Langsung ke konten utama

“I Want to Ride My Bicycle, Na Na Na...”



Nama saya Devi Okta dan ini adalah postingan ketika mengikuti acara Fun To Bike alias Sepeda Sehat di tempat kerja saya. Acara ini diadakan sebagai salah satu kampanye kepedulian lingkungan dari PT USG dalam mengurangi emisi dan gaya hidup go green. Acaranya sendiri diadakan pada hari Minggu 10 September, bertempat di PT USG Ungaran. Semua orang boleh ikut acara ini, asalkan dia berstatus sebagai karyawan atau keluarga karyawan, atau sanak famili dan handai taulan karyawan. 

Syaratnya cuma satu : punya sepeda. Mau sepeda gunung, sepeda mini, ataupun sepeda BMX. Mau sepeda onthel yang tinggi banget itu juga boleh. Dan tentu saja acaranya gratis.

Dan karena saya memenuhi semua persyaratan tadi (status karyawan dan punya sepeda) akhirnya saya mengiyakan ajakan dari staf HRD yang mendaftarkan saya ikut acara ini.
Masalahnya cuma satu : saya ngekost di daerah Karangjati, sementara acaranya ada di Jalan Diponegoro Ungaran.

Bagi kalian yang tinggal di sekitaran Semarang, kalian pasti paham masalah geografis yang saya singgung ini. Tapi bagi kalian, wahai teman-teman, yang nggak mudeng area Ungaran, biar saya kasih tau ya. Wilayah kelurahan Karangjati berada di daerah ‘atas’ alias dataran yang agak tinggi, dekat dengan jalan menuju Bandungan, sementara wilayah Ungaran termasuk wilayah yang lebih turun. Kalau kalian berkendara dari Ungaran ke arah Salatiga lewat jalur biasa (bukan jalan tol), kalian pasti bakal lewat Karangjati deh, dimana jalannya tuh naik dan mendaki. Terutama di area dekat POM Bensin Lemah Abang. 
Kondisi jalan yang arahnya naik ini ditambah dengan satu kondisi jalanan yang padat. Banyak banget kendaraan gede-gede yang lewat situ.

See? Udah punya bayangan? Jalanan yang naik, padat kendaraan, dan tentunya bakal panas karena mentari semakin meninggi. Seperti itulah situasi yang dihadapi ketika pulang acara.

Kalo pas berangkat sih, lebih enak. Berhubung wilayah Karangjati ada di atas, perjalanan lebih ringan karena sepeda tinggal meluncur ke bawah. Wusss... ringan dan enak banget, karena masih pagi.

Tapi ya sudahlah, karena sudah kadung mendaftar resiko ini harus diambil. Selain saya, ada Dewi dan Radit dari unit tempat kerja saya (PT USG 3) yang juga sama-sama bakal menempuh perjalanan naik turun ini. Jam 06.30 kami meluncur ke Ungaran dan bertemu dengan para peserta dari unit lain.

Pokoknya nanti pulangnya bareng, ya. Kalo nggak kuat nanjak, kita tuntun ini sepedanya.” kata saya. Dewi dan Radit setuju. 

Setelah absen dan cek tensi darah, jam 07.00 rombongan Fun to Bike ini berangkat. Rute acaranya sepanjang 9km mulai dari jalan baru Ungaran, Jalan Pelita Raya, lurus terus sampai Jalan Halmahera yang dekat dengan jalan tol Ungaran-Solo, lanjut ke Jalan MT Haryono, Ahmad Yani, ngaso sebentar di alun-alun mini Asmara, lalu ke jalan S. Parman, dan balik lagi ke start awal. Yang paling berat adalah Jalan Halmahera dan Jalan Flamboyan yang dekat dengan tol. Jalannya menurun dan berliku-liku. Turunannya tajam, setajam acara yang dulu dibawakan Fenny Rose. 

Karena medan yang curam ini, banyak peserta yang dihimbau turun dan jalan sambil menuntun sepeda. “Kalau ragu-ragu, lebih baik dituntun saja,” kata Pak Satpam yang selalu siaga mengawal acara kami. “Soalnya jalannya turun banget.”

Saya pun menurut. Beberapa peserta ada yang tetep menaiki sepeda dan menuruni jalan itu. General Manager kami, yang bergabung di acara ini, juga menuntun sepeda. Saya berada persis di belakang beliau. Anggap aja kalo beliau buang angin, saya lah yang pertama menghirup gas buangan dari si GM. 

Dan bahkan ketika dituntun kayak gini, sepeda kami tetap ‘berlari’ sampai harus mencengkeram rem erat-erat demi menahan sepeda yang maunya menggelinding ini. Sepeda saya, si Azul, yang baru aja kemarin dipompa ban depan belakang, juga nggak mau anteng. Dua tangan saya sudah memegang stang sepeda dengan kokoh, menjaga agar tidak jatuh sambil berjalan menuntun sepeda. Si Azul, seperti banteng ketemu matador, rasanya seperti meluncur menuruni jalan yang berbelok tajam diapit kebon di kanan-kiri. Kalau saya lengah, bisa-bisa saya terjerembab dan mungkin menabrak si GM yang menuntun sepeda di depan saya. 

“Kalem, Zul, kalem,” kata saya pada si sepeda sambil memegang rem.

Di wilayah Sidosari, dekat Jalan Ahmad Yani, untungnya sudah mulai mendatar jalannya. Saya mulai mengayuh dengan damai sentosa, sampai akhirnya ketua rombongan meminta menepi di alun-alun mini daerah Asmara. “Istirahat dulu,” kata salah satu staf HRD.

Duh, Pak, kenapa istirahat di sini? pikir saya. Seperti lazimnya hari Minggu di kota-kota yang diwarnai dengan Car Free Day, alun-alun Asmara ini juga dipenuhi dengan orang-orang yang jogging, senam, atau sekedar mau main odong-odong. Dan semesta sudah mengatur : di mana ada Car Free Day, di situ bakal ada pedagang makanan. I can smell Cilok, Siomay, Soto, Bakso, Es Tebu, Jus Buah, Manisan, Sempolan, sampai Batagor. Sungguh godaan yang beraat niaann..

“Ayo, sini, minum es degan dulu,” kata Panitia sambil menyuguhkan segelas es degan dengan gula merah dan sirop. Oh, Tuhan, inilah jawaban atas dahaga dan doa-doaku, batin saya sambil nyomot es degan. Saya kembali berdoa semoga panitia juga menyediakan Gethuk Goreng atau Tahu Isi, tapi ternyata nggak ada. Hayati kecewa, bang. Pas nulis gini, mendadak saya jadi pengen beli es degan lagi. 

Perjalanan dilanjutkan ke Jalan Ahmad Yani, lanjut ke Jalan S Parman, dan tidak terasa kami sudah tiba lagi di start awal. Ketika sampai, kami sudah disambut dengan soto ayam panas-panas dan semangka. Oh, Tuhan, terima kasih telah mengabulkan pinta hamba, bisik saya sambil mengoleskan kecap dan sambal pada semangkok soto ayam yang ditumpangi perkedel dan tempe itu. Saya kembali memohon supaya panitia juga menyediakan sate usus, sate telur puyuh, atau sate jeroan. Ternyata nggak ada. Maafkan hamba yang kemaruk ini ya, Tuhan. 

Setelah peserta selesai makan, panitia membagikan kupon doorprise. Bu Ida, salah satu staf senior HRD meminta saya memandu acara pembagian doorprise. Ada jaket, payung, dan voucher belanja dari Koperasi Karyawan. Saya sendiri, Devi Okta, mendapat voucher belanja 50ribu. Ihirr.. rezeki anak soleh. Lumayan, bisa dibelanjakan minyak goreng, Indomie, dan kecap Bango buat ibuk. Kalo dibeliin Ale-ale dan Oki Jeli Drink, kira-kira bisa dapat berapa dus ya?

Balik lagi ke acara. Setelah menutup acara, kami berfoto bersama dan pulang ke rumah masing-masing. Dan bagi rombongan Pringapus seperti saya, Dewi, dan Radit, perjalanan pulang ini adalah rute “Sepeda Sehat” kedua yang harus kami tempuh. Mana jalannya naik...

“Pokoknya nanti kalo nggak kuat, dituntun aja lho ya, sama-sama,” kata saya mengingatkan. Siapa tau mereka berdua berkonspirasi mau meninggalkan saya di tengah jalan.

Bayangan kami tentang medan jalanan Ungaran-Karangjati ini sangat persis dengan realitasnya. Panas, padat, dan nanjak. Sudah empat atau lima kali kami berhenti buat ngadem sebentar. Kemudian mulai menggenjot sepeda lagi. 

“Ayo, Bu, genjot terus, biar kurus” kata bapak-bapak bertelanjang dada yang lagi naik motor melewati kami. Kata-kata itu, tentu saja, ditujukan ke saya. Sialan. Udah seenaknya manggil “Bu” masih ditambah nyinggung fisik, pula. Kalau saya punya tongkat sihir, saya akan rapalkan Cruciatus saat itu juga.

Show must go on. Saya, bersama Dewi dan Radit terengah-engah menuntun sepeda. Radit sudah jauh di depan, sementara saya dan Dewi tertinggal di belakang. Ketika sampai di daerah Ngobo (dekat pabrik Moris) kami akhirnya berhenti. Mengatur napas, setelah ‘menaklukan’ tanjakan yang kejam bagai ibu tiri itu. Di depan kami, jalanan sudah mulai mendatar lagi. Fiuh...

Sampai di sini kami memisah. Dewi (yang disusul dengan teman HRD lain) mengambil jalan lewat gang. Sementara saya dan Radit lurus menuju pasar Karangjati. Lega rasanya sudah kembali ke medan yang jinak. Datar mulus dengan sesekali jalan menurun yang membuat sepeda kami meluncur dengan anggun.

Setibanya di kos, saya langsung menghempaskan badan di kasur. Maak... awakku pegel banget. Cuci muka, cuci tangan, ganti baju, lalu ambil CounterPain buat betis sambil nenggak Pocari Sweat. Masih ditambah air mineral dingin dan HydroCoco. Seger banget.

Perjalanan hari ini memang melelahkan. Amat sangat melelahkan. Tapi juga seru. Karena dijalani rame-rame, ketawa bareng, capek juga bareng. Saya bisa ketemu sama teman baru, foto dan bercanda dengan karyawan dari unit lain. Sebelum ini, saya pernah naik sepeda dari kost ke tempat kerja, yang jaraknya sekitar 5 kilo dengan medan yang naik turun melewati hutan karet. Rasanya enak, tapi juga sepi karena diantara beribu karyawan lainnya, cuma saya yang naik sepeda. Akhirnya saya berhenti, dan milih naik angkot. Acara Sepeda Sehat ini melalui jalan yang lebih panjang, dengan medan yang lebih menantang, tapi toh nyatanya saya bisa finish. Mungkin saya kudu mulai naik sepeda lagi, nih. ^_^


Sekian cerita hari ini. Selamat hari Minggu, you adorable people!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam