Langsung ke konten utama

There's Something About Devi (part 1)

tad-obvious outside, mysterious inside
This is the another side of Devi. You may claim that you know her well, but.... have you ever known about this? Well.. if I were you, I wouldn't be confident enough to say "Yes, I know Devi"

Devi is complicated creature. You might be surprised to find these facts. And by the time you're reading this, you will notice that I was saying truth. Here we go.

Fact no. 1 : She's always craving for book, book and book

She's a bookworm. Devi itu cinta, sakaw dan tergila-gila dengan buku. Terutama buku fiksi. Buku fiksi favoritnya ada tiga : Artemis Fowl, Bartimaeus Trilogy, dan Harry Potter.

Entah darimana dia menuruni DNA gen cinta-buku, karena tak seorangpun dalam silsilah keluarganya yang suka membaca sebesar dirinya.

Jangankan buku, Devi juga sering membaca tulisan apa saja yang dia temui. Tulisan di spanduk, tulisan baliho berisi deretan iklan-iklan di pinggir jalan, tulisan atau artikel di kertas pembungkus gorengan. Kamu boleh makan siang bersamanya atau nonton film bersamanya. Tapi kuperingatkan, jangan menemaninya ke Toko Buku, kecuali kau juga penggila buku. Kalau aku jadi dirimu, aku akan berpikir seribu kali untuk menemani Devi ke toko buku, Pameran buku, atau perpustakaan buku.

Sudah sering aku jadi saksi untuk tingkah gilanya tentang buku. Matanya bisa melotot kegirangan melihat buku On The Origin of The Species yang langka itu dijual dengan harga miring. Senyumnya mengembang melihat buku fiksi-filosofis karangan Tere Liye dalam berbagai judul. Bibirnya berkedut menahan tawa membaca sekilas buku karangan Raditya Dika. Dan mulutnya bisa menganga takjub melihat buku favoritnya dipajang : Artemis Fowl.

Walaupun kau jungkir balik sekalipun, Devi tak akan terlalu menghiraukanmu. Seolah-olah dia lupa segalanya. Hanya dia dan buku.

Sifatnya sangat defensif pada buku-buku koleksinya. Apalagi jika bukunya dipinjam orang lain. Banyak klausul dan undang-undang yang diberlakukan.

Jangan melipat halaman buku, tapi pakailah pembatas. Jangan ditekuk seperti ini. Jangan dipinjamkan pada orang lain, kembalikan bukunya padaku dulu setelah itu biar orang lain itu yang meminjamnya lewat aku sendiri. Ini buku favoritku, hati-hati jangan sampai rusak. Dan bermacam lagi aturan yang dia sebutkan untuk meminjam.

Devi seperti punya antena untuk melihat apakah orang ini suka buku atau tidak. Jika orang yang meminjam bukunya bukan tipe orang yang suka membaca, Devi akan sangat protektif seolah-olah orang itu akan meminjam permata.

Jangan tanya berapa banyak Devi belanja buku dalam sebulan. Aku pernah memergokinya belanja 200ribu di Gramedia, padahal minggu lalu dia sudah menghabiskan 100ribu. Tapi kepada Ibunya dia mengaku harganya cuma 100 ribu. Cintanya pada buku tak terhitung banyaknya. Yohanes Surya saja rata-rata menghabiskan 20 juta pertahun untuk membeli buku, kenapa aku tak boleh berbelanja banyak untuk buku? Lagipula ini uangku. Uang gajiku sendiri, kata Devi.

Yea, yea, yea, silahkan habiskan uangmu Nona kutubuku. Aku tak akan melarangmu.

Dia rela berpanas-panas ria dari Gramedia Amaris Jalan Pemuda ke Toga Mas Bangkong, atau kehujanan dari Perpusda Jateng ke Gramedia Pandanaran lalu ke Gunung Agung.

Dia tak keberatan berjejalan sepulang kerja sampai malam untuk memilih buku di Pameran. Dia jelajahi pusat buku bekas di area Yaik di Pasar Johar.

Tak ada pertanyaan yang lebih disukainya selain "kamu ingin buku apa Dev?" Wah, mukanya akan merona bercahaya. Apalagi jika kalimat selanjutnya adalah "kamu boleh pilih buku sesukamu, nanti aku yang bayar"

Makanya Devi senang sekali pada Sofariyah Hidayati, guru SMP-nya yang membelikan buku Negeri 5 Menara. Dia juga senang pada Bayu Aprilian Setiobudi, yang rela naik motor dari Gramedia Pandanaran ke Gramedia Java Mall untuk membelikan buku-favorit-sepanjang-masa untuk Devi : Artemis Fowl, karena majalah Donald Bebek Devi hilang. Jangan lupa, Devi juga makin senang pada Stephanus Wisnu yang super baik hati membelikan buku Ranah 3 Warna, sekuel dari trilogi Negeri Lima Menara. Wow.....

Kemanapun Devi pergi, harus selalu ada buku di dalam tas yang dia bawa. Di dalam bis yang penuh sesak, dia membaca buku sambil berdiri. Saat menunggu teater bioskop dibuka atau sedang makan (dua aktivitas yang sering dilakukannya sendiri tanpa teman), Devi akan membaca buku. Masa bodoh kalau orang-orang menganggapnya aneh.

Di pasar swalayan, saat mengantre untuk membayar di kassa, Devi juga membaca buku. Dan catat ini, Devi bahkan selalu membawa buku atau majalah ke toilet saat buang hajat. Menurutmu itu menjijikkan? Entahlah, tapi sepanjang pengetahuanku aku baru mengenal 3 orang yang punya kebiasaan membaca sampai ke toilet. Satu, Dian Paramita mantan murid SMA3 yang meraih medali emas Olimpiade Fisika Indonesia, Venta Purnamasari mantan teman Devi saat SD, dan yang ketiga tentu saja Devi Oktaviasari.
Buku bisa menyelamatkanku dari waktu kosong, atau saat mati gaya saat sedang sendirian. Apa lagi yang harus kulakukan supaya tak bosan? kata Devi padaku.

Saking gilanya pada tulisan dan buku-buku, kadang-kadang aku merasa Devi rela menggadaikan kewarasannya demi buku.

Is that all? For heaven's sake, off course not. This is the part one. I will continue my story later. I have to be careful because Devi might know that I was hijacking her blog.
I will find other occasion when she's not using her computer to tell you the other things.

See you (soon)
     - K.I.-

 This is some of her collection. She has many other books in her home. You can see there are Meg Cabot, Harry Potter and Deathly Hallows, The Hobbit, Tere Liye, and other fiction books.














Her favorite books. Hah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam