Langsung ke konten utama

Tiga Alasan Kenapa Saya Memilih SMK

Nama saya Devi Oktaviasari, dan benar sekali, saya alumni SMK.

Pasti kalian tau lah ya, kalau SMK itu singkatan dari Sekolah Menengah Kejuruan.

Saya ingat di hari pertama Masa Orientasi Siswa (MOS), Bapak Wakil Kepala Sekolah saya pernah berkoar :

"Kalian dipanas-panasin begini jangan mengeluh. Terima saja. Kalian musti disiplin dan terbiasa hidup keras. Ngapain kalian masuk ke SMK, hah? SMK itu Sekolah Menjadi Kuli. Kalian calon-calon kuli!"

Dan kami, para murid-murid freshmen cuma bisa menunduk saat ditatar begitu. Maklum, namanya juga anak baru.

Di masa sekarang, kalau kami ingat lagi masa-masa ditatar begitu, rasanya kami ingin menjawab "Kuli..kuli... Kuli ndasmu kuwi!" Hehehehe.. 

*Oh, iya, please jangan ucapkan kalimat ini sama teman kalian yang berasal dari suku Jawa. Pokoknya jangan. Demi keselamatan jiwa raga kalian sendiri.*

Dalam bahasa Inggris, SMK bisa ditulis sebagai Vocational High School. Sekolah lanjutan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan tertentu.

Tahun 2006 setelah lulus dari SMP Negeri 6 Semarang, saya langsung memilih ke sekolah kejuruan. Kenapa? Ini alasannya :

1. Masuk SMK = punya 2 'senjata' setelah lulus

Maksudnya gini.
Saya berasal dari kalangan keluarga yang ekonominya menengah kebawah. Bisa menyekolahkan sampai lulus SMP saja sudah kempot-kempot. Kalau saya masuk SMA, minimal saya harus melanjutkan ke perguruan tinggi setelah lulus kan? Kekhawatiran saya waktu itu : gimana kalau setelah lulus SMA ternyata saya gagal dapat beasiswa dan tidak punya uang untuk lanjut kuliah? Padahal, ijazah SMA jarang banget bisa dipakai buat nyari kerja.

Lain halnya dengan SMK. Dengan masuk sekolah kejuruan, paling tidak saya punya dua alternatif setelah lulus. Saya bisa lanjut ke universitas (kalau ada dana), atau langsung mencari kerja dengan ijazah dan kompetensi keahlian. Lulusan SMK sekarang banyak dicari, apalagi jurusan teknik pemesinan. Banyaknya pabrik-pabrik baru yang muncul di Indonesia membutuhkan lulusan-lulusan teknik mesin, tak terkecuali dari SMK.

2. You can choose the subject you wish

Di kota Semarang, berdasarkan data tahun 2008 sudah ada 70 sekolah kejuruan (11 negeri + 59 swasta). Dari 70 sekolah kejuruan ini, 48%-nya adalah SMK teknologi dengan jurusan Teknik komputer, otomotif, teknik sipil, teknik mesin, dan elektronika. Sisanya sekitar 50% adalah SMK jurusan pariwisata, perhotelan, tata boga, tata busana, dan farmasi.

Sejak hari pendaftaran siswa baru, sekolah kejuruan sudah menyediakan berbagai macam jurusan atau program diklat yang bisa dipilih sesuai minat calon peserta didik. Kalau suka menggambar dan punya cita-cita jadi arsitek, kamu bisa memilih jurusan teknik sipil. Kalau kamu suka mempelajari bahasa-bahasa asing, kamu bisa pilih jurusan pariwisata.

Jurusan yang mereka pilih ini nantinya akan dipelajari selama 3 tahun masa ajaran. Contoh nih, kalau saat pendaftaran kamu memilih jurusan Teknik Elektronika, ya selama 3 tahun alias sejak kelas 1 kamu akan belajar elektronika.
Beda kan sama sekolah umum? Kalau di SMA, jurusan baru dipilih setelah kamu kelas dua. Mau pilih IPA, IPS atau bahasa.

Di sekolah kejuruan, begitu kamu naik ke kelas tiga, kamu akan diminta magang selama 3-4 bulan di industri, supaya para siswa punya gambaran seperti apa dunia kerja itu. Anak SMA mana ada yang dapat kesempatan kayak gini?

3. SMK = School for amphibiants

Saya nggak tau sama kota-kota lain, tapi SMK-SMK di Semarang biasanya menganut sistem belajar 3 hari pelajaran umum + 3 hari pelajaran jurusan.
Misalnya : hari Senin, Selasa dan Sabtu siswa belajar pelajaran umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, IPA, Pendidikan Kewarganegaraan, Muatan Lokal, Pendidikan Agama, dan Olahraga. Nah, di hari lainnya (Rabu, Kamis, Jumat) mereka belajar materi jurusan mereka. Kalau mereka milih jurusan teknik listrik ya berarti mereka belajar PLC, instalasi listrik, atau Pneumatic.

Jadwal selang-seling semacam ini akan menjadi makanan siswa SMK sehari-hari. It means, study in SMK requires a lot of energy. Bukan cuma otak yang berpacu, tapi fisik juga ikut dipompa kalau kamu memilih masuk SMK. Kenapa? Karena jumlah tugasnya bisa lebih banyak daripada teman-teman kamu yang sekolah di SMA.

Guru jurusan ngasih tugas banyak banget, padahal besoknya kamu ulangan matematika dan ada tugas bikin essay bahasa Inggris. Belum lagi kalau kamu ikut ekstrakurikuler. Apa nggak puyeng mikirnya? Padahal, gurunya nggak mau toleransi.

Berhubung siswa SMK hanya punya 3 hari untuk belajar mata pelajaran umum, bisa dibilang materi-materi yang kami terima adalah materi dasar. Kami tidak mempelajarinya secara detil seperti anak SMA. Contohnya bahasa Inggris. Teman-teman kamu yang sekolah di SMA biasanya diajari tentang idiom, proverb, adverbial clause dan bermacam-macam tenses yang komplit. Sedangkan SMK? Kami cuma diajari tenses dasar (Past, Continous, Simple Tense, Perfect) dan directional speech. Ada sih materi lain, tapi tetap tidak se-detail anak SMA.


Berhubung saya orangnya suka tantangan (tsaahh..) saya menerima resiko menjadi makhluk amfibi yang melompat-lompat dari pelajaran umum ke pelajaran jurusan, dari pelajaran jurusan balik ke pelajaran umum.
Kuncinya : fokus. Saat pelajaran bahasa Inggris ya berarti di otak cuma ada materi bahasa Inggris. Materi-materi pelajaran jurusan sementara harus dipinggirkan dulu. Begitu juga saat pelajaran matematika dengan bu guru yang sensian, ya berarti harus fokus belajar matematika. Materi tentang rangkaian pembangkit tegangan harus dilupakan dulu.

Saya sudah mengalami sendiri tinggal di 'dua alam' seperti itu. Tak jarang, saya dan teman-teman sampai lembur bikin tugas di ruang jurusan. Ketika teman-teman lain pulang jam 14.30, kami sampai jam 19.00 baru pulang ke rumah. Kenapa lembur? Karena alat-alat praktik di sekolah lebih lengkap. Mini drill, tang pencepit, tang pemotong, multimeter sampai tenol untuk menyolder, semuanya tersedia di bengkel. Di rumah mana ada peralatan seperti ini?
Dan kami tidak sendirian. Teman-teman dari jurusan lain juga sering lembur mengerjakan tugas. Apalagi kalau hari Kamis alias midweek gitu. Seandainya ini dunia kerja, kami pasti sering kena semprot tim audit gara-gara overtime-nya tinggi. Hehehehe


Nah, jadi gitu deh kira-kira pros and cons-nya memilih SMK. Kalau kamu sekarang kelas 3 SMP (eh sekarang pakai istilahnya kelas IX ya?) dan sedang bingung mau meneruskan sekolah kemana, semoga uraian ini membantu kamu untuk membuat keputusan.
Kalau kamu termasuk siswa menengah kebawah seperti saya dan ingin cepet-cepet kerja buat bantu orangtua, silakan pilih SMK. Paling tidak, setelah lulus kamu punya skill dasar yang bisa kamu pakai untuk melamar kerja.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan SMA lho ya. Bukan berarti kalau masuk SMA trus masa depan kamu bakal suram. Silakan masuk SMA, kalau itu pilihanmu dan orangtuamu mendukung. Di SMA juga banyak kok beasiswa yang ditawarkan, termasuk sekolah di luar negeri.


Oh iya, kalau kamu lagi mencari SMK yang berkualitas, silakan daftar ke almamater saya SMK Negeri 7 Semarang. Pendaftaran mulai bulan Juni. Sekolahnya enak, lokasinya di tengah kota, dan lulusannya banyak yang diterima kerja. Sori ya numpang iklan. Maklum, namanya juga lulusan terbaik. Musti loyal kan sama almamater? Hihihi :P

Thanks for reading this posting. Good luck for finding your new school.

Komentar

  1. di SMK dpt kemampuan praktis yg sangat dibutuhkan di masyarakat dan bisa langsung utk cari kerja atau buka usaha, sementara kalo masuk SMU cuma dpt teori, bahkan di S1 pun seringkali hanya belajar teori. Pengetahuannya tdk bisa langsung terpakai..

    BalasHapus
  2. Ya, ada benarnya juga. Menurut saya sebagian besar SMK memang berorientasi pada lapangan pekerjaan. Sehingga para murid dan metode pembelajarannya juga disisipi poin-poin tentang kesiapan memasuki dunia kerja (magang, misalnya). Secara teori, SMU dan perguruan tinggi lebih mumpuni. Guru-guru di sekolah saya selalu mendorong lulusan SMK agar tetap melanjutkan kuliah. Karena akan lebih baik jika siswa SMK tidak hanya terbiasa “learning by doing” namun juga memiliki dasar teori pelajaran yang kaya.

    Salam.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam