Saya nonton film Ballerina tanggal 7 Juni 2025, maraton dengan film Gowok.
Ballerina adalah salah satu film yang saya tunggu kemunculannya di bioskop tahun 2025, yang diangkat dari salah satu karakter pendukung di film John Wick 3 : Para bellum.
Ini menarik, karena ballerina sebetulnya adalah tokoh tanpa nama yang hanya muncul sekelebat di film John Wick, yaitu ketika John Wick (atau Jardani Jovonovich) menemui pimpinan organisasi Ruska Roma.
Di atas panggung, kalau kamu ingat adegan ini, ada seorang ballerina (yang nama panggilannya Rooney) sedang melakukan pirouette berulang-ulang sampai jatuh, kemudian bangkit lagi, pirouette lagi, jatuh lagi, sampai kakinya berdarah-darah (saya nggak tau lagu apa yang dimainkan di adegan ini, tapi kayaknya bukan Dance of the Sugarplum Fairy dari Tchaikovsky - kalo ini sih, saya familiar banget). Kemudian John Wick dan pimpinan Ruska Roma menaiki tangga ke ruangan lain, dan sempat berpapasan dengan murid-murid lain di akademi ballet ini.
Nah, adegan yang sekian detik dan sepele inilah yang kemudian diangkat menjadi film solo bertajuk Ballerina, dibintangi aktris molek berdarah Kuba, Amerika, dan Spanyol bernama Ana de Armas.
Nggak tau kenapa saya suka banget sama Ana de Armas :))
Enak aja gitu, dilihatnya :))
Pokoknya kalau orang ini muncul di film, mendadak sekelilingnya jadi indah. Apapun visualnya. (Iya, termasuk juga film Knock-Knock yang apalah itu. Oh, by the way, Knock-Knock juga ada Keanu Reeves lho..)
Sorry, jadi kemana-mana. Lanjut, lanjut.
Poin-poin catatan saya tentang film Ballerina :
- Tempo filmnya cepat dan efektif dengan durasi. Sejarah hidup si Ballerina diberikan porsi cukup dengan motif yang bisa dipahami kenapa nasibnya bisa berakhir menjadi pembunuh bayaran.
- Si Ballerina ini nama aslinya Eve, nama belakangnya Macarro. Dalam literatur dan kitab suci, Eve adalah pasangan Adam. Sosok wanita pertama yang tercipta, diambilkan dari tulang rusuk Nabi Adam sang manusia pertama. Dalam agama Islam, Eve dikenal dengan nama Hawa (ØÙˆØ§Ø¡).
- Salah satu dialog paaaling..saya suka di film ini adalah "Needing to know is what got us banished from the Garden of Eden. Are you prepared to be cast out again... Eve?"
Dan yang ngomong dialog ini harus, nggak bisa yang lain, Ian McShane.
- kenapa saya suka dengan dialog tadi? Karena rasa ingin tau adalah hal yang berbahaya. Dalam kitab suci agama, keingintahuan Hawa dan Adam mencicipi buah terlarang membuat mereka diusir dari surga. Di film Ballerina, Eve ingin mencari tahu siapa pembunuh ayahnya. Bukan jawaban yang gampang dicari, dan konsekuensinya bukan hanya diusir dari Ruska Roma tapi juga menentukan jalan hidupnya.
- To be honest motif karakter utamanya juga bukan hal yang baru, sih. Setipe dengan film-film tentang assassin sejenis, bahkan kisah hidup John Wick juga hampir sama. Ditinggal mati satu-satunya anggota keluarga dan hal yang mereka cintai direnggut paksa. Dalam kasus John Wick, istri dan anjingnya. Dalam hidup Eve, ayahnya.
- Ini salah satu part kesukaan saya juga : ketika si penulis skrip memperlihatkan interaksi Eve dan John Wick di film Ballerina. Natural and subtle. Interaksi dua karakter yang singkat dan terasa wajar, tapi cukup meyakinkan penonton bahwa di universe John Wick sana, ada seorang penari sekaligus calon pembunuh bayaran bernama Eve Maccaro yang sempat berbincang dengan si Baba-yaga. Mungkin habis pertemuan tadi, Eve akan lari ke kamar kemudian secara heboh cerita ke teman-teman sekamarnya bahwa dia baru aja ketemu Baba-yaga. The real Baba-yaga. Bukan The Boogyman. Tapi orang yang kamu suruh untuk menghabisi The Boogyman. "Asli guys, orangnya cakep banget.." begitu kata Eve pas cerita-cerita, terus temen-temennya langsung 'ciee..cie..'
Yah, kan siapa tau.
- soal koreografi berantem, adegan laga, dan bela diri, menurut saya Ballerina terlihat repetitif dengan film-film John Wick dan film action lainnya. Dar-der-dor pistol di sebagian besar durasi. Untuk senjata, sebagian besar karakter di sini pakai Glock 17 termasuk Eve sendiri (yang tentu customized). Untuk karakter antagonisnya pakai Dan Wesson Model 14. Terus Sig Sauer dan granat tangan. Ada tuh adegan di toko senjata, Eve nemu granat satu kotak terus dipakai sebagai... rompi. Apa kupingnya nggak pengar, coba. Senjata yang agak baru, ada Flamethrower. Seru banget waktu Eve duel sama Dex di dekat gudang senjata dengan lidah api menyala-nyala. Tapi namanya api, ya akhirnya tetep kalah sama pipa damkar. Hehehe..
- Musik dan scoring masih dipercayakan ke Tyler Bates and Joel J. Richard, yang juga menggarap scoring di film John Wick lainnya. Nggak ada komen soal ini. Menurut saya cukup baik menyokong nuansa film Ballerina yang kelam.
- Pilihan outfit untuk karakter di film ini pun didominasi setelan necis dan berkelas. Nggak tau ya, mungkin di universe John Wick semua orang dandanannya memang perlente gitu. Semuanya serba well-tailored black-on-black business attire. Nggak ada yang pakai celana kulot, kaos band, terus pakai hoodie. Ana De Armas pakai long coat yang simple tapi elegant. Outfit favorit saya waktu dia ke bar : pakai dress glamour metalik dengan long coat beraksen bulu. Rambutnya disisir biasa, tapi beuuh.. Sadis. Kudos buat custome designer Tina Kalivas.
Saya tidak terlalu mempedulikan kritik untuk film ini. Di mata saya, Ballerina adalah hiburan yang menyenangkan.
I love you, Ana De Armas.
(Okay, I need to stop saying my admiration to her before people assuming I'm a lesbian - fact : no, I'm not a lesbian).
Cheers,
Devi Okta
Komentar
Posting Komentar