Saya adalah pecinta film. Film Indonesia atau luar negeri, baik nonton langsung di bioskop atau lewat DVD. Meskipun mengaku menyukai film dari berbagai macam genre, tapi kebanyakan film yang saya tonton adalah film horor. Insidious, Final Destination, Ouija, Sinister, Woman in Black, Jessabelle, The Pact, Cabin in The woods, The Conjuring (one of my favorite until today), hingga film-film horor luar negeri jaman dulu kayak Texas Chainsaw Massacre, Children of Corn, Nightmare on Elm Street, dan Amityville. Tahun 2015 ini ada film horor yang saya tunggu : Crimson Peak, dengan sutradara Guilermo Del Toro. Crimson Peak lumayan mencengangkan walaupun hasil akhirnya bukanlah film horor murni, melainkan sebuah drama cinta gothic yang tragis. Lalu ada Sinister 2, sekuelnya Sinister yang juga menyeramkan.
Sebetulnya kalau mau jujur ya jika dibandingkan dengan Hollywood, horor buatan sineas Asia jauh lebih...lebih..lebih.. BAIK. You don't hear it from me. Film-film seperti The Ring (Jepang), Ju-On (Jepang), One Missed Call (Jepang), The Eye (Thailand), Alone (Thailand), Silk (Taiwan / Jepang), sampai The Doll Master (Korea) menyajikan ketegangan dan punya sentuhan mistis yang lebih merinding dibanding film Hollywood. Tanpa banyak sound effect atau music scoring, dan kemunculan hantu yang begitu senyap namun mengerikan. Di Indonesia, film horor modern yang saya puji cuma tiga : Jelangkung (Rizal Mantovani & Jose Poernomo), Lentera Merah (Hanung Bramantyo) dan Rumah Dara (horor slasher - Mo Brothers).
Tiga film tadi punya tema sederhana dengan plot cerita yang padat, twist yang menarik, namun tetap mencekam, dan yang pasti : jauh dari horor esek-esek yang sering membanjiri bioskop tanah air. Itu versi saya sih. Kalau ada yang punya rekomendasi film horor bagus buatan sineas Indonesia lainnya, please do tell me :)
However, selama ini saya lebih akrab sama horor Hollywood. Kenapa? Ya karena banyaa..aakk sekali film horor Hollywood yang masuk ke Indonesia. Di sisi lain, film-film horor buatan sineas Thailand, Korea, atau Jepang jarang banget ditayangkan di bioskop di kota saya.
Jadi pada postingan kali ini, yang bertepatan dengan Halloween 31 Oktober, saya mencoba merangkum hal-hal apa saja yang sering saya temui ketika menonton film horor buatan Hollywood. Oke, mulai...
1. Rumah jauh dari tetangga
Tau rumah di film the Conjuring? The location is far isolated. Rumah di film Sinister juga begitu. Walaupun ada di sebuah perumahan, namun kelihatan nggak ada interaksi dengan tetangga. Emang tetangganya kemana sih? Jika terdengar suara ribut-ribut dari tetangga di sebelahmu (suara jeritan, misalnya), masak tetangga nggak ada yang datang buat menengok dan mencari tau?
Mungkin ini ada kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat sono juga sih. Bagi sebagian besar western people, credo yang dianut adalah "mind your own business". Jadi kalo ada ribut-ribut dari tetangga sebelah, ya biasanya mereka nggak bakal ikut campur sama pertengkaran itu. Beda sama masyarakat di negara kita, yang kalo ada tetangga ribut justru malah dijadiin tontonan. Apalagi kalau pertengkarannya gara-gara orang ketiga, wah berasa kayak nonton sinetron secara live. Semakin keras pertengkaran mereka, semakin antusias warga menonton.
2. The cellar
Loteng selalu menjadi lokasi sentral dan titik awal misteri. Loteng yang berhantu, loteng tempat menyimpan benda-benda peninggalan keluarga terdahulu, dan lain-lain. Seringnya gitu kan? Yang berhantu pasti lotengnya. Nggak pernah ada cerita ruang tamunya berhantu, dapur berhantu atau kamar mandinya berhantu.
Yang bikin gemas lagi adalah : selalu ada tokoh utama (biasanya sih cewek, biar dramatis) yang akan menggeledah lodeng di malam hari setelah dia mendengar suara-suara aneh dari ruang bawah tanah. Bayangin, cewek sendirian menggeledah ruang bawah tanah di Malam Hari. Please deh. Nggak bisa nunggu besok aja, pas terang gitu?
3. Iblisnya selalu bangkit lagi di akhir film
Beberapa film seperti Freddy vs Jason atau Insidious memperlihatkan usaha untuk membunuh si Iblis. Di film Rumah Dara, adegan terakhir saat Julie Estelle berhasil selamat dan meinggalkan rumah, penonton bisa melihat tangan Ibu Dara bergerak perlahan. See? Jadi, walaupun di akhir film si tokoh utama yang tersisa sudah menang dan iblis / satan sudah kalah, di akhir film ketika semuanya sudah tenang, si Iblis ternyata muncul lagi. And the story perhaps will be continued.
4. The dumb, the virgin, the whore, the nerd, the leader
Mau karakter utamanya ada 5 orang, 10 orang, 20 orang atau satu kompi sekalipun, pasti karakter-karakter ini selalu ada : si bodoh (kadang-kadang ditambahi dengan sifat ceroboh tapi sok-sokan mau menggeledah ruang bawah tanah), si cewek innocent yang seringnya menjadi satu-satunya orang yang selamat di akhir film, si penggoda (tokoh perempuan yang seksi bahenol biar ada taste erotis) tapi kemudian si penggoda ini matinya tragis. Kemudian ada The Nerd atau si culun yang kikuk, dianggap underdog dan diremehkan padahal dia adalah orang pertama yang tau tentang sebuah misteri karena dia rajin membaca. Yang terakhir adalah The Leader, atau si pemimpin. Tokoh yang biasa diandalkan, emosinya terkontrol, berperan sebagai pelindung teman-temannya dan pemberi perintah. Ya, sayangnya the leader ini juga akan mati.
5. Tidak ada adegan religius
Oke, pemikiran saya yang kelima ini sepertinya konyol. Maaf ya. Mungkin ini gara-gara saya kenyang nonton film horor Indonesia zaman dulu. Di masa kecil saya, film horor apapun hantunya bisa dikalahkan dengan orang yang taat agama. Pak Kiai, Pak Ustaz, Pak Haji, guru ngaji. Setiap kali ada peristiwa magis, orang-orang akan berkumpul membacakan ayat Alquran, kemudian... whussh! si setan terbakar. Dukun santet mati. Kalah. Kebajikan menang. Penonton disadarkan bahwa hanya dengan iman yang teguh kepada Yang Maha Kuasa yang sanggup menyelamatkan manusia dari ancaman makhluk pengganggu dari dunia lain.
Ketika saya dewasa dan menonton film-film horor luar negeri, it's quite rare to find the scene where the demons finally beaten with prayer. Tidak ada adegan si tokoh utama mencoba berdoa, atau sekeluarga ibadah bareng-bareng, atau adegan pendeta yang mengusir setan dengan doa.
Di film The Conjuring, The Exorcist, The Omen, Rosemary's Baby, The Haunting in Connecticut, sampai The Unborn, diperlihatkan adegan pengusiran setan oleh tokoh agama (atau paranormal yang bisa ngusir setan) tapi ternyata.. si setan malah berbalik menyerang si pendeta. Setannya ngamuk, lalu orang-orang diruangan itu terpental jatuh. Mungkin doanya kurang manjur, mungkin iblis di luar negeri terlalu kuat dibanding iblis pribumi kita, atau mungkin sutradaranya aja yang pengen filmnya lebih greget dengan membuat karakter iblis yang amat sakti.
Nah, itu tadi pendapat saya soal hal-hal seputar film horor Hollywood. Kamu nggak harus setuju dengan pendapat ini, karena yah.. semua orang pasti punya gagasan dan review sendiri soal genre film favorit mereka.
By the way, ada yang pernah nonton horor Indonesia lawas judulnya Pemuja Setan nggak? Oh bukan, ini bukan film Suzanna. Kalo kalian udah pernah nonton, coba kasih tau saya mana yang lebih serem : Pemuja Setan atau Ju On?
See ya later dan selamat berdandan ala hantu untuk Halloween bagi kamu yang merayakan :)
PS : Tentu saja semua ini cuma teori amatir semata
Sebetulnya kalau mau jujur ya jika dibandingkan dengan Hollywood, horor buatan sineas Asia jauh lebih...lebih..lebih.. BAIK. You don't hear it from me. Film-film seperti The Ring (Jepang), Ju-On (Jepang), One Missed Call (Jepang), The Eye (Thailand), Alone (Thailand), Silk (Taiwan / Jepang), sampai The Doll Master (Korea) menyajikan ketegangan dan punya sentuhan mistis yang lebih merinding dibanding film Hollywood. Tanpa banyak sound effect atau music scoring, dan kemunculan hantu yang begitu senyap namun mengerikan. Di Indonesia, film horor modern yang saya puji cuma tiga : Jelangkung (Rizal Mantovani & Jose Poernomo), Lentera Merah (Hanung Bramantyo) dan Rumah Dara (horor slasher - Mo Brothers).
Tiga film tadi punya tema sederhana dengan plot cerita yang padat, twist yang menarik, namun tetap mencekam, dan yang pasti : jauh dari horor esek-esek yang sering membanjiri bioskop tanah air. Itu versi saya sih. Kalau ada yang punya rekomendasi film horor bagus buatan sineas Indonesia lainnya, please do tell me :)
However, selama ini saya lebih akrab sama horor Hollywood. Kenapa? Ya karena banyaa..aakk sekali film horor Hollywood yang masuk ke Indonesia. Di sisi lain, film-film horor buatan sineas Thailand, Korea, atau Jepang jarang banget ditayangkan di bioskop di kota saya.
Jadi pada postingan kali ini, yang bertepatan dengan Halloween 31 Oktober, saya mencoba merangkum hal-hal apa saja yang sering saya temui ketika menonton film horor buatan Hollywood. Oke, mulai...
1. Rumah jauh dari tetangga
Tau rumah di film the Conjuring? The location is far isolated. Rumah di film Sinister juga begitu. Walaupun ada di sebuah perumahan, namun kelihatan nggak ada interaksi dengan tetangga. Emang tetangganya kemana sih? Jika terdengar suara ribut-ribut dari tetangga di sebelahmu (suara jeritan, misalnya), masak tetangga nggak ada yang datang buat menengok dan mencari tau?
Mungkin ini ada kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat sono juga sih. Bagi sebagian besar western people, credo yang dianut adalah "mind your own business". Jadi kalo ada ribut-ribut dari tetangga sebelah, ya biasanya mereka nggak bakal ikut campur sama pertengkaran itu. Beda sama masyarakat di negara kita, yang kalo ada tetangga ribut justru malah dijadiin tontonan. Apalagi kalau pertengkarannya gara-gara orang ketiga, wah berasa kayak nonton sinetron secara live. Semakin keras pertengkaran mereka, semakin antusias warga menonton.
2. The cellar
Loteng selalu menjadi lokasi sentral dan titik awal misteri. Loteng yang berhantu, loteng tempat menyimpan benda-benda peninggalan keluarga terdahulu, dan lain-lain. Seringnya gitu kan? Yang berhantu pasti lotengnya. Nggak pernah ada cerita ruang tamunya berhantu, dapur berhantu atau kamar mandinya berhantu.
Yang bikin gemas lagi adalah : selalu ada tokoh utama (biasanya sih cewek, biar dramatis) yang akan menggeledah lodeng di malam hari setelah dia mendengar suara-suara aneh dari ruang bawah tanah. Bayangin, cewek sendirian menggeledah ruang bawah tanah di Malam Hari. Please deh. Nggak bisa nunggu besok aja, pas terang gitu?
3. Iblisnya selalu bangkit lagi di akhir film
Beberapa film seperti Freddy vs Jason atau Insidious memperlihatkan usaha untuk membunuh si Iblis. Di film Rumah Dara, adegan terakhir saat Julie Estelle berhasil selamat dan meinggalkan rumah, penonton bisa melihat tangan Ibu Dara bergerak perlahan. See? Jadi, walaupun di akhir film si tokoh utama yang tersisa sudah menang dan iblis / satan sudah kalah, di akhir film ketika semuanya sudah tenang, si Iblis ternyata muncul lagi. And the story perhaps will be continued.
4. The dumb, the virgin, the whore, the nerd, the leader
Mau karakter utamanya ada 5 orang, 10 orang, 20 orang atau satu kompi sekalipun, pasti karakter-karakter ini selalu ada : si bodoh (kadang-kadang ditambahi dengan sifat ceroboh tapi sok-sokan mau menggeledah ruang bawah tanah), si cewek innocent yang seringnya menjadi satu-satunya orang yang selamat di akhir film, si penggoda (tokoh perempuan yang seksi bahenol biar ada taste erotis) tapi kemudian si penggoda ini matinya tragis. Kemudian ada The Nerd atau si culun yang kikuk, dianggap underdog dan diremehkan padahal dia adalah orang pertama yang tau tentang sebuah misteri karena dia rajin membaca. Yang terakhir adalah The Leader, atau si pemimpin. Tokoh yang biasa diandalkan, emosinya terkontrol, berperan sebagai pelindung teman-temannya dan pemberi perintah. Ya, sayangnya the leader ini juga akan mati.
5. Tidak ada adegan religius
Oke, pemikiran saya yang kelima ini sepertinya konyol. Maaf ya. Mungkin ini gara-gara saya kenyang nonton film horor Indonesia zaman dulu. Di masa kecil saya, film horor apapun hantunya bisa dikalahkan dengan orang yang taat agama. Pak Kiai, Pak Ustaz, Pak Haji, guru ngaji. Setiap kali ada peristiwa magis, orang-orang akan berkumpul membacakan ayat Alquran, kemudian... whussh! si setan terbakar. Dukun santet mati. Kalah. Kebajikan menang. Penonton disadarkan bahwa hanya dengan iman yang teguh kepada Yang Maha Kuasa yang sanggup menyelamatkan manusia dari ancaman makhluk pengganggu dari dunia lain.
Ketika saya dewasa dan menonton film-film horor luar negeri, it's quite rare to find the scene where the demons finally beaten with prayer. Tidak ada adegan si tokoh utama mencoba berdoa, atau sekeluarga ibadah bareng-bareng, atau adegan pendeta yang mengusir setan dengan doa.
Di film The Conjuring, The Exorcist, The Omen, Rosemary's Baby, The Haunting in Connecticut, sampai The Unborn, diperlihatkan adegan pengusiran setan oleh tokoh agama (atau paranormal yang bisa ngusir setan) tapi ternyata.. si setan malah berbalik menyerang si pendeta. Setannya ngamuk, lalu orang-orang diruangan itu terpental jatuh. Mungkin doanya kurang manjur, mungkin iblis di luar negeri terlalu kuat dibanding iblis pribumi kita, atau mungkin sutradaranya aja yang pengen filmnya lebih greget dengan membuat karakter iblis yang amat sakti.
Nah, itu tadi pendapat saya soal hal-hal seputar film horor Hollywood. Kamu nggak harus setuju dengan pendapat ini, karena yah.. semua orang pasti punya gagasan dan review sendiri soal genre film favorit mereka.
By the way, ada yang pernah nonton horor Indonesia lawas judulnya Pemuja Setan nggak? Oh bukan, ini bukan film Suzanna. Kalo kalian udah pernah nonton, coba kasih tau saya mana yang lebih serem : Pemuja Setan atau Ju On?
See ya later dan selamat berdandan ala hantu untuk Halloween bagi kamu yang merayakan :)
PS : Tentu saja semua ini cuma teori amatir semata
Komentar
Posting Komentar