Langsung ke konten utama

Hoammm....

Wahh… saya kangen nulis. Dua bulan berlalu sejak postingan terakhir saya di blog ini. Keterlaluan. Padahal saya sudah berusaha berkomitment untuk posting maksimal dua minggu sekali lho.

Baiklah, sambil mengoletkan badan, meregangkan otot dan membuka kembali blog yang sudah mulai ditumbuhi ilalang (saking lamanya nggak ditengok), saya mau posting random things yang melintas di pikiran saya selama tiga minggu belakangan.

========
SATU

Ada hal-hal yang tidak saya pahami dari film superhero. Dan hal-hal ini agak mengganggu saya. Terus terang saya bukan penggemar film superhero sih. I watched some superhero movies, but I never really like it. Oh kecuali X-Men First Class dan Dark Knight Rises. Those are my favorite.

Baiklah, hal pertama yang ingin saya tanyakan (dan saya cibir) adalah : kostum. Darimana para superhero favorit kita mendapatkan kostum mereka?

Kita tahu Peter Parker bukanlah orang kaya. Bibinya janda, dan dia sendiri bekerja sebagai fotografer freelance, yang kemudian bekerja sebagai pengantar Pizza. Di film Daredevil, sehari-hari Matt Murdock adalah pengacara yang memiliki keterbatasan penglihatan.

Coba, darimana mereka mendapatkan kostum yang begitu shiny, rapi, elastis, aerodinamis dan jelas punya sistem sirkulasi udara yang top banget karena membuat pemakainya tidak kegerahan walau dipakai dibawah kemeja seharian penuh. Dengan gaji yang tidak besar, darimana Peter mendapat kostum keren Spiderman? Bikin sendiri? Well… kalaupun dia bikin sendiri, pasti dulunya dia kursus jahit di Juliana Jaya.

Di film kartun The Incredibles (Disney-Pixar) ada karakter Edna Mode yang bekerja sebagai designer spealis pembuat kostum superhero. Di rumahnya (sekaligus laboratoriumnya) Edna membuat berbagai prototype kostum-kostum dari beberapa bahan yang tahan api, bisa melar, bahkan bisa menghilang. Tapi itu kan di film kartun. Di film superhero lain, tidak ada karakter pembuat kostum.

Pengecualian untuk film Batman dan Iron Man. Berhubung tokoh utama kedua film tadi sama-sama kaya raya (dan sama-sama pandai + masih bujangan) pantas dimaklumi jika mereka bisa menciptakan kostum superhero dan senjata canggih. Topeng diimpor dari China? Bisa. Mau bikin senjata penghancur? Bisa. Memodifikasi kendaraan dengan autodrive, laser, dan sayap? Bisa. Mereka orang berduit, dan pada dasarnya mereka scientist.

Ingat Hulk? Dalam kondisi normal, namanya Bruce Banner. Saat marah, tubuhnya membesar dan berwarna hijau. Hulk mungkin satu-satunya karakter hero yang tidak memakai kostum. Saat berubah menjadi raksasa, bajunya sobek karena tidak bisa menahan daging dan uratnya yang membesar. Tapi… kenapa celananya tetap nempel? Harusnya kan celananya ikut sobek saat dia jadi raksasa. Alih-alih sobek, celana Hulk justru ikut membesar dan menutupi bagian itu. Yah.. .mungkin demi menjaga sopan santun. Masak iya mau dibikin telanjang? Bisa dibabat sama badan sensor nanti.

Oke, cukup tentang kostum. Kalau kamu penggemar film superhero, please jangan mengutuk saya karena telah menghina jagoan kalian. Saya kan hanya menumpahkan uneg-uneg. Dan lebih penting lagi, se-absurd apapun konsep sebuah kostum lebih baik jangan ditanyakan. Nanti malah mengganggu kenikmatan menonton film. Ya nggak?

Selain kostum, setidaknya beberapa superhero mengajarkan pada kita bahwa untuk menjadi superhero kamu tidak perlu digigit laba-laba hasil rekayasa genetik atau dilahirkan di Planet Krypton. Jadilah orang kaya, sewa teknisi untuk memodifikasi gadget, impor topeng berbahan elastis dari negeri Timur, dan voila! maka kamu bisa jadi superhero.

========
DUA

Kalau diingat-ingat, dalam 2x periode kepemimpinannya, Pak SBY sudah 'ngunduh mantu' dua kali. Pertama, saat anak pertamanya (Agus Harimurti) menikah dengan mantan gadis sampul dan bintang iklan Annisa Pohan. Pernikahan mereka berlangsung pada Juli 2005, pas setahun saat SBY menjabat sebagai Presiden. Yang kedua, saat anak keduanya (Edhie Baskoro) menikah dengan Aliya Rajasa yang juga anak dari Hatta Rajasa si Menteri Ekonomi saat itu. Pernihakan mereka dilangsungkan pada 24 November 2011 atau 1 tahun setelah SBY kembali terpilih menjadi presiden RI.

Entah kebetulan atau sengaja dirancang? Wah, nggak tau ya.

Untung anaknya Pak SBY cuma ada 2 orang, dan maksimum seseorang diperkenankan menjadi Presiden itu ya maksimal cuma 2x. Dalam hal ini, semua anak SBY sudah menikah saat bapak mereka menjabat sebagai orang nomor satu di republik ini.

Coba kalau anaknya Pak SBY ada 3 atau 4 orang. Kasihan anak yang ke-3 dan ke-4. Mereka nikah pas Pak SBY statusnya udah jadi orang biasa. Walaupun mungkin pesta pernikahannya akan sama-sama meriah dengan saudara-saudara mereka, tapi kan titelnya beda. Masyarakat tidak lagi bergumam ‘lihat, itu mantunya presiden’ atau ‘lihat deh, itu kakak iparnya presiden lho’ kepada keluarga besan. Instead, people will say ‘sstt.. itu lho yang dilamar sama anaknya bekas presiden’

Hmm.. Bekas presiden. Mantan presiden. Kurang sedap didengar ya? Kurang wow.

Dan ngomong-ngomong soal Presiden mantu, agaknya tahun ini Presiden Joko Widodo juga akan menikahkan anak pertamanya yaitu Gibran Rakabuming. Mas Gibran yang jarang tersenyum ini dikabarkan akan menikah dengan Selfi, si putri Solo pada 11 Juni 2015 atau hampir 1 tahun ketika Jokowi terpilih sebagai presiden Indonesia.

Entah kebetulan atau mengikuti tren presiden sebelumnya? Wah, nggak tau ya.

========
TIGA

Obrolan pada suatu siang, di ruang kerja.

Waktu itu kami sedang membicarakan salah satu buyer kami yang berasal dari Thailand. Seorang wanita bertubuh semampai. Di film-film Thailand yang pernah saya tonton, nama-nama aktor dan aktrisnya susah sekali dibaca. Ada Pimchanok Leuwisetpaiboon, Tatchakorn Yeerum, Jesdaporn Pholdee, Theeradej Wongpuapa, dan nama-nama lain yang musti saya salin dari Google untuk memastikan ejaannya benar.

Seperti lazimnya nama-nama orang Thailand yang sering saya lihat di film-film, nama Buyer kami ini juga seperti itu. Rumit, sulit dieja, sulit dibaca. Karena namanya yang rumit ini, kami diminta untuk memanggilnya Miss Tu.

And you know what, di dalam nama aslinya tidak ada suku kata “Tu” sama sekali.

Siang itu salah satu teman kami ada yang menghadap Miss Tu untuk berdiskusi tentang sebuah standar washing. Ketika kembali ke ruangan, dia bilang “Bahasa Inggris orang Thailand itu lucu ya. Logatnya gimana gitu”

Teman kami Tri Wasiul Hakim, yang lulusan Sastra Inggris menyambung:

"Dari semua negara-negara di Asia, yang bahasa Inggrisnya paling bagus itu orang Indonesia. Lidah orang Indonesia lebih luwes dan fleksibel untuk pengucapan alphabet internasional. Sementara orang China, orang Thailand, orang India, orang Hongkong, orang Jepang, orang Kamboja dan negara-negara lain semuanya punya dialek, logat dan aksen yang khas daerahnya masing-masing. Orang Jepang, misalnya, kalo ngomong bahasa Inggris ya mereka masih ada 'rasa' Jepangnya. Gitu. Orang Thailand dan orang China juga sama. Kadang bahasa Inggris mereka bikin pusing.
Kalau ngomong pakai bahasa Inggris, orang Indonesia bisa menirukan aksen dan logat 'keInggrisan' orang-orang bule itu. Secara fasih banget. Kalau kamu ngomong pakai bahasa Inggris ke orang Amerika, mereka pasti bilang 'Your English is excellent". Nggak kayak negara-negara Asia lain yang punya 'identitas' Lidah orang Indonesia bisa menirukan bunyi huruf vokal dan frasa-frasa dari bahasa asing. Fleksibel banget”


“Wah, berarti bagus dong. Lidah orang Indonesia bisa masuk ke pengucapan bahasa asing manapun. It’s a gift” kata saya.

Si Hakim menjawab lagi:

“Ya bener, Tapi ini juga bisa bermakna dua hal : sebuah kebanggaan karena lidah kita fleksibel, atau emang dasarnya kita nggak punya identitas dan logat khas Indonesia"

Saya diem. Nggak tau mau jawab apa.

If I think about it, seperti apa logat dan dialek bahasa Indonesia sejati itu? Apakah bahasa Indonesia yang sering dibawakan oleh para pembaca berita di TV? Tapi para anchor TV juga kadang-kadang berbicara dengan aksen daerah mereka. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama juga begitu. Meski berbahasa Indonesia dengan fasih, tapi ada selipan gaya ‘khek’ dalam percakapannya. Khas orang keturunan Cina di Bangka Belitung.

Rasanya tak adil jika dikatakan kita tak punya identitas yang membuat kita ‘dikenali’ sebagai orang Indonesia. Sebagai negara yang memiliki suku plural, kebudayaan kita khususnya bahasa Indonesia merupakan peleburan dari berbagai ratusan logat yang ada. Sulit dirunut orisinalitasnya. Dan kalau lidah kita begitu fleksibel mengikuti taste bahasa Internasional, mungkin disitulah uniknya kita.

=====

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam