Langsung ke konten utama

[Ulasan Film] The Napping Princess - 2017

Satu lagi film buatan animator negeri Sakura yang menyambangi Indonesia. Pada bulan Agustus lalu Cinemaxx menayangkan film The Napping Princess, atau yang memiliki judul asli Hirune Hime: Shiranai Watashi no Monogatari (judulnya panjang amat yee... Saya nyerah deh, kalo disuruh nulis pakai hiragana). Secara bahasa, judul tadi bisa diterjemahkan menjadi Napping Princess: The Story of the Unknown Me. Sesuai judulnya, film yang berdurasi hampir dua jam ini menceritakan tentang anak perempuan yang gampang sekali tidur. Dalam bahasa Jawa, orang seperti ini disebut borok -- tibo langsung ngorok. Si anak perempuan bernama Kokone Morikawa ini sering banget jatuh tertidur, lalu bermimpi. Nah, mimpi inilah yang membawanya pada petualangan seru dan aksi kejar-kejaran untuk menyelamatkan nasib ayahnya yang ditangkap polisi, sekaligus mengetahui siapa sebenarnya jati diri Kokone.

Waktu filmnya mulai (yang nonton cuma 10 orang aja, huhuhu) di bagian awal muncul logo Signal.MD selaku pembuat film. Kemudian muncul logo Warner Bros.

Lah, kok ada Warner Bros?

Baru setelah googling, saya tahu bahwa Warner Bros bertindak sebagai distributor film ini di wilayah luar Jepang, termasuk Indonesia. Untuk penayangan wilayah Inggris, Amerika Serikat, dan sebagian Eropa, film Napping Princess juga ditayangkan dengan dubbing bahasa Inggris dengan judul Ancien and The Magic Tablet. Kenapa ya, film animasi Jepang musti disediakan edisi khusus bahasa Inggris untuk distribusi negara-negara Barat? Dulu film Tonari No Totoro (1989) karya Hayao Miyazaki juga disediakan versi dubbing bahasa Inggris, kemudian dirilis ulang oleh Disney tahun 2006 dengan pengisi suara Dakota Fanning dan Elle Fanning, juga dalam bahasa Inggris. Baru-baru ini film anime Kimi No Nawa (Your Name) juga dibuatkan versi dubbing bahasa Inggris. Mengapa tidak memakai bahasa aslinya saja? Toh sudah disediakan subtitle di layar. Apa karena orang Amrik dan Eropa nggak mau repot-repot baca teks subtitle? Atau supaya memudahkan anak-anak kecil yang nonton filmnya? Oke, skip.


Balik lagi soal The Napping Princess. Saya memutuskan nonton film ini karena ide ceritanya cukup segar. Tentang dunia mimpi yang bersinggungan dengan dunia nyata. Mimpi macam apa yang dialami oleh Kokone sampai dia harus berjuang 'menafsirkan' tanda-tanda di mimpi itu dan berpetualang memecahkan misteri di dunia nyata? Tanpa perlu nonton trailer dan sinopsisnya, jiwa saya sudah terbeli untuk datang ke JavaMall, mengantre tiket, dan duduk manis di studio. Kebetulan tayangnya juga pas awal bulan sih, jadi budget untuk nonton masih aman, lah :))


Ada dua unsur utama film ini : dunia mimpi (yume) dan nyata. Film dibuka dengan setting kerajaan antah-berantah yang memproduksi mobil. Siang-malam kerja bikin mobil, setiap orang pasti naik mobil, sampai jalanan penuh sesak. Kerajaan ini diperintah oleh raja yang ditakuti rakyatnya, ditemani oleh Perdana Menteri yang culas. Di dalam istana ada sebuah ruangan khusus yang ditempati oleh seorang anak perempuan bernama Ancien, yang ternyata cucunya sang Raja. Ancien dikurung karena dia punya gadget ajaib, bentuknya tab alias tablet. Mirip seperti Ipad, walau tanpa logo apel cuwil di belakangnya. Kenapa ada gadget milenium di negeri antah berantah? Yah, namanya juga mimpi. Sah-sah saja mau dibuat sefantastis apapun. Bersama dengan Joy, mainan yang disulap menjadi hidup, Ancien mencoba menerobos ke luar dari kamar dan menyalakan robot serbaguna dengan menggunakan tablet ajaib. Adegan utama ini menggiring penonton pada plot utama kisah dunia mimpi. Nantinya di sepanjang film, tokoh-tokoh yang ada di mimpi akan sering bermunculan.

Adegan kemudian berganti dengan seorang anak perempuan yang terbangun dari mimpi. Anak perempuan ini bernama Kokone, tinggal berdua dengan ayahnya yang seorang montir dan ahli modifikasi fitur kendaraan. Gara-gara bermimpi aneh tentang kerajaan nun jauh yang memproduksi mobil, Kokone bangun kesiangan. Penonton lantas diperlihatkan peran Kokone sebagai anak sekaligus "ibu" rumah tangga. Dia menyiapkan sarapan untuk ayahnya, memasak bekal, sampai membersihkan rumah. Adegan ini membawa penonton pada alur cerita dunia nyata, tentang Kokone dan kesehariannya. Di mana sang Ibu? Pertanyaan itu baru dijawab pada pertengahan film.


Penceritaan film The Napping Princess dijalankan secara selang-seling. Dunia mimpi berganti dunia nyata, kemudian balik lagi diisi kejadian dunia mimpi, lalu ditimpa kejadian di dunia nyata. Secara perlahan, benang merah antara dua dunia ini mulai terlihat jelas, sampai akhirnya dunia pararel dan dunia nyata saling bersinggungan. Teka-teki siapa Kokone, siapa ibunya, apa yang terjadi dengan ayah dan Ibunya, hingga betapa krusialnya peranan Tablet ajaib terjawab di akhir film. Meskipun saya akui, klimaks adegannya sedikit membingungkan terutama set waktu dan lokasinya. Jadi ini dunia mimpi atau nyata? batin saya. Mirip-mirip film Insidious Chapter 2 dari James Wan, tapi belum serumit Arrival-nya Dennis Villeneuve. Meskipun endingnya memuaskan, tapi penonton dibuat bingung dengan set waktu yang berpindah-pindah.

Visual yang dihasilkan sangat bagus dan berkesan ceria, seperti kepribadian Kokone. Yang kurang menurut saya adalah musik dan lagu theme song yang kurang catchy dibandingkan anime sejenis. Tapi di luar itu, The Napping Princess asik ditonton.

Dulu di Indosiar pernah ada film kartun tentang cerita rakyat, circa 2000-an. Cerita rakyat ini diangkat dari buku komik "Dongeng Untuk Aku dan Kau" dari susu Dancow. Ada cerita Asal-Usul Bukit Tengger, Kluntung Waluh, Si Kurus dan Harimau Loreng, Kilip dan Putri Bulan, Bawang Merah Bawang Putih, sampai Si Belalang. Temen SD saya yang tajir, si Angga, dulu punya buku komik ini lengkap beserta VCDnya karena dia selalu beli susu Dancow ukuran kaleng gede. Salah satu dongeng yang saya ingat judulnya "Si Malang Pemimpi" tentang pemuda bernama Ujang Ayip yang sering melamun dan berkhayal. Ketika disuruh memegang seperiuk susu, dia membayangkan punya ayam. Ayam bertelur dan bertambah banyak, lalu dijual. Uangnya dibelikan kambing. Kambing beranak pinak, lalu dijual. Uangnya lalu dibelikan sapi. Sapi beranak-pinak sampai banyak, menghasilkan susu, dan dijual dengan harga tinggi. Uang Ayip terkumpul, dan dia jadi juragan kaya. Tapi ternyata, ini semua cuma khayalannya. Saking khusyuk dia melamun, periuk berisi susu yang dipegang pun jatuh, pecah, dan susu berserakan. Uang tak di dapat, malah kena damprat.

Apa persamaan antara Ujang Ayip dan Kokone Morikawa? Mereka berdua pengkhayal. Ujang Ayip senang berandai-andai punya ini itu, sementara Kokone bermimpi bahwa dirinya seorang putri raja yang melalukan petualangan. Bedanya, mimpi dan lamunan Ujang Ayip pupus setelah kembali ke realitas. Sedangkan mimpi Kokone bisa dibilang semacam sasmita tentang sejarah keluarganya. Dua cerita tadi sama-sama menarik dan mengandung pelajaran untuk dipetik : bahwa mimpi, tak peduli seindah apapun, akan musnah jika didiamkan. Mimpi juga butuh tindakan. Dalam kasus Ujang Ayip, dia bermimpi dan berangan-angan jadi juragan. Tapi ketika lamunannya usai, dia tak segera beranjak untuk fokus bekerja. Lamunannya buyar, digantikan oleh lamunan baru lagi.
Kokone Morikawa, dengan mimpi futuristiknya, mencoba mengubah nasib dengan mengikuti insting. Dia wawas pada petunjuk yang ada di mimpinya. Dan ketika menyadari ada kemiripan antara mimpi dan dunia nyata, dia mencoba menyelamatkan orang-orang yang disayanginya.

Terlepas dari Ujang Ayip dan Kokone Morikawa, saya justru lebih ingat sabda Profesor Dumbledore yang disampaikan pada Harry Potter di depan Cermin Tarsah : "Sangatlah tidak baik untuk tenggelam dalam mimpi, dan lupa untuk hidup."

Setuju?


best regards,
Devi Okta
@AlwaysDevi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam