Langsung ke konten utama

Sabtu di Karangayu (part.1)

Beberapa hari yang lalu Bayu meminta bantuan saya untuk memberi bimbingan di sebuah PAUD di Karangayu.

Bayu sekarang udah masuk tahun terakhir kuliah akhir pekannya di Universitas Semarang, dan sedang menjalankan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Karangayu, daerah Semarang Barat.
Bersama sekitar 15an teman mahasiswa lain, mereka 'dinas' di Karangayu selama 3 mingguan, untuk membantu warga sana. Seperti lazimnya anak-anak mahasiswa KKN lain, mereka bagi-bagi tugas. Ada yang ngasih bimbel buat anak-anak SD dan SMP. Ada yang bikin baksos.

Dan untuk Bayu, dia kebetulan ditugaskan di sektor Pendidikan Anak Usia Dini. Ehem.

(Kenapa saat menyebutkan kata anak dan Bayu, hati saya berdesir? Entahlah. Mungkin saya rindu jadi anak kecil, atau punya anak bersama..... ah, nevermind)

Tanggal 18 Januari Bayu menelpon saya dan membeberkan rencana pengajaran untuk PAUD. "Jadi nanti ada kita bacain dongeng dulu ke mereka Dev. Anak kecil gitu kan pasti seneng banget kalau dikasih dongeng. Habis itu baru ke materi utama tentang lingkungan. Trus, pengennya sih dikasih agenda kayak bikin hasta karya sama-sama dari barang bekas"

Sounds good. Saya langsung kepikiran untuk memberi mereka dongeng tentang Rangga dan Putri Embun.
Dulu waktu SD saya pernah baca cerita itu dari majalah Bobo. Ceritanya sederhana sih. Seorang pemuda bernama Rangga, yang punya kebun tapi tak terurus. Suatu hari dia bertemu dengan Putri Embun yang cantik, tapi sang Putri tidak bisa mampir ke tempat Rangga karena kebunnya tidak terurus. Lalu Rangga berjanji untuk...
"Kalau bisa dongengnya yang ada hubungannya sama lingkungan, Dev" lanjut Bayu ditelpon. Pikiran otak saya tentang Rangga dan Putri Embun buyar.

"Trus nanti kamu tampilnya pakai apa? Maksudnya propertinya gitu. Kamu butuh apa?"

Sejujurnya, saya pun belum tau Kak.

"Bikin gambar-gambar aja Mas" kata saya. "Nanti tokoh-tokoh dalam ceritanya digambar, terus dipasangi lidi. Kayak wayang-wayangan gitu"

"Waahh.. boleh Dev. Boleh. Kamu bisa bikin kayak gitu?"

"Yaa... diusahakan pasti bisa lah. Kan masih lama juga"

Bayu bilang acara penyuluhan ini akan dilaksanakan dua kali. Kalau bisa hari Sabtu, tapi jamnya belum tau. Saya bilang ke dia kalau saya baru bisa cuti tanggal 8 Februari.

"Ya udah, pertemuannya 2kali. 1x di hari Sabtu, lalu 1x lagi di hari reguler"

Deal.

Maka demikianlah rencana awalnya. Saya bakal ambil cuti atau izin di hari Sabtu 8 Februari, lalu cuti lagi hari Rabu 12 Feb.
Bayu akan memberi saya kabar tentang kondisi PAUD dan murid-murid disana. Berapa saja umur anak-anaknya, dimana lokasi PAUD-nya, and so on.

Sementara saya masih santai-santai. Kan masih ada waktu 3 minggu? Nyari-nyari bahan dulu lah. Nyari-nyari ide tentang dongeng lain yang kira-kira menarik untuk diceritakan. Yang pasti, semuanya harus mudah dipahami. Saya coba bongkar-bongkar kliping dongeng majalah Bobo dan sempat berpikir untuk menyampaikan dongeng Ting Gegenting. Untuk materinya, mereka akan saya ajari perbedaan sampah basah dan kering.

Dan kemudian..... rencana berubah.

Hari Senin setelah survey, Bayu memberitahu bahwa acara penyuluhan di PAUD tahap pertama akan diadakan tanggal 1 Februari. Itu artinya sekitar 7 hari lagi.

Oh-My-God.

Padahal saya belum bikin persiapan apa-apa. Jangankan properti dongeng, lha wong cerita dongengnya saja belum jadi dibikin kok. Properti lain saat penyuluhan juga belum sempat dibuat.

Oh-My-God.

Akhirnya saya mengandalkan senjata andalan : The Power of Kepepet.

Saya bikin dongeng sendiri. Dongeng fabel tentang Moni, monyet yang suka membuat kotor. Pelan-pelan saya nulis dongeng itu disela-sela bekerja. Numpang pakai komputer kantor. Lalu saya print. Tentu saja pakai printer di kantor. Biar gratis. Hehehehehe

*Oke, ini coklat buat kamu. Tolong jangan ngadu ke HRD ya. Please*

Setelah skenario dongeng selesai, tahap selanjutnya adalah menggambar latar cerita. Saya beli kertas manilla, spidol, crayon dan styrofoam. Selama 1 hari full, pas libur Imlek (tanggal 31 Jan) saya ngebut bikin properti. Apakah selesai hari itu juga? Sayangnya tidak. Gambarnya sudah selesai, tapi kurang diwarnai.

Sekedar info aja nih, terakhir kali saya megang pensil gambar dan krayon adalah sekitar 5 tahun lalu. Tangan mendadak kena Parkinson deh.
Mau tau hasil gambar pertama saya? Nih :


Misri si temen kost bilang, gambar saya seperti gambar buatan anak SD.

Nggakpapa, nggakpapa. Yang penting jadi juga kan? Akhirnya gambar-gambar lainnya saya putuskan untuk diwarnai pakai pinsil warna. Krayon akan saya pakai untuk menge-blok warna langit dan coklat tanah.

Pada hari H, pukul 12.30 saya meninggalkan tempat kerja dan pulang awal. Di kost, saya masih mewarnai gambar. Lalu mempersiapkan kotak-kotak untuk tempat hadiah dan tempat sampah. Lalu menyiapkan kertas warna-warni untuk membuat kolase. Samber sana - samber sini. Semuanya serba ngebut. Nggak sempat makan siang :"(

Janjian sama Bayu jam 15.00 di Swalayan ADA, padahal jam 14.30 aja saya masih prepare kotak-kotak. Alamak! *tepok jidat*

Akhirnya saya meluncur dari Karangjati jam 15.00 (iye, molor banget!), dan memutuskan menggunakan kendaraan saat kepepet : OJEK!!

Pukul 15.45 saya sampai di Swalayan ADA dan menunggu Bayu, yang tadi mampir ke Gramedia untuk beli kertas warna-warni. Dia muncul jam 16.00, memakai jas hujan.

"Habisnya tadi di area Semarang bawah hujannya nggak tentu, Dev. Kadang turun, kadang enggak. Daripada kehujanan, ya mending aku pakai aja terus jas hujannya"

Lokasi PAUD-nya di daerah Anjasmoro, Karangayu, daerah Semarang barat. Lumayan jauh juga sih. Para mahasiswa KKN lain sudah ada di posko.
Bayu meminjami saya jaket almamater Universitas Semarang.

"Serius, aku pakai jaket ini Kak?"

"Iya, pakai aja. Aku pinjem dari temenku kok Dev"

"Nanti kalau pas di foto trus ada yang mengenali kalau aku bukan mahasiswa gimana?"

Bayu cuma ketawa. "Wis to. Enggak mungkin. Percaya deh"

Saya kaget karena lokasi PAUD-nya lumayan jauh dari Posko. Kalau naik motor, sekitar 5 menit. Kalau jalan kaki, kurang lebih sama kayak jalan dari rumah saya ke Rumah Bakso deket kampung Bitaran.

Dan saya juga kaget karena.... gedung PAUD-nya sederhana banget. Hampir nggak kelihatan kayak PAUD kalau dilihat dari luar. Dalam imajinasi saya, PAUD itu kayak sekolah TK. Gedungnya digambari sama gambar tokoh kartun atau hewan warna-warni.
PAUD Cendekia ini hampir sama kayak rumah biasa. Sebodo amat lah. Don't judge the book by the cover, right?

Kami berkenalan dengan ibu-ibu pengampu PAUD. Beberapa anak-anak masih bermain. Ada yang kejar-kejaran. Ada yang main prosotan. Seperti kembali ke masa TK. Bedanya, dulu saya lebih brutal. Kadang suka menjambak teman-teman saya, menendang mereka. Oke, soal itu kita bahas lain kali.

Kami diberi waktu dari jam 16.30 - 17.30. "Kalau hari Sabtu, kegiatannya bebas" kata salah satu pengampu.

Melihat saya membawa properti, mereka bertanya "Oh, mau ndongeng ya?"

Ibu-ibu pengampu memandu anak-anak untuk berbaris. Mereka berhitung satu, dua, tiga, empat.. sampai sepuluh, supaya anak-anak itu rapi.


Setelah anak-anak berbaris rapi, mereka berdoa. Berdoa-nya aja pakai preambule :

 "Di atas ada Allah..... (sambil tangannya menggapai ke atas)
di samping malaikat..... (mereka merentangkan tangan kesamping)
di depan Nabi Muhamad..... (tangan maju ke depan)....
tangan dilipat... berdoa mulai...."

Dan mereka baca surat Alfatihah sama - sama.

Selagi mereka berbaris dan berdoa, saya mempersiapkan properti. Saking groginya, jaket almamater lupa saya pakai.

"Kalem mbak. Santai aja. Ini dipakai dulu jaketnya" kata Dwi sambil memakaikan jaket ke lengan saya. So sweet banget yak? Kayak di serial Autumn In My Heart aja. Hihihihi...
Dibantu sama Isti, Dwi, Bayu dan beberapa teman lain, properti itupun selesai. It's showtime.


Setelah anak-anak itu berdoa, mereka menghadap ke arah saya. Pandangan mereka bertanya-tanya : mau apa ya, orang gemuk yang gigi depannya hilang secuil ini?

Sesuai anjuran Bu Tamsih, sebelum mulai acara saya udah baca Alfatihah 3x, Al Insyirah 3x dan Ayat Kursi 3x. Biar lancar, insyaallah.

"Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh"

Mereka menjawab malu-malu. Beberapa pengampu dan ibu mereka yang mendampingi ikut menjawab "Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh"

"Selamat soree..... Kenalan dulu ya, nama saya Mbak Devi. Disini ada yang namanya Devi juga nggak?"

Seorang anak perempuan yang dipangku ibunya mengangkat tangan. Well.. actually it's her mother who raised the child's hand. The child is still shy.

"Wahh.. ternyata ada ya. Oke deh. Hari ini mbak Devi mau bacain dongeng, dongeng tentang Moni si monyet nakal. Tapi sebelumnya, mbak Devi mau ngasih lihat kotak. Isinya apa ya? Kalau ada yang bisa jawab, nanti boleh bawa pulang isi kotaknya"

Saya mulai memberi clue. "Benda ini warnanya hijau. Biasanya dipakai kalau lagi mati lampu"

Beberapa ibu mereka membisiki anak-anak. "Senter, ayo maju, jawab : senter"

Wahh... kalau ada ibu-ibu gini jadi nggak seru ya? Kan niatnya mau bikin anak-anak aktif dan latihan hipotesa :"(

But it's okay. Seru deh lihat muka anak-anak ini. Beberapa ada yang berani maju, tapi begitu diminta menyebutkan jawaban, mereka langsung diam. Hehehehe

Look at their innocent yet curious faces! Gemess!! ^_^
Akhirnya salah satu anak bernama Rahman, setelah mengaduk-aduk isi kotak, berhasil menemukan Senter.

Mungkin Rahman berpikir : ini beneran ada isinya nggak sih mbak? kok daritadi kertas-kertas melulu.
Semua bertepuk tangan. Rahman kembali duduk.
Maka acara mendongengpun dimulai. Saya mengeluarkan gambar dan 'wayang' binatang.
Beberapa anak maju. Mungkin mereka mau melihat gambar saya secara jelas.

"Pada suatu hari, ada hutan yang sangat hijau, dipimpin oleh Raja Singa. Auuummmm..."
"Kita adukan saja Moni kepada Raja" kata saya menirukan Gonggi si gajah.
*gosh, i looked so fat!*
"Kalau Moni tidak mau membersihkan hutan, Moni akan diusir. Biar jadi topeng monyet"
Setelah bercerita, saya menyampaikan materi utama : Pengenalan Sampah Basah dan Kering.

"Mbak Devi punya dua kotak, yang satu warna biru, yang satu lagi warna kuning. Yang biru untuk sampah basah, kalau yang kuning untuk sampah kering misalnya plastik. Jadi kalau mbak Devi habis makan jajan wafer Tanggo, bungkusnya dibuang dimana?"

"Kuniiiinnngg" jawab mereka, supported by their mother's voice, offcourse.

"Kalau makan roti tapi rotinya nggak habis, buang rotinya di kotak mana?"

"Biruuuu....."

"Betul. Karena kotak biru itu untuk sampah basah, yang akhirnya bisa membusuk. Kalau kotak kuning gunanya untuk sampah yang nggak bisa busuk"

Kemudian saya mengeluarkan makanan ringan, lalu memberi mereka pertanyaan. Dan suasana itupun terulang lagi. Mereka berani maju (setelah didorong-dorong oleh ibu mereka), tapi begitu sampai di depan, mereka diam. Nggak mau nyebutin jawaban.

Jangan-jangan emang sebegitu seramkah muka saya sampai membuat mereka kehilangan keberanian? Duh.. -__-

maju..enggak...maju... enggak... maju... enggak...
Bayu sempat membelikan puzzle sebagai hadiah. Dan puzzle itupun saya berikan pada 3 anak yang mampu menjawab pertanyaan.

"Ini gambar hewan apa?" kata saya sambil mengangkat wayang-wayangan hewan dengan tubuh garis hitam dan putih.

"Zebraaa" kata seorang ibu-ibu membisiki anaknya.
Saya nggak inget apakah saya pernah membuat ekspresi seperti ini saat menyerahkan hadiah.
Maka selesailah kegiatan hari itu. Kami menyanyikan lagu Di atas Allah, di samping malaikat, di depan Nabi Muhamad seperti di awal jumpa, lalu membaca surat Al-ashr bersama-sama. Beberapa anak menoleh ketika saya ikut berdoa.
Mungkin mereka berpikir, kok mbak yang gemuk dan gigi depannya hilang secuil ini tau lagu ini sih?

Hello.... saya juga dulu pernah TK kaleee! teriak saya dalam hati. Sementara muka saya menyunggingkan senyum.
Wal ashri, innal innsaa na lafii....
Sebelum pulang mereka mencium tangan para pengampu, saya dan mahasiswa KKN. Just like our noble ancient tradition to show respect ^_^
"langsung pulang ke rumah ya dek. Hati-hati..." kata Bayu.
Fiuhhh... alhamdulillah bisa terlaksana dengan baik. Kami kembali ke posko KKN dan mendiskusikan beberapa kegiatan.
Minggu depan, saya bakal ngisi materi lagi. Tentang apa? Hmmm.. belum tau tuh.

Pukul 19.00 Bayu mengantar saya pulang ke rumah. Di tengah hujan, kami berboncengan motor. Syahdu ya? Enggak juga sih.
Kami sempet kena cipratan air dari taksi yang melintasi genangan. Kampret.
Oh iya, ini pertama kalinya saya membonceng Bayu lagi setelah 4 tahun. Kami berbagi jas hujan, dan bagian belakang baju saya sukses basah kuyup.
Dan ditengah hujan itu, diatas motor Revo-nya, saat dia bercerita tentang hamsternya, tentang kuliahnya dan tentang cuaca, mendadak saya nggak merasa dingin sama sekali dan berharap rumah saya sedikit lebih jauh lagi.

See you on the next post

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam