they need. Wasting more time. Ya kan? Daripada bolak-balik gini, menurut saya, kan mending tanya langsung.

Gini. To avoid this un-effectiveness saat meminta tolong, berikut ini tips yang bisa dicoba :

1. Tulis identitas
Seakrab-akrabnya hubungan kamu, I think it’s still necessary for you to mention your name when sending message. Temanmu bukanlah phonebook berjalan atau halaman yellow pages yang bisa memuat semua nomer dalam memorinya. Meskipun kamu berpikir “yah kan tapi aku temen baik dia” tapi bisa saja handphone teman kamu sedang bermasalah, jadi nomer-nomer di handphone pada ilang. Jadi, sertakan nama kamu sebagai pengirim pesan.

PS : poin diatas hanya berlaku saat minta tolong lewat Whatsapp, SMS, BBM, email, atau messenger. Kalau kamu minta tolong dengan cara ngomong langsung, ya nggak perlu lah kamu ngucapin nama kamu. Kecuali temen kamu lagi amnesia, atau kamu habis operasi plastik yang membuat wajah kamu begitu manglingi sehingga dia tidak mengenali.

2. Tuliskan keperluan dengan jelas dan singkat
As I told you, lebih baik jangan bertele-tele atau berkepanjangan. Nantinya malah bikin temen kamu bingung. To the point saja. Kalau kamu minta tolong buat dibuatin sketsa, ya bilang aja "Bisa tolong buatin sketsa ruang perpustakaan nggak? Aku ada tugas tentang desain rumah"

Atau kalau kamu minta tolong buat dicariin pacar, ya tulis aja "Kenalin aku ke temen kamu yang masih single dong. Aku pengen punya pacar" Nggak usah sebutin kalau kamu udah menjomblo selama 7 purnama dan disertai latar belakang historis tentang perjalanan asmara kamu.

3. Mulailah dengan sapaan
A simple “hello” will be enough. Kalo temen kamu suka bersikap formal kayak Jay Gatsby, kamu bisa bilang “Selamat pagi / siang / sore / malam”. Kalau teman kamu seorang muslim, kamu bisa tulis Assalamualaikum.

4. Ucapkan maaf untuk menunjukkan kerendahan hati

Gunakan kata maaf di awal atau akhir pesan kamu. Ini bisa juga sebagai bentuk penghormatan atas mengganggu waktunya. “Maaf ya, aku ganggu sebentar” atau “Maaf ya, aku nyela kerjaan kamu”

5. Akhiri dengan ucapan terima kasih
Ini hukumnya wajib ya. Jangan sampai kita dicap nggak tau diri karena nggak menghargai bantuan dia.

6. Gunakan bahasa Indonesia yang baik
Tidak harus menggunakan bahasa sesuai EYD atau formal. Gunakan singkatan seperlunya. Dan, please, jangan pakai bahasa alay yang penuh kombinasi huruf-angka-simbol, kecuali teman kamu sudah teruji benar sebagai sesama anak alay yang mengerti enkripsi tulisan itu.

Ini contoh pesan meminta tolong sesuai tips diatas : “Hei, Febrian. Ini Devi. Sori ya, ganggu waktu kamu bentar. Kamu masih nyimpen buku panduan TOEIC nggak? Aku mau pinjem buat persiapan tes 2 minggu lagi. Makasih

See? Jelas, singkat, dan terdiri dari 160 karakter. Pas jadi 1 SMS. Si Febrian juga langsung ngerti kalo si Devi lagi butuh buku TOEIC buat tes 2 minggu lagi. Febrian akan mencari buku TOEIC miliknya, kalau perlu sekalian ngajari Devi biar lulus tes TOEIC. Mereka belajar bersama, lalu Febrian nembak Devi, dan akhirnya mereka jadian. Wait… kok jadi melenceng gini?

Ya intinya gitu deh. Basa-basi terkadang memang diperlukan untuk sebuah percakapan. But remember, ngapain juga sih basa-basi sampe berbusa-busa kalau maksudnya nggak sampai. Sebab inti dari komunikasi adalah ketika lawan bicara bisa menerima maksud kita. Iya kan?

Until the next post!

regards,
Devi Okta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam