Langsung ke konten utama

dear Yunita

bulan ini, sebelas tahun yang lalu

Kami bertemu saat kelas dua SMP. Kelas 2 A. Masing-masing dari kami tak pernah kenal satu sama lain sejak kelas satu. Siapa dia, siapa saya. Entah. Di kelas dua, kami hanya berkenalan singkat.

"Yunita" katanya.
"Devi" saya menyambut tangannya.

Maka selesailah.
Pada tiga bulan berikutnya, saya melihatnya sebagai anak yang tak banyak bicara. Sedikit kikuk. Canggung. Tidak sering merespon pertanyaan yang diajukan guru, walaupun saya yakin dia punya jawaban di kepalanya.
Orang tak akan percaya kalau saya bilang bahwa anak yang pemalu di kelas ini adalah sahabat saya sekarang. Ya, benar. Sa-Ha-Bat.

Kontras, memang. Saya yang hobi ngoceh seperti prenjak habis dikasih jangkrik, sementara Yunita yang lebih banyak diam dan hanya bicara kalau memang benar-benar ada pikiran yang ingin dikeluarkan dari otaknya.
But that's true. She is my bestfriend, and I learnt a lot from her.

Mungkin ucapan terimakasih harus diucapkan untuk Harry Potter dan film Titanic. Kalau bukan karena dua hal itu, kami tak akan pernah jadi akrab. Kami mungkin tak pernah lari-lari ngejar bis ke Citra21 sepulang sekolah untuk nonton film Harry Potter and The Goblet of Fire bersama-sama, lalu terisak bareng saat adegan Cedric Diggory mati dibunuh Voldemort. Kalau bukan karena Titanic, mungkin kami tak akan pernah secara beringas bergosip tentang daftar panjang mantan pacarnya Leonardo DiCaprio, termasuk mencecar Gisele Bundchen karena bagi kami : "Pokoknya Leo cuma cocok sama Kate Winslet. Udah"

Saking senengnya sama Titanic, kami sampai hapal dengan percakapannya. Tiap kali Titanic tayang di TV, berasa seperti karaoke saat menontonnya. Semua ucapan Rose dan Jack ditirukan. Semua adegan dan ekspresi Leo kami rekam tanpa luput.
Puncaknya, waktu ada tugas elektronika salah satu teman kami ada yang membungkus tugas gambarnya dengan koran Suara Merdeka. Tak ada yang aneh di koran itu, kecuali wajah Leonardo Dicaprio muncul di kolom berita.

Yunita histeris, ingin merebut kertas koran itu dari teman saya. Teman saya ikut histeris. Takut gambarnya rusak gara-gara kertas koran pembungkusnya direbut. Pada suatu siang di Pasar Yaik Johar, kami berburu buku bekas. Saat melihat majalah bekas yang membahas detail Leonardo Dicaprio didalamnya, saya ‘memaksa’ Yunita untuk membeli majalah itu. Padahal majalahnya berjudul Cosmopolitan, yang mengandung 50% gambar orang mesra-mesraan. Bukan tipe majalah untuk anak SMP. Sebodo amat. Yang penting ada Leonardo Dicaprio didalamnya. Yes, we are that obsessed :)



bulan ini, delapan tahun yang lalu


Kami berpisah. Yunita ke SMA 3, saya ke SMK 7. Kali ini Yunita punya idola baru. The Sultan of Stepover, Christiano Ronaldo. Dia pindah haluan menjadi United Army, ikut ekskul Palang Merah. Dua hal yang amat berbeda. Tapi topik tentang film, lingkungan hidup, sampai global warming masih selalu kami bahas saat berkirim SMS.

Saat perhelatan Oscar ke 79 disiarkan oleh Indosiar jam 9 malam, kami SMS-an dan secara intens mengomentari para pemenang. Kalo artis favorit kami menang, kami cepet-cepet mengirim SMS satu sama lain untuk memuji dan membahas penampilannya. Kalo yang dapat piala adalah artis yang nggak begitu kami suka, kami buru-buru menghina kalo penampilan mereka itu jelek banget dan nggak layak dapat Oscar. Sotoy abis. Padahal liat filmnya aja belom.

Saya masih ingat, pada acara Oscar malam itu Kate Winslet tampil membacakan nominasi untuk Aktor Favorit (yang menang Forest Whitaker). Entah disengaja oleh reporter atau tidak, pada saat Kate Winslet tampil dan membacakan sekapur sirih (kata-kata pengantar sebelum mulai baca nominasi), kamera tiba-tiba mengarah ke Leonardo DiCaprio. Yep, the camera shot on Leo's serious face while Kate speaking. Otomatis, muka akang Leo jadi agak kaget dan akhirnya tersenyum.
Hanya beberapa detik kejadian ini berlangsung, dan mungkin akan segera dilupakan. Tapi bagi dua remaja putri di Semarang yang malam itu lagi khusyuk nonton, kejadian tadi spektakuler dan kami langsung berebut mengirim SMS satu sama lain. Why oh why? kata saya.

Kenapa musti nyorot wajahnya Leo pas Kate Winslet ngomong? Jangan-jangan pers Holywood juga sependapat dengan kami. Bahwa Leonardo dan Kate Winslet harusnya bersama di dunia nyata. Their romance in Titanic should come to life.

Muka Leo yang salah tingkah dan akhirnya tersenyum benar-benar one of a kind. I will never forget it, and so will Yunita.


bulan ini, lima tahun yang lalu


Karena masa sekolah saya 4 tahun (1 th lebih lama dari sekolah biasa), saya tak bisa lulus bareng Yunita. Yunita sempat ke Purwokerto setelah lulus dan bekerja disana. Dia memberi saya boneka sapi. Kenapa harus sapi? Panda atau kucing lebih imut menurut saya. Karena saya tak tau jawabannya, saya juga berikan boneka sapi untuknya saat kami menonton Ketika Cinta Bertasbih.

Ketika saya berulangtahun ke-19, Yunita memberikan novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan majalah Bgirl dengan cover Harry Potter. Semuanya dikirim lewat pos bersama sebentuk gelang putih, disertai surat yang panjang sekali dan diselipi kata-kata dari 10 bahasa.
Saya speechless. Bahkan kata "keren" atau luar biasa tidak bisa mendeskripsikan kekaguman saya padanya. Saya senang, sekaligus malu.
Senang karena masih ada yang peduli dengan ulangtahun saya, bahkan memberi kado. Malu karena selama kami berteman, saya hanya pernah memberinya boneka sapi. (Dan kenapa harus sapi sih. Panda atau kucing lebih imut menurut saya. Eh, saya udah nyebutin soal ini ya tadi?)


bulan ini, empat tahun yang lalu


Yunita kembali ke Semarang, dan mendapat pekerjaan baru yang menuntutnya untuk berinteraksi dengan orang-orang baru. Kami sempat bertemu beberapa kali untuk nonton. Kemajuannya sangat pesat. Dia berubah dari si pemalu saat SMP menjadi orang paling menggebu-gebu saat bicara tentang film, traveling, dan Eropa. Oh, terutama Eropa. Pengetahuannya tentang tempat dan jalanan di Inggris, Prancis, dan Italia mungkin lebih banyak dari mahasiswa semester baru. Rasa percaya dirinya jauh, jauh, jauh membaik daripada pertama kali saya mengenalnya. She’s turning like a butterfly.

Kami bertemu untuk menonton film Harry Potter and The Deathly Hallows part 2. Dan kami menangis lagi. Bukan karena terharu bisa ketemu. Tapi karena setelah ini tidak ada lagi film Harry Potter untuk ditonton.

 
November, dua tahun yang lalu


Karena sama-sama punya passion menulis, kami mendaftarkan diri di acara #KampusFiksi roadshow yang diadakan oleh penerbit Diva Press. Berhubung di Semarang sudah penuh, kami ikut di roadshow berikutnya, Solo. Yes, we went to Solo on a raining Sunday. Yunita mengajak Indri dan Resti, temannya yang sama-sama asik. Sempat nyasar karena salah nyebut nama jalan, akhirnya kami ditolong oleh temannya Resti yang kuliah di Solo.


beberapa bulan yang lalu

Yunita mendapat pekerjaan di luar Semarang. Kali ini dia ke Batam. Tempat yang mungkin akan membuat dia senang, karena dekat dengan “dunia luar”. Dia pernah bilang Lebaran pun tak akan pulang karena akan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ke sekeliling Batam. Dia makin dekat untuk mencapai salah satu keinginannya : traveling ke tempat baru. She’ll move forward to get her desire. I am happy for her :)


bulan ini, hari ini,

Ulangtahun Yunita. Yang ke-….. Oh tidak. Sebagai sahabat yang baik saya tak akan memberitahu berapa umurnya (bagi beberapa kebudayaan, sangatlah tidak sopan menanyakan umur pada seorang wanita. That’s a sensitive topic). Bahwa tanggal ulangtahun Yunita sama dengan Sherina Munaf, itu adalah fakta yang pernah bikin saya iri. Tapi setelah googling dan mendapat fakta bahwa Gustaf Eiffel, Stuart Townsend, Alex Watson (adeknya Emma Watson) dan Adam Brody juga lahir 15 Desember, saya jadi lega. Ternyata yang lahir 15 Desember keren-keren :D


my dear Yunita, happy birthday. Semoga kamu semakin bijaksana untuk mengambil keputusan yang benar dalam hidup kamu. Semoga kamu bisa pergi ke tempat-tempat yang kamu impikan dan sering kamu ceritakan pada saya. I wish you happiness, bravery, great adventures, and spread your wings to write your own novel. I hope you never rest your imagination, just like I learnt from you.


Stay humble. Work Hard. Be Happy. I love you, my bestfriend :)


tertanda,
Devi Okta
-orang yang masih berusaha menjadi sahabat terbaik-


PS : Cowok Batam ada yang keren nggak? Kenalin dong, Nit.. :P

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam