Langsung ke konten utama

Karena Ucapan (bisa jadi) adalah Doa


Saya kerja di Ungaran, sedangkan rumah saya di Semarang.
Saya pulang ke rumah tiap seminggu sekali. Biasanya Minggu pagi saya berangkat dari kost, kemudian Minggu sore saya sudah balik lagi ke kost.

Saya memang jarang tidur dirumah. Hehehehe :D

Suatu hari saya pernah kondangan ke luar kota, acaranya hari Minggu dari pagi sampai sore. Itu berarti, harusnya saya tidak bisa pulang ke Semarang.
Tapi karena saya ingin pulang dan memberikan uang bulanan ke Ibu, saya tetep nekad pulang.

"Nanti habis kondangan, saya langsung pulang Bu. Balik ke kost-nya hari Senin pagi aja. Sekalian langsung berangkat kerja" kata saya.

Ternyata pada hari H, acara kondangan selesai lebih cepat. Saya tiba dirumah hari Minggu jam 4 sore.

Kemudian saya memutuskan untuk berangkat di kost setelah maghrib.

"Lho, katanya mau pulang besok? Katanya sekalian mau berangkat kerja?" tanya Ibu.

"Berangkat sekarang aja. Biar bisa tidur di kos aja. Kalau kesiangan kan masih keburu" saya berkilah.

Jujur ya, salah satu pertimbangan kenapa saya milih tidak tidur di rumah adalah : Saya susah bangun pagi. Apalagi kalau udah capek banget.
Padahal jarak rumah dan tempat kerja bisa sampai 2 jam. Bisa-bisa nyampe kantor jam 9.

"Lagian kalo berangkat pagi-pagi dari rumah, Ibu musti nyiapin sarapan dari jam 4 pagi. Kasian" tambah saya.

Karena pertimbangan itulah, saya akhirnya berkemas dan siap-siap berangkat setelah maghrib. Melanggar ucapan awal bahwa saya akan berangkat hari Senin pagi.

Begitu saya melangkah keluar rumah, hujan turun. Ada geledek juga.

Ah, langit tak mengizinkan saya pulang rupanya.

Ibu langsung tertawa. "Tuh kan. Kemarin kan mbak Devi bilangnya mau pulang Senin pagi. Akhirnya hujan deh. Memang jatahnya harus pulang besok pagi"

Hmmm.

Sampai pukul 20.00 hujan belum berhenti. Akhirnya saat curah hujan reda, saya nekat berangkat. Melawan dingin, menerjang hujan.

Besoknya, saya kena batuk pilek selama seminggu.

***********

Salah satu teman saya sebentar lagi akan menikah. Tadinya, resepsi pernikahan akan dilangsungkan bulan Februari, setelah akad nikah.

Tapi ternyata, acara pernikahan itu diundur, karena banjir besar yang melanda sebagian besar wilayah di Indonesia, termasuk rumah teman saya.

Akad nikah diundur setelah banjir surut, dan resepsi diundur dua bulan kemudian.

Belakangan saat kami makan bersama, teman saya bilang "sebenernya aku sendiri sempat punya pikiran : Duh, kok cepet banget ya. Bisa diundur nggak sih?' Eh, akhirnya malah mundur beneran. Ya, walaupun aku nggak berharap acaranya mundurnya karena banjir"

Saya cuma diam.

***********

Saya kenal seorang wanita yang memiliki satu anak perempuan. Wanita ini berumur hampir 40tahun, sementara anaknya masih 5 tahun.

Saya ingat hari itu. Suatu siang, saat teman saya ditelepon oleh salah satu rekan kerja.

Mereka ngobrol biasa. Tentang pekerjaan, tentang beberapa isu di tempat kami, kadang diselingi bercandaan. Saat berbicara di telepon itulah, teman saya mengatakan : "Iya, gue juga rasanya kepengen hamil lagi. Hehehehe.. Biar bisa cuti..."

Dan ternyata, Tuhan mengabulkan doanya. Teman saya ini hamil.

Saya ikut senang. Teman-teman kami yang lain juga ikut senang.

Everything went on, kemudian pada pertengahan Februari, teman saya melahirkan. Berita kelahiran itu saya terima pukul 9 pagi. Teman saya melahirkan anak perempuan. Saya mengucapkan selamat atas kelahiran anak kedua yang sudah 5 tahun dia nantikan.

Malamnya, teman saya kembali mengirim sms. Anak keduanya meninggal.
Bayi yang baru tiba di dunia selama 23 jam itu mengalami gangguan pernafasan. Berbagai pengobatan dan operasi tak mampu menyelamatkan nyawanya.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.

Ketika saya menengok di rumah sakit, teman saya kelihatan tegar. Dia jelas terpukul, tapi tidak ada airmata yang ditangiskan.    
"Ah, nangis bombay-nya sudah habis tadi malam waktu keluargaku datang" katanya.

Pulang dari rumah sakit, ucapan dia di telepon beberapa waktu lalu kembali saya ingat. "Iya, gue juga rasanya kepengen hamil lagi. Hehehehe.. Biar bisa cuti..."

Pada akhirnya, teman saya memang mendapat cuti melahirkan selama 3 bulan. Dia mendapatkan cuti seperti yang dia inginkan.

Mungkin teman saya sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengucapkan kalimat itu saat mengobrol di telpon. Mungkin itu kalimat basa-basi. Entahlah.
Tapi yang jelas, tanpa kami tau, kalimatnya menjadi kenyataan. Dia hamil, dan dia mendapat cuti.
Walaupun cutinya mungkin terasa pahit karena dia kehilangan anak.

Tiga kejadian tadi bikin saya mikir teringat satu kalimat. I think this wise sentence is true : Be Careful of what you wish for, 'cause you just might get it.

I know that human will never know what will happen next. That's true. Manusia tidak memprediksi hal yang akan terjadi. Tapi setidaknya, kita bisa berlatih menjaga lisan kita untuk hal-hal buruk dan keinginan yang tidak sengaja kita ucapkan.


Kenapa jadi sok bijak gini ya?


Entahlah.

Udah sana balik, ntar dicariin lho. Sama tukang siomay. Salah sendiri habis makan siomay langsung ngeloyor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

i can't believe i have been three years here (part 4 - End)

Chapter #4 : The Planning World  Ah, akhirnya diterusin juga ceritanya. Pada waktu postingan ini pertama dibuat, saya genap tiga tahun kerja di PT USG, hence the title. Kemudian saya lanjutkan ceritanya, lalu sempat vakum, lalu posting lagi cerita lanjutannya, dan vakum lagi cukup lamaaaaaaa di chapter tiga. Ketika chapter empat ini saya susun, saya sudah bekerja di perusahaan ini selama uhmm... delapan puluh sembilan bulan. Sudah menjelang sewindu. Masih ingat kan, hitungan matematika sewindu itu berapa tahun? Gara-gara cerita ini juga, banyak sekali email-email yang masuk ke Gmail dari para calon pelamar kerja yang nanya-nanya soal PT USG kepada saya. Umumnya mereka ini para lulusan baru alias fresh graduate yang lagi nyari kerja, terus mereka lihat lowongan di PT USG sebagai PPMC. Karena nggak paham apa itu PPMC, mereka akhirnya buka Google, terus ngetik keyword "PPMC." Hasil penelusuran mereka salah satunya mengarah ke postingan ini Rata-rata dari mereka adala

Hompimpa (Sebuah puisi dari Tengsoe Tjahjono)

Puisi Hompimpa karangan Tengsoe Tjahjono pertama kali saya ketahui saat kelas 1 SMP. Tepatnya saat classmeeting yang diadakan pasca ulangan umum. Sekolah saya SMP Negeri 6 Semarang mengadakan beberapa lomba. Yah, buat ngisi hari aja sih. Supaya murid-muridnya nggak nganggur gitu. Waktu itu Bu Tamsih (salah satu pengajar Bahasa Indonesia) mengadakan lomba deklamasi puisi Hom-Pim-Pa untuk anak-anak kelas tiga. Syaratnya : saat deklamasi puisi, satu kelas harus maju semua. Tidak boleh hanya satu orang yang maju deklamasi mewakili kelas mereka. Pokoknya, satu kelas maju bareng. Tampil di tengah-tengah lapangan. Ditonton oleh kelas satu dan kelas dua. Asik ya? Tampil rombongan, gitu. Jadi bisa dilihat kekompakan masing-masing kelas. Kalau satu orang salah, ya satu kelas bisa ancur. Pernah ada kelas yang tampil bagus banget di awal. Setelah memasuki bagian tengah-tengah, ada murid yang suaranya cempreng dan cengengesan (sungguh kombinasi yang absurd, hehe) yang tentu saja membuat semua penon

I can't believe i have been three years here

my desk, June 14th 2013 I can't believe i have been three years here. Yep, it is my 3rd year in PT Ungaran Sari Garment. After all the stormy periods, exhausted time, crazy works and many stuffs, I am still alive. Let me emphasize. I - CAN - SURVIVE. Hahaha.. Wow. Waktu cepat sekali berlalu ya? Ceritanya bakal panjang nih. Kalo kamu udah bosen, mending pindah channel aja gih. Biar kayak sinetron, saya akan membagi cerita kilas balik ini dalam beberapa chapter. Dan ini, ladies and gentlement, adalah bagian satu. Chapter #1 : The Beginning Almost three years ago, in 14th June 2010 I was called to be receptionist at Front Office PA1. Nggak kebayang senengnya waktu saya dikasih tau : Kamu keterima. Besok senin mulai masuk ya. Ya Robbi, saya bakal kerja! Setelah hampir satu minggu bolak-balik buat interview, test tertulis, dan test kesehatan, akhirnya besok Senin saya resmi jadi seorang karyawan. Saya bukan anak sekolah lagi! Saya bakal cari duit sendiri! Ay, karam