Langsung ke konten utama

Derai Tawa di Minggu malam dari #RuleOfThree edisi kota Semarang

Halo, selamat siang. Nama saya Devi, reporter amatir yang sok kece di blog ini.
Dan sebagai reporter yang baik, kali ini saya akan mewartakan acara Rule Of Three yang diadakan di Semarang hari Minggu tanggal 15 Februari lalu.

disclaimer :
draft laporan acara ini sebetulnya sudah ditulis semenjak Februari, tapi berhubung banyaknya kesibukan yang menyita waktu serta kerjaan sambitan lain (termasuk ngurus anak kucing adopsi dan ngisi TTS), maka laporan ini butuh waktu hampir 3 bulan untuk dirilis. Sabar ya. Maklum, seorang jomblo memang dituntut punya banyak kegiatan untuk mengalihkan derita hati yang kesepian (halah!)


Baiklah. Jadi begini ceritanya.
*sambil membenarkan posisi duduk*


Tanggal 15 Februari 2015 (yak, satu hari setelah Valentine's Day) komunitas Standup Indo Semarang punya gawe. Sebuah tour standup comedy yang bertajuk Rule Of Three (atau hashtag #RuleOfThree), dengan bintang utama David Nurbianto, Abdur Arsyad, dan Dzawin Nur. Yes, that's right. Mereka bertiga adalah juara satu, dua dan tiga dari kompetisi Stand Up Comedy Kompas TV season 4. Oh, ada satu lagi. Mereka juga mengajak Kemal Giffari, salah satu komika yang beberapa kali tampil di Metro TV.
Rangkaian Tour Rule Of Three ini disponsori oleh Piero, sebuah brand footwear kenamaan di Indonesia. Semarang adalah kota ke-3 yang mereka kunjungi, setelah Yogyakarta dan Cilegon. Ini jadwal selengkapnya :

- Yogyakarta    : 05 Feb
- Cilegon        : 07 Feb
- Semarang    : 15 Feb
- Cilacap         : 28 Feb
- Palopo         : 07 Maret (hayo... kota Palopo itu berada di provinsi mana? Yak, betul. Sulawesi Selatan)
- Lombok        : 15 Maret
- Karawang    : 21 Maret
- Cianjur        : 29 Maret
- Pontianak    : 06 April
- Purwokerto    : 25 April

Tuh, udah saya tulis semua tanggal dan kota yang mereka kunjungi. Cukup jelas kan? Jelas dong. Namanya juga reporter yang baik. *nepuk dada*

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, selain David, Abdur dan Dzawin, akan ada penampilan komika keempat. Komika keempat ini masuk menjadi tim mereka. Jadi istilahnya seperti featuring, gitu. Di setiap kota, komika keempat ini beda-beda. Misalnya untuk #RuleOfThree edisi Pontianak, ketiga bintang utama ini didampingi oleh Lolok si komika tambun asal Medan. Sementara untuk edisi Lombok, yang tampil adalah Dimas Yudhistira atau @Dim_zy. Pokoknya beda kota ya beda featuring comic-nya.

Pada acara #RuleOfThree Semarang ini, saya berkesempatan mengikuti Meet and Greet bersama para komika (secara finansial, waktu itu saya masih kaya sih. Soalnya habis gajian. Makanya sanggup beli  tiket kelas VIP, hehehe). Supaya laporannya runtut dan terperinci, saya akan bagi laporan ini menjadi dua bagian : Meet & Greet dan Acara Utama.

Here we go...

Part 1 : Meet and Greet with the awesome comics

Selaku panitia acara ini, komunitas Standup Indo SMG menyediakan 3 tiket : reguler dengan harga 50ribu, tiket VIP seharga 100ribu dan tiket on-the-spot (OTS) seharga 100ribu. Tiket mulai dijual pada 2 Feb di Kafe Parlour yang berlokasi di jalan Tirto Agung Tembalang. Sementara tiket VIP bisa didapatkan di Rasvapor Semarang yang berada di Jalan Manggis.

Saya pun menyebarkan berita ini akun Facebook untuk mengajak kalau-kalau ada teman yang mau nonton #RuleOfThree. Dan hasilnya... ada 3 orang yang mau nonton dan beli tiket VIP. Yihaa!
Tiga orang yang berhasil terjerat ajakan menonton ini diantaranya Gadis Fah Ranasari, Tri Handini dan Anisah Maharani. Rombongan semakin rame ketika Sulung Nopriantoro juga ikut menonton bersama istri barunya. Sulung dan sang nyonya ini nitip supaya dibelikan tiket reguler, bukan VIP.

Sesuai keterangan di tiket, acara Meet and Greet diadakan hari Minggu 15 Feb pukul 16.00 (yap, tiga jam sebelum acara utama). Bertempat di kafe Mr.K yang cozy dan adem banget di Jalan Ki Mangunsarkoro no.8.
Para peserta Meet and Greet dibatasi -jumlahnya cuma 50 orang kalau nggak salah- dan mereka sudah mulai memadati kafe Mr. K sejak pukul 15.30.


mas-mas bartender di salah satu sudut Mr. K
Venue Meet and Greet & mini stage

"Selamat sore.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.." kata Yanuar atau @cacukx membuka acara Meet and Greet pada pukul 16.00 lebih sedikit.

"Waalaikumsalaaaaam.."

Beberapa penonton yang telat masih berdatangan dan segera mengisi kursi kosong (yang sangat sulit dicari, sehingga mereka menarik kursi-kursi dari meja lain). Beberapa bartender dan mas-mas pelayan kafe berlalu-lalang menghidangkan makanan berupa.... mendoan. Tau mendoan kan? Bagi yang nggak tau, mendoan itu nama makanan (masuk kategori gorengan) berupa tempe yang diiris segi empat kemudian dibalur adonan tepung, kadang dikasih irisan daun seledri. Lalu digoreng. Paling enak dimakan sambil dicocol sambal atau dimakan sama cabe rawit.
Di acara Meet and Greet ini, peserta VIP mendapat 5 potong mendoan (yang irisannya sedikit pelit, karena berbentuk setengah lingkaran) beserta sambel kecap (yang pedes tapi enak). Lalu ada dua guci berisi es teh (yang bagi saya kurang manis). Udah, hanya itu makanan yang disediakan buat peserta Meet and Greet. Kalau mau pesen makanan lain, ya kudu bayar sendiri.

"Ini yang datang di acara VIP nggak ada yang pesen makanan lain nih? Beneran puas cuma dikasih gorengan aja? Buset dah" kata MC yang disambut gelak tawa penonton.

Saya, Nisah, Gadis dan Dini menempati meja di pojok kanan, agak jauh dari panggung. Soalnya kami telat sih. Heu heu heu..
Dan saat MC membuka acara, Dini menangkap sosok yang familiar. Yang sedang duduk di belakang banner Piero.

"Sstt.. eh, itu si David Nurbianto bukan?" katanya menunjuk ke arah jam satu dari tempat kami duduk.

Saya mengikuti arah pandangan dia. Nggak kelihatan.

"Itu, yang pakai kacamata! Aduh.. ternyata aslinya putih ya. Bersih"

"Itu Dzawin disebelahnya!" kata Gadis. "Yang pakai baju biru itu Abdur!"

Saya tetap nggak bisa lihat para komika. Oke ini artinya dua hal : satu, minus saya semakin bertambah. Dua, saya oon sekali. Kalau emang daritadi nggak bisa lihat, kenapa saya tidak langsung memakai kacamata?

"Biar nggak usah lama-lama, mari kita panggilkan : Rule Of Three Dzawin, Abdur dan David!!" kata MC.

Penonton bertepuk tangan.

Saya cepat-cepat merogoh tas untuk mencari kacamata. Setelah kacamata dipakai, nhhaaa.... baru deh reporter kita yang sedikit sotoy ini melihat tiga sosok berkaos putih dan biru duduk di kursi yang ada di panggung mini.
Itulah mereka. David Nurbianto, Abdur Arsyad, dan Dzawin Nur. As seen on TV! Tanpa editan, tanpa iklan! Awww.. Awww..

*Sial, saya jadi heboh sendiri*

Dibelakang mereka, ada orang keempat yang ikut duduk. Rupanya ini Kemal Giffari, komika tambahan yang mereka bawa untuk perform di Semarang. Selain Kemal Giffari, panitia sempet nyeletuk bahwa Dimas Yudhistira alias Dim_zy juga ikut ke Semarang. Wah... tapi kok saya nggak lihat Dimzy ya?

MC mempersilakan para komika untuk cerita tentang Rule Of Three. Para komika ini lalu sikut-sikutan. "Udah, elu aje! Elu aje!" kata David. Suaranya teredam karena tidak memakai microphone.

"Abdur aje, Abdur aje!" kata Dzawin, yang kemudian disambung oleh MC : "Baiklah.. ini dia Abdur Arsyad!"

Kami bertepuk tangan riuh. Hey, ternyata Abdur lebih kurus lho daripada yang biasa kami lihat di TV. Warna kulitnya juga tidak secoklat yang ada di TV. Wah, berarti TV kita benar-benar menipu. Mari kita laporkan ke KPI (ini ngomong apaan sih -__-)

"Assalamualaikum, teman-teman!" Abdur menyapa kami. Nah, kalau suara dan logatnya sama persis seperti yang kami saksikan di TV. Berarti TV kita tidak sepenuhnya menipu. Jadi nggak usah dilaporin deh ke KPI (ah elah.. masih dilanjutin).

Abdur saat Meet & Greet (berhubung kami duduknya agak dibelakang, fotonya juga ala kadarnya ya..)

"Kalian-kalian semua ini bayar tiket seratus ribu ya? Bener?"

Penonton menyahut "iyaaaaa..."

"Seratus ribu untuk melihat kami-kami yang jelek-jelek ini?" Abdur mengucapkan kata jelek dengan lafal 'e' taling, khas logat daerah NTT. Penonton tertawa.

"Begitu kalian lihat kami disini, bertemu langsung, ternyata kami memang sejelek ini. Kalian menyesal tidak, bayar 100ribu?"

"Enggaak... enggakk.." beberapa penonton menjawab. Abdur nyengir.

MC mempersilakan para komika untuk bercerita apa sebenarnya Rule of Three dan kenapa mereka bertiga akhirnya bikin tour. Secara bergantian para komika bercerita pada penonton Semarang, dengan diiringi jokes tentunya.

"Tadinya masing-masing dari kita mau bikin tour sendiri" kata Dzawin. "Gua pengen bikin tour, David juga mau tour, si Abdur juga mau bikin tour. Cuman pas kita pikir-pikir lagi, kita nganggep kalo kita kan masih baru. Jadi kita akhirnya bikin tour barengan"

"Sekarang kita mah masih terkenal. Coba tunggu aje, begitu SUCI 5 muncul ya ntar juga gue dilupain. Udah, kelar" sambung David sedikit curhat.

Lalu kenapa namanya Rule Of Three?

Giliran Abdur bicara. "Sebenarnya Rule Of Three itu istilah dalam standup comedy. Semacam unsur, begitu. Ada set-up, anticipation dan punchline. Karena kami jumlah tiga orang, ya kami pakai istilah itu"

"Mungkin disini ada yang mau bertanya?" kata MC mempersilakan. Detik itu juga ada seorang cewek yang langsung angkat tangan. Sepertinya dia sudah siap banget melemparkan pertanyaan.

"Yak silakan" kata David. Si cewek berjalan menghampiri panggung.

"ANAK MANA LOE!!?!" si Dzawin langsung berteriak, dan disambut tawa dari penonton. Cewek itu pura-pura ngumpet di belakang bahu temannya saat diteriaki. Ah, seharusnya dia tau kalau sebentar lagi dia akan dibully oleh mereka saat bertanya. Baru jalan ke depan saja, dia sudah diteriaki.

"Cieee... polkadot!" celetuk David mengomentari jilbab si cewek. Penonton tertawa. Ini baru sengatan pertama.

"Totol-totol.." jawab si cewek kalem, lalu tersenyum. Mungkin dia berharap supaya mereka nggak membully dia lagi kalo dia pasang muka sekalem dan sepolos mungkin. Tapi cewek itu keliru.

"Bentar..bentar. Roknya merah. Kaos abu-abu. Ini kaos lengan panjang warna putih. Jilbabnya warna ungu..." kata Dzawin. Otomatis cewek itu jadi bahan tertawaan lagi. Ini sengatan kedua.

"Kan absurd, hehehe.." si cewek menjawab sekenanya. "Kayak spektrum warna gitu. Jadi ini kalau diputer, warna-warnanya akan melebur jadi putih"

"Mau nanya apa?" kata David. Sementara Dzawin berkoar lagi : "ANAK MANA LOE!!?!" kali ini persis dihadapan si cewek. Si cewek (berusaha) tetep stay cool.

"Iya, jadi gini. Mas David kan latar belakangnya beda-beda ya... nah itu.." Saking groginya, si cewek sampe nggak bisa ngucapin kalimat yang runtut.

"Bentar-bentar..." Dzawin menyela. "Elu tadi bilang : Mas David kan latar belakangnya beda-beda ya.. maksud elu latar belakang yang mana nih? Wah... elu punya berapa kehidupan Pit?"

Itu sengatan ketiga. Si cewek yang naas itu salah tingkah. Tapi toh tetap pede didepan sana.

"Maksudnya latar belakang kita bertiga ini beda-beda, gitu?" kata David menengahi.

"Iya.. bener. Nah, dengan latar belakang yang beda-beda itu, kenapa akhirnya memutuskan untuk ikut audisi Stand Up Comedy di KompasTV?" si cewek sudah menemukan kesadarannya kembali dan mengucap kalimat tanya dengan runtut. Lalu dia dipersilakan duduk.

By the way, kalian tau siapa cewek yang bertanya (dan dibully hingga tiga sengatan) di depan ini? Yep. Cewek itu adalah saya -__-

"Ada penanya lain? Biar sekalian dijawab gitu" MC kembali bertanya. Seorang cewek berjilbab, yang duduk tak jauh dari cewek pertama tadi, mengangkat tangannya. Namanya Happy.

"Namanya Hepi? Wah.. lagunya Pharrel itu ya? Because I'm hepi clap along.."

Happy bertanya apakah para komika ini merayakan Valentine dan apa pendapat mereka tentang Valentine. Setelah Happy duduk kembali, MC mempersilakan para komika untuk menjawab pertanyaan.

"Oke, untuk pertanyaan pertama dari Devi : kenapa akhirnya kami memutuskan untuk ikut kontes Standup Comedy Kompas TV. Kalau gua sih terus terang menganggap bahwa StandUp Comedy bisa jadi batu loncatan untuk terkenal di bidang lain. Di masa depan pun karir sebagai standup comedy-an adalah salah satu prospek yang menjanjikan" kata David.

"Kalau saya sih sederhana ya" Abdul menimpali. "Saya ikut standup comedy KompasTV supaya suara-suara dari Indonesia Timur yang terabaikan bisa didengar oleh masyarakat luas"

"Gua beda. Si David ikut komunitas udah lebih dari dua tahun. Kalau gua sih masih baru ya. Kebetulan di pesantren gua, semua santrinya dibolehin buat berkreasi sesuai hal yang mereka suka. Elu tau Wali kan? Nah itu ada si Faang, si Apoy, itu semua kakak kelas gua. Trus temen gua nyaranin biar gua open mic, ikut standup comedy gitu. Eh bentar, tadi pertanyaannya elu apa ya?"

Hahahaha...

"Si Dzawin emang gitu. Kalau ditanya jawabannya muter-muter. Trus lupa yang ditanyain apa" kata Abdur.

Akhirnya mereka pindah ke pertanyaan kedua, tentang Valentine.

"Gue enggak percaya sama tanggal-tanggal peringatan gitu. Gua mah cuek aja. Tanggal 14 Februari hari Valentine kek, apa ulangtahun gue kek, ya bodo amat. Kalo elu ngasih coklat ke gue, ya gue terima aja. Tapi bukan karena Valentine-nya, lebih ke sebagai pemberiannya. Kalau elu ngasih kado ke gue, ya gue akan terima. Sebagai pemberian. Bukan karena ini ulangtahun gue"

Setelah selesai menjawab beberapa pertanyaan lain (termasuk seorang peserta cowok yang nanya khusus ke Dzawin tentang Islam, yang kemudian ditanggapi oleh David dengan menirukan gaya peserta di acara Mamah Dedeh), kemudian kami dipersilakan untuk foto bersama.

"Fotonya rombongan aja ya. Satu meja langsung maju bareng-bareng. Nggak boleh foto selfie" MC Cacukx memberitahu peraturan.

Dan walaupun sudah diperingatkan untuk "tidak foto selfie" nyatanya masih banyak yang curi-curi waktu untuk selfie bareng. Dasar abege -__-

Lalu saat giliran kami berfoto, Dimzy mempersilakan rombongan kami "Yak, silakan berikutnya yang mau foto. Mba Devi bersama... kerabatnya"

Yay! Precious occasion ^_^
mukanya Dzawin agak ngowoh gitu. Hehehe
Pukul 17.00 lebih, panitia buru-buru mengamankan para komika. Mas Pramono Sapto alias @Parweed langsung sigap 'menggeret' para komika supaya balik ke hotel. "Udah ya, biar mereka pada istirahat" katanya.

Saya sempet tos sama David ketika dia digandeng sama panitia dan dibawa ke mobil. "Sampai ketemu nanti malam di IKIP PGRI ya bang!"

Dan begitulah akhir dari acara Meet and Greet.


Now we go to the next part. Ready? Okay, scroll down please....


Part 2 : The hillarious Comedy Night Show of #RuleOfThreeSMG

Rombongan kami memisah : Nisah pulang ke rumah, sementara saya bersama Dini dan Gadis cari makan di sekitar lokasi IKIP PGRI. Kami makan di warung kaki lima. Saya memesan nasi goreng, dan yang dihidangkan kepada saya adalah : Nasi Goreng Extra Merica.
Warung itu seakan dipenuhi bubuk merica. Entah berapa kali kami bertiga bersin dan terbatuk-batuk. Jadinya, proses makan kami kayak gini : bersin - suap ke mulut - kunyah - batuk - suap ke mulut - kunyah - bersin.  It's quite challenging, hahaha :D

Pukul 18.30 setelah salat maghrib, kami naik ke lantai 7 tempat acara berlangsung.  Dan ternyata.... lantai 7 belum boleh dimasuki. Para penonton (yang sudah ramai berkerumun) akhirnya turun lagi ke lantai 6. Dan menunggu.

antrian penonton di lantai 6

Yups... crowd of people are waiting in the lobby. Atmosfer udara menjadi gerah dan panas, sementara kadar oksigen semakin menipis. Sulung Nopriantoro (yang sudah tiba bersama istrinya) malah sempet-sempetnya mencetuskan ide buat jualan tisu. Mumpung orang-orang pada kegerahan.
"Gimana kalo kita jualan tisu? Atau Akua dan Mijon? Atau handuk. Pasti laris Dev. Kita ke Indomaret yang ada di gedung sebelah, kita kulakan disana. Trus kita jual kesini. Mayan buat tambah-tambah"
Sometimes I forgot how crazy he can be -__-

Pukul 19.00 seharusnya acara sudah dimulai. But in fact, jam 18.45 kami masih mengantre di lantai 6. Beberapa ada yang berbaris di tangga (yang tentu saja tetap berdesak-desakan).
Gosipnya, acara molor karena aula yang akan dipakai belum dirapikan dan belum disiapkan. Entah bener apa enggak, namanya juga desas-desus.

Penantian kami berakhir pukul 19.05 saat panitia memberi lampu hijau kalau penonton boleh masuk ruang 7. Satu per satu penonton menunjukkan tiket mereka dan diberi stempel.
Yang punya tiket VIP langsung menuju ke bangku paling depan. Sementara yang pegang tiket reguler, rebutan bangku di deretan agak ke belakang.

"Mohon perhatian, tempat duduk paling depan yang ditempeli kertas BEM berarti hanya dikhususkan untuk Badan Eksekutif Mahasiswa IKIP PGRI. Yang punya tiket VIP silakan duduk di bangku yang kami sediakan, yang tidak ada tempelan kertasnya" kata seorang panitia.



the stage!

Pukul 19.30 lampu ballroom sempat dimatikan untuk memberi ruang bagi penonton untuk bersiap menyimak. Beberapa detik kemudian, lampu dinyalakan lagi.

"Penonton Rule Of Three Semarang, mana suaranyaaaa..." MC membuka acara. Suara tepukan dan teriakan riuh terdengar dari penonton.

"Oke, kita sambut komika pertama. Yang imut-imut. Pas untuk kalian yang hobinya masih suka nonton Teletubbies. Inilah dia.. Upin PW!"

Mendadak terdengar lagu opening Teletubbies. Lalu seorang pemuda muncul, walaupun kata 'pemuda' dirasa kurang cocok untuk menggambarkan komika yang perawakannya seperti anak SD ini. Padahal dia mengaku usianya sudah 25 tahun lho. Really?

"Saya seneng disini ternyata banyak cewek-cewek yang cakep. (Ipin menyapa salah satu penonton) Mbak, punya adek cewek nggak? Kalau punya, bilang ya. Dapat salam dari Bang Ipin. Playboy SD Inpres!"

Ipin berhasil menjadi 'hidangan pembuka' yang memeriahkan suasana. Materi jokesnya lancar mengalir tentang keresahan sehari-hari, cewek, dan tentang kekurangan dirinya yang sering dianggap masih bocah.

"Rumah saya kebetulan dekat dengan TK. Kalau pas jam sekolah, gurunya sering mendatangi rumah saya. Saya dimarahi : 'bukannya sekolah kok malah mbolos. Ayok berangkat. Temen-temenmu udah pada baris tuh"

Playboy SD Inpres :P

Setelah 15 menit dihibur Ipin, MC memanggil opener comic selanjutnya. Kurinta Bayu, si komika yang rambutnya rada gondrong. Malam itu, materi jokes Kurinta Bayu didominasi hubungan antara cowok dan cewek. Beda dengan Ipin yang kalem, Kurinta Bayu menggebrak panggung dengan pace yg lebih cepat.

"Gua nggak ngerti maunya cewek kayak gimana. Ditanya ini salah, dijawab itu salah. Kalau ditanya jawabnya : nggak papah. Kalau cowoknya diem, dibilang nggak peka. Kalau cowoknya riwil, dibilang posesif. Apaan sih?"

Mungkin karena materinya tentang something common antara cowok dan cewek, malam itu performance Kurinta Bayu dibanjiri teriakan "eeaaa.." dari penonton (terutama yg malam itu ngajak pacarnya) ketika memperagakan cewek ngambek dan cowok yang serba salah. Good job!

Kurinta Bayu on stage

Sebelum menonton penampilan para komika utama, MC mengumumkan opener selanjutnya. Kemal Giffari, komika yang diajak oleh David, Dzawin, dan Abdur untuk perform di Semarang.

"Gua berasal dari Karawang. Kota yang nggak begitu terkenal. Emang bener tuh. Bahkan kalau ditanya, justru gua yang suka nanya balik :

'Bang Kemal aslinya dari mana?'
'Saya dari Karawang. Eh, bentar-bentar. Karawang itu dimana ya bang?"
Selain materi tentang daerah asalnya, Kemal Giffari juga membawakan materi tentang problema cewek-cowok, lalu tentang begal. Terlihat shaky di awal-awal, tapi di menit berikutnya dia sudah mulai menguasai keadaan.

"Ada orang yang sok-sokan pengen nakut-nakutin, telpon-telpon tapi nomernya di-hidden, trus suaranya dibikin sok misterius. Padahal aslinya cemen juga. Kalo nakutin orang, jadinya aneh kayak gini :

'Ssst... elo nggak tau siapa gue. Tapi gue lihat elo. Gue ada di belakang elo'

'Hah? Di belakang gue? Tapi di belakang gue nggak ada siapa-siapa tuh'
'Yang bener? Lho, trus ini yang berdiri di depan gue siapa dong?'

Kemal Giffari on stage


Setelah Kemal menyudahi penampilan, lampu aula dimatikan. Tiga sosok berlari dari arah kanan, kiri dan tengah panggung. There they are... the Rule of Three!

Begitu tiga komika ini sampai di panggung, tiga hal terjadi. Satu, lampu kembali menyala. Dua, para penonton buru-buru memotret. Tiga, teriakan cewek-cewek bergemuruh di dalam aula.
Salah satu penonton yang duduk di depan menarik perhatian Dzawin.

"Dek, sama siapa kesini?"

Yang disapa Dzawin adalah anak kecil berjilbab, yang mungkin masih duduk di bangku SMP.

"Tadi dianter kakak. Trus kakaknya pulang" jawab si cewek.

"Hah? Ditinggal pulang? Wah... itu mah namanya bukan dianter. Berarti elu dibuang tuh..."


Cewek yang dibuang diantar kakaknya

Sontak penonton tertawa keras. Dan itu belum selesai. Seorang penonton laki-laki yang duduk di deretan paling depan tak luput kena riffing David.

"Bapak kok sendirian Pak? Yang deretan kanan kursinya pada penuh. Yang sebelah kiri duduknya pada rapet. Bapak doang yang duduk di tengah. Kursi kanan ama kursi kirinya kosong..."

Penonton, tak terkecuali si bapak-bapak, tertawa.

"Gini aja Pak. Ini kursi-kursi yang kosong mendingan Bapak rapetin, trus Bapak tiduran aja diatasnya" sambung Dzawin yang membuat gelak tawa penonton semakin riuh. Si bapak-bapak yang kena riffing (yang ternyata adalah salah satu pengajar di IKIP PGRI) tertawa lebar.

"Huss.. orang tua jangan dibecandain. Dosa lho" kata David.

"Maafin kita ya Pak" timpal Dzawin. "Kita kalo lagi bercanda emang kayak gitu. Suka serius"

Bergantian, para komika itu menyapa kami sebelum perform. Ini sesuatu yang baru buat saya. Selama ini kalau nonton StandUp Comedy, para komika akan dipanggil satu-satu lalu tampil di panggung. Kali ini tidak.
Layaknya tuan rumah, mereka bertiga menyapa, mengobrol dan melempar jokes ringan ke penonton.

"Diantara kami bertiga ini, siapa yang mau kalian tonton lebih dulu?" Abdur bertanya.

"Dzaawiiiiinnn..!!"

"Coba gua ulang ye. Diantara gua, Abdur sama Dzawin, kalian pengen nonton siape dulu?" David kembali bertanya.

"Dzaawiiiiinnn..!!"

Jawaban penonton rupanya tidak berubah. Abdur menunjuk penonton "Siji, loro, telu, papat, mulih kana! Mulih!"

Tapi suara rakyat adalah suara Tuhan. Penonton tetap menghendaki Dzawin sebagai opener. Abdur dan David kemudian mempersilakan Dzawin untuk perform.

"Samlekoom... gimana semuanya? Sehat? Sehat nggak nih?"

Seingat saya, Dzawin adalah komika yang paling banyak dibicarakan malam itu. Kami benar-benar terhibur. Materinya kompleks, mulai dari pesantren, anak kuliahan, naik pesawat, anak kost, PNS sampai curhatnya tentang kehidupan para guru di Indonesia yang gajinya nggak seberapa.
Beberapa materinya merupakan repetisi dari bit-bit yang pernah dia bawakan di kompetisi Stand Up Comedy KompasTV.

"Gua kagum sama pramugari yang ada di pesawat. Kalau pesawatnya mau turun, mereka bisa ngucapin Selamat Jalan ke semua penumpang. Elu bayangin, ekspresinya itu nggak berubah sama sekali.
'Selamat jalan, Pak. Semoga harinya menyenangkan...' terus diulangi lagi buat penumpang selanjutnya 'Selamat jalan, Pak. Semoga harinya menyenangkan...'Elu bayangin ya, pesawat yang tipenya Boeing rata-rata kapasitasnya 200-an orang. Jadi si pramugari ngulangin ucapan Selamat Jalan minimal 200 orang. Gilak.."

"Dalam sehari aja, kalau ada 8 penerbangan berarti si pramugari musti kasih ucapan Selamat jalan buat 1600 orang. Dan ekspresinya nggak berubah. Nadanya masih sama. Coba kalau gua pramugarinya, jelas bibir udah kiwir-kiwir.."

"Lagian kalo Pramugarinya gua, gua pasti pilih-pilih. Ucapannya beda. Kalo orangnya berwibawa gitu, gua ucapin 'Selamat jalan. Terimakasih sudah memilih maskapai kami..'
Kalau orangnya cakep : 'Selamat jalan ya. Hati-hati perjalanannya..'
Kalau orangnya jelek : 'Tuh, pintu!'

Hahaha.. tawa penonton lepas mendengar punchline akhir dari Dzawin.

"Elu tau nggak, gaji guru honorer di Jakarta berapa? Cuma lima ratus rebu. Beneran. Duit lima ratus rebu kalo tinggal di Jakarta mah nggak ada apa-apanya"

Dzawin mengajak penonton untuk berhitung.

"Nih ya, misalnya si guru honorer ini cowok dan punya pacar, paling enggak dia musti ngabisin 150ribu buat jalan ama pacarnya. Berarti sisa duitnya tinggal berapa? 350 ribu.
Habis itu buat beli pulsa ama bensin 100ribu. Masih sisa berapa? 250ribu. Sebulan ada berapa hari? 30 hari kan? Sisa duit dia cuma ada 250ribu buat makan 30 hari, padahal makan di Jakarta paling murah aja 10ribu. Berarti dalam satu bulan, harusnya dia musti ngeluarin duit sebanyak 300ribu.
Elu bayangin, buat makan aja dia minus lho"

Bahkan dengan set-up yang panjang dan 'njlimet ini, Dzawin tetap mampu membuat penonton tertawa.

"Padahal, kucing Anggora punya tetangga aja kalo makan sebulan habis 500ribu. Bayangin, makanan kucing aja lebih mahal daripada gaji seorang guru yang katanya tugasnya lebih mulia!" Bits yang diucapkan Dzawin dengan berapi-api ini membuat penonton bertepuk tangan dan bersorak menyemangati.

"Ngenes banget kan hidupnya? Gua rasa ya, kalo si guru honorer ini masuk ke Indomaret yang ngomong "Selamat datang di Indomaret" bukan kasirnya, tapi si guru honorer ini. Dia masuk, trus ngomong ke kasirnya "Selamat datang di Indomaret, selamat berbelanja. Ada lagi yang lain? Pulsanya nggak sekalian?"

Dzawin, the delicious appetizer of the night

Puas tertawa (dan menertawakan) Dzawin, penonton disuguhi dengan menu berikutnya : David Nurbianto!

Pada saat Meet and Greet sore tadi David kelihatan paling mendewasa. Kalem, tenang, santai, sambil melempar jokes ringan untuk memeriahkan suasana. Tidak ada gaya nyabklak yang beringas seperti yang sering dia tampilkan di panggung SUCI 4.

"Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.."

David bisa dibilang komika yang unik. Mukanya sedikit Chinese, sementara namanya (David) bercitarasa bule. Tapi logatnya dong... Betawi medok. Seperti yang dia tulis di bio Twitternya @davidnurbianto : My name is British, my face is Chinese, my languange is Betawis :D

"Gila banget nih penonton Semarang. Gilaaa!! Tepuk tangan buat kalian semua!"

Selesai mendengar tepukan dan sorakan penonton, David memulai suguhannya.

"Kenalin, nama gua David. Kalau elu lihat muka gue, elu pasti mikir gue China kan? Padahal enggak. Gue ini muslim, asli Betawi. Saking seringnya gue disangka China, gue ngerasa lama-lama lagu Lebaran juga bakal berganti nadanya. Harusnya kan gini : allahu akbar... allahu akbar... allahu akbar..."

Di hadapan penonton Semarang, David melantunkan kalimat takbir Lebaran. And you know what? Suaranya merdu sekali. Serius.

"Nah, gara-gara pandangan soal ke-Cina-an dan sering dikatain Cina ini, gue khawatir besok-besok lagunya berubah jadi "Gong xii... fat cai. Gong xii... fat cai..."

Penonton langsung tertawa.

"Waktu mau bikin acara #RuleOfThree ini, kita semua bingung mau nyari sponsor apaan. Lah.. gue langsung usul, gimana kalo habis acara kita jualan minyak wangi sama fotonya Habib..."

Penonton terpingkal-pingkal. Sponsor minyak wangi! Memangnya ini acara pengajian?

As I said, penampilan David malam itu beda jika dibandingkan dengan aksi yang sering dia tampilkan di panggung SUCI4. Lebih kalem, hanya sedikit gaya 'nyablak khas Betawi. Bahkan tak ada materi tentang nyai (nenek) David. Beberapa penonton menilai, penampilan David kurang greget dibandingkan sama Dzawin.

David, the not-so-full main course

"Gue main FTV loohh..." kata David, yang dibalas "cieee..." dari penonton.

"Sayangnya masih banyak yang nggak tau kalau gue ikutan main. Gue sering dikira kru. Pernah ya waktu itu gue lagi duduk nunnguin giliran syuting. Eh gue dibilangin sama kru-nya :

"Woi, sini. Pindahin nih mesin diesel"

"Laahh... Dikira gue kru soting ye? Enak aja..... " David memperagakan mimik orang protes, lalu kemudian segera menyambung : "Oke, mau ditaruh dimana nih dieselnya?"

Punchline yang disampaikan dengan mimik polos ini membuat penonton tertawa gemas.

"Lagian soting itu ternyata capek banget. Asli deh. Beda banget antara akting sama stand up. Gue pernah diminta akting jatoh. Gue udah akting maksimal, eh si sutradaranya bilang :

"Oke, cut! Mas David, jatohnya kurang gedubrak"

Tawa penonton kembali pecah.

"Gue mikir lamaa banget. Jatohnya kurang gedubrak. Trus gue nanya : maksudnya pegimane nih Pak?"

"Yaa... jatohnya kurang gedubrak, gitu. Coba diulangi lagi. Yang lebih gedubrak"

Penonton menyambut curhatan berbalut punchline itu dengan tepuk tangan.

"Yang ironis adalah gue sama sekali nggak suka FTV. Eneg aja gitu. Ceritanya itu-itu aja. Udah gitu, apapun judulnya pasti lagunya selalu sama : cintaku klepek-klepek sama dia... sayangku klepek-klepek sama dia..."

Beberapa penonton manggut-manggut. Mungkin mereka juga sering liat FTV seperti itu.

"Tapi gini deh. Saran gue nih ya. Kalau elu benci ama sesuatu jangan terlalu banget lah bencinya. Nggak usah benci banget-banget. Kayak gue kan? Gue bencii... banget sama FTV, eh ujung-ujungnya dapat job di FTV juga gue ambil kan"

Selain cerita tentang suka duka ikut FTV, malam itu David juga bercerita tentang sesuatu yang baru bagi masyarakat Semarang : Petik Mangga.

"Petik Mangga itu nama gerakan memijat. Iyeh, jadi kan gue punya langganan tukang pijit tuh. Kalo lagi capek gitu dia langsung pakai gerakan petik mangga. Jadi gue disuruh tiduran, habis itu orangnya duduk diatas gue, terus mulai... saaatt...! Ya kira-kira gitu lah"

Penonton memberikan tepuk tangan saat David mengakhiri penampilannya.

"Dan berikutnya kita kasih tepuk tangan yang meriah buat... Abdurr!!!"

Saya melirik handphone saya. Pukul 21.45. Wow.. Kalau memang Abdur akan tampil 30 menit, berarti pukul 22.15 acara baru selesai. Sepertinya saya terancam ketinggalan bus untuk pulang ke kos. Apalagi ini hari Minggu. Hmm.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Selamat malam teman-teman.."

Pada babak final Stand Up Comedy Kompas TV season 5, Abdur Arsyad berhadapan dengan David Nurbianto. Dan seharusnya memang begitu. Dua peserta berbeda latar belakang namun memiliki keresahan yang hampir sama tentang kehidupan sosial di Indonesia. David dari 'kubu' Indonesia barat yang materinya didonimasi oleh dilema kehidupan orang Betawi pinggiran, sementara Abdur membawa penonton masuk dalam realitas pahit Indonesia timur yang kerap terabaikan pemerintah pusat.
Selama episode demi episode, penonton kerap dibuat terpingkal-pingkal oleh celoteh Abdur tentang mamah-nya. Di lain waktu, Abdur membuat penonton tersentak dengan fakta-fakta kaum pedesaan Nusa Tenggara. Satu trademark quote dari Abdur adalah "Aduh mama sayangee...." yang serentak dan hampir selalu ditirukan penonton.


Abdur, the tasty dessert

Malam itu di Semarang, Abdur yang tampil dengan kaos polos menyajikan jokes-jokes seputar Indonesia Timur, kehidupan mahasiswa, sampai Agnes Monica.

"Saya kuliah di Malang, kebetulan waktu itu pernah ada kuliah sampai malam. Fakultas teknik kebetulan bersebelahan dengan fakultas sastra, dan mereka sedang ada konser. Ngundang Agnes Monica. Kami terus terang tidak masalah, begitu. Mau ngundang Agnes Monica atau Aura Kasih atau Ledi Gaga silakan saja toh. Yang jadi masalah, penyelenggaraan konser itu dilakukan malam hari, bahkan tidak ada break untuk solat isya. Betul ini, teman-teman. Kalian bisa bayangkan, ketika waktu solat isya telah tiba, suara azan bersahut-sahutan dengan suara Agnes Monica"

Penonton tertawa renyah, apalagi ketika Abdur memperagakan orang yang sedang azan.

"Allahu akbar, allahu akbar.."

Hey, suara Abdur ternyata sangat merdu. Nggak kalah sama Dzawin yang anak pesantren. Selain pintar melucu, ketiga komika #RuleOfThree adalah orang-orang soleh yak. Suara mereka saat ber-azan bikin adem! Ow.. ow..ow!

Ehem. Maaf ya jadi ngelantur. Jadi, sampai dimana kita tadi? Ah, Agnes Monica.


"Dari mushola di fakultas kami, suara Agnes itu terdengar saling beriringan. Allahu akbar allahu akbar... disambung... haChintah inih... kaddang kaddang tak ada logikah.."

Abdur menggeleng-gelengkan kepala seperti prihatin, sementara penonton mengguyurnya dengan tawa.

"Kami sedang khusuk berdoa, tiba-tiba dari sana terdengar 'Dimaaa...na letak shurgah ituuu...' kami jawab saja : Sholat, woy. Sholat. Biar bisa ke surga!"

Hahaha.... penonton tak hanya tertawa, tapi juga bertepuk tangan untuk punchline ini.

Sebenarnya penampilan Abdur ini menghibur sekali. Tapi sayang sekali dia tampil pada giliran terakhir pukul 22.30. Banyak penonton yang sudah kelelahan karena tertawa, dan terutama.... ngantuk. Saya berkali-kali terpaksa menguap. Seandainya acara mulai tepat waktu dan lebih efektif, mungkin tawa penonton yang terdengar akan lebih gempita.

Yang juga mengganggu saya adalah beberapa penonton mengajak anak-anak yang masih kecil untuk nonton acara ini. Contohnya ya anak cewek berbaju merah yang tadi sempat kena jokes di awal acara. Di deretan kursi kedua dari depan, saya juga menangkap ada anak kecil (yang kelihatan masih SD) juga ikut nonton. Si adek yang berjilbab biru ini namanya Nabila, datang kesini diajak sama kakaknya.



jam segini harusnya kamu tidur dek :(

Gimana ya. Saya tidak bisa sepakat jika anak kecil dibawah 17 tahun diperbolehkan nonton Standup Comedy. Apalagi acaranya sampai malam. Jangan lupa, acara Rule Of Three ini diadakan hari Minggu. Emangnya mereka nggak sekolah keesokan harinya? Okelah, ini memang acara hiburan. But I think it will inappropriate to bring your little brother or your little sister to watch this show. Bagaimana kalau ada content blue material? Namanya juga pertunjukan standup comedy off-air (tidak disiarkan di TV), yang artinya tidak ada badan sensor kan? Itu artinya banyak sekali materi-materi para komika yang vulgar, ekstrim, rough (kasar), atau porno yang sedianya ditujukan untuk orang dewasa. Bukan anak-anak yang masih SMP apalagi SD.

Jika memang si adik kecil ini diajak nonton dengan alasan "dia dirumah sendirian, nggak ada yang jaga" ya mustinya kan bisa dicari jalan lain. Dititipkan ke tetangga, misalnya. Atau titipin sodara. Atau titipin ke petshop. (Eh?)
Ya pokoknya gitu deh.

Kembali ke #RuleOfThree ya.

Setelah Abdur mengakhiri penampilannya (tepuk tangan meriah dari penonton!) dia memanggil David dan Dzawin untuk bergabung ke atas panggung. Mereka berterimakasih, membungkukkan badan, lalu berterimakasih lagi. Penonton mengapresiasi penampilan mereka dengan standing ovation.

Selanjutnya adalah acara foto-foto, pikir saya. Tapi saya keliru.

"Kami mau bagi hadiah buat penonton" kata David. "Siapa yang berani maju ke depan?"

Seorang cewek dari BEM Universitas PGRI mengangkat tangan dan maju ke panggung. Wah, ada acara bagi-bagi hadiah juga ya? This is something new from me.

"Kita punya hadiah nih buat kamu. Kamu coba duduk disini dulu" Dzawin mempersilakan si cewek duduk di kursi yang biasanya ada di kantor kepala sekolah. Itu lho, yang model-model kursi beledu empuk yang ada ukiran-ukirannya.

"Namanya siapa?"

"Mala"

Cewek bernama Mala ini sepertinya akan diberi sepatu dari Piero. Soalnya beberapa saat kemudian si Dzawin bertanya lagi "Ukuran sepatu kamu berapa?"

"Tiga-lapan" jawab si Mala. Dari sisi panggung, terlihat kru Piero membawa sebuah kotak sepatu. Terdengar nada kepengen dari penonton lain.

"Nah, ini hadiah buat kamu" kata David sambil menyerahkan kotak sepatu. "Selamat ya..."

Muka-muka penonton yang menyiratkan Aduh-Aku-Juga-Pengen-Dapet-Sepatu semakin jelas terlihat. Ya iyalah, siapa yang nggak mau dapat sepatu dari Piero.

"Diangkat dong hadiahnya. Diangkat tinggi-tinggi" kata David.

Dan si cewek bernama Mala itu mengangkat kotak sepatu dengan senyum lebar. Penonton bertepuk tangan.

"Coba kasih liat penonton, apa isinya. Coba dibuka"

Dan ketika dibuka, ternyata kotak itu.............. kosong! Hahahahaha.... kena deh dikerjain sama David cs.

"Elu sih, langsung milih kotak. Mustinya elo milih hadiah yang ada di kantong gua.." kata Dzawin, menirukan acara Deal or No Deal. Hahahahahaha....


mereka ngerjain Mala (sorry, gambarnya si Mala ketutupan)


At the end, we have no clue either it was real or fake. Kami nggak tau apakah si cewek bernama Mala ini beneran dikerjain, atau akhirnya memang mendapatkan sepatu dari Piero. Setelah Mala dipersilakan duduk, saya kembali menebak bahwa ketiga komika utama ini akan menutup acara. Tapi lagi-lagi saya keliru, karena acara selanjutnya adalah....

"Mumpung lagi ada disini, sekarang saatnya kita bakalan buka semua aib dari para komika ini"

Yep. That's right. Rupanya para komika ini masih punya hidangan penutup berupa foto-foto mereka bertiga yang norak. Benar-benar "feature" yang belum pernah saya temukan di acara standup comedy lainnya.

Sementara penonton lain menyoraki "eeaa..." saya berkali-kali ngecek HP lagi. Pukul 22.45. Ya Tuhan, sisakanlah satu bus untuk saya pulang ke kos. Amin.

"Giliran pertama yang mau kita bongkar adalah si Dzawin, berikutnya gua, habis itu Abdur. Kalau ada bunyi sirene, berarti saatnya gantian" David menjelaskan suguhan penutup.

Dzawin lagi dibongkar aibnya oleh David dan Abdur

Bergantian, seperti dijelaskan oleh David, para komika itu membuka rahasia teman-temannya yang mengundang tawa, maupun kelakukan mereka ketika tur. Para penonton mendongak melihat layar LCD yang menampilkan gambar Dzawin di dalam sebuah kamar. Hanya memakai sarung. Lalu tertawa lagi saat LCD menampilkan David sebagai si tukang ojek kribo di sebuah FTV alay. Lalu ketika sirene berbunyi lagi untuk yang ketiga kalinya, LCD memajang foto Abdur yang sedang cuci muka.

"Buset dah. Cuci muka di wastafel aja sempet-sempetnya motret. Itu kamera ditaruh disebelah mana coba?" kata David. Sementara Abdur menundukkan muka dan menggeleng-geleng malu.



memperagakan petik mangga :)


semua tampil tanpa Jaim. Total!



Pukul 23.00 lewat sedikit, ketiga komika ini mengucapkan salam perpisahan. Penonton memberikan penghormatan dan standing ovation untuk David, Abdur dan Dzawin yang tampil dengan sangat maksimal malam itu. We are soo deadly entertained! Jangan kapok datang ke Semarang ya!

Dan demikianlah. Cerita dan laporan tentang acara #RuleOfThree edisi Kota Semarang. Terimakasih sudah mampir dan membaca. Semoga kalian juga nggak kapok main-main ke blog saya ya. See you at next posts. Cheers! ^_^



report compiled by : Devi Oktavia @AlwaysDevi - a standup comedy lover
details are 80% accurate, 14% additional material, 6% unavoidable extrapolation.



Other pictures that we took from the show

Me and Dimzy - we both grows chubbier :P
Geng kita - Gadis, Dini and Nisa - It's like Girls Day Out :)

Tanda tangan Abdur, David, dan Dzawin. Yang paling bagus punya Abdur, menurut saya. Rapi dengan sedikit potongan garis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam