Saya nulis postingan ini pada jam 15.38, di meja kantor (pakai komputer kantor, pastinya) dimana seharusnya saya nulis sample request.
Habis mau gimana? Rasa haus untuk nulis di blog lebih menggebu-gebu daripada rasa ingin mengisi kertas form sample request :P
Ehem. Ini keliru. I know.
Jadi jangan tiru kegiatan biadab ini. Okey?
Apa judulnya tadi? Oh iya, Secangkir Coklat Panas. Wah, baru bayangin aja udah kepengen banget.
Ceritanya begini :
Beberapa alumni sebuah universitas yang sudah mapan dalam karir mereka, bertemu di sebuah reuni dan memutuskan untuk pergi mengunjungi profesor universitas mereka. Si Profesor ini udah pensiun.
Mereka membicarakan banyak hal, mulai dari pekerjaan, keluarga, kejadian sehari-hari, dan ..... lama-lama pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai stres pada kehidupan dan pekerjaan mereka.
Si Profesor permisi pergi ke dapur. Saat kembali, dia membawa satu teko coklat panas dan beberapa macam cangkir.
*satu teko coklat panas? wow.. aku mau! aku mau!*
Si Profesor juga membawa cangkir. Ada cangkir porselen, gelas, kristal, dan beberapa cangkir yang biasa-biasa saja. Ada beberapa yang mahal, ada beberapa yang cantik.
"Silakan ambil sendiri coklat panasnya" katanya mempersilakan.
Ketika alumni-alumni itu sudah memegang secangkir coklat panas di tangan mereka, Pak Profesor itu berkata:
"Lihatlah semua cangkir yang bagus dan mahal semuanya telah diambil, yang tertinggal hanyalah yang biasa dan yang murah.
Adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik bagi kalian semua, itu adalah sumber dari masalah dan stress kalian. Cangkir yang kalian minum tidak menambahkan kualitas dari coklat panas tersebut. Pada kebanyakan kasus itu hanya menambah mahal dan bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah coklat panas, bukan cangkirnya; tetapi secara tidak sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik dan kemudian kalian mulai saling melihat dan membandingkan cangkir kalian masing-masing"
Kemudian dia berhenti dan melanjutkan, "Sekarang pikirkan ini:
Kehidupan adalah coklat panas; pekerjaan, uang, dan kedudukan di masyarakat adalah cangkirnya.
Itu hanyalah alat untuk memegang dan memuaskan kehidupan.
Cangkir yang kau miliki tidak akan menggambarkan, atau mengubah kualitas kehidupan yang kalian miliki. Terkadang, dengan memusatkan perhatian kita hanya pada cangkirnya, kita gagal untuk menikmati coklat panas yang telah Tuhan sediakan bagi kita.
Tuhan membuat coklat panasnya, tetapi manusia memilih cangkirnya.
Orang-orang yang paling bahagia tidak memiliki semua yang terbaik. Mereka hanya berbuat yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Hiduplah dengan sederhana. Mengasihilah dengan murah hati. Memperhatikanlah sesama dengan sungguh-sungguh. Berbicaralah dengan ramah.
Dan nikmatilah coklat panas kalian!"
Jadi bagaimana? Sudahkah selama ini kamu melihat segala 'coklat panas' karunia Sang Pencipta tanpa melihat cangkirnya?
Remember guys, life is too short for being so picky. Udah capek milih-milih cangkir, eh ternyata isinya gak seenak dan semanis yang kita inginkan. Jadi percuma kan?
Yuk bikin coklat panas.
*Loh?*
Love,
Devi
Habis mau gimana? Rasa haus untuk nulis di blog lebih menggebu-gebu daripada rasa ingin mengisi kertas form sample request :P
Ehem. Ini keliru. I know.
Jadi jangan tiru kegiatan biadab ini. Okey?
Apa judulnya tadi? Oh iya, Secangkir Coklat Panas. Wah, baru bayangin aja udah kepengen banget.
Ceritanya begini :
Beberapa alumni sebuah universitas yang sudah mapan dalam karir mereka, bertemu di sebuah reuni dan memutuskan untuk pergi mengunjungi profesor universitas mereka. Si Profesor ini udah pensiun.
Mereka membicarakan banyak hal, mulai dari pekerjaan, keluarga, kejadian sehari-hari, dan ..... lama-lama pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai stres pada kehidupan dan pekerjaan mereka.
Si Profesor permisi pergi ke dapur. Saat kembali, dia membawa satu teko coklat panas dan beberapa macam cangkir.
*satu teko coklat panas? wow.. aku mau! aku mau!*
Si Profesor juga membawa cangkir. Ada cangkir porselen, gelas, kristal, dan beberapa cangkir yang biasa-biasa saja. Ada beberapa yang mahal, ada beberapa yang cantik.
"Silakan ambil sendiri coklat panasnya" katanya mempersilakan.
Ketika alumni-alumni itu sudah memegang secangkir coklat panas di tangan mereka, Pak Profesor itu berkata:
"Lihatlah semua cangkir yang bagus dan mahal semuanya telah diambil, yang tertinggal hanyalah yang biasa dan yang murah.
Adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik bagi kalian semua, itu adalah sumber dari masalah dan stress kalian. Cangkir yang kalian minum tidak menambahkan kualitas dari coklat panas tersebut. Pada kebanyakan kasus itu hanya menambah mahal dan bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah coklat panas, bukan cangkirnya; tetapi secara tidak sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik dan kemudian kalian mulai saling melihat dan membandingkan cangkir kalian masing-masing"
Kemudian dia berhenti dan melanjutkan, "Sekarang pikirkan ini:
Kehidupan adalah coklat panas; pekerjaan, uang, dan kedudukan di masyarakat adalah cangkirnya.
Itu hanyalah alat untuk memegang dan memuaskan kehidupan.
Cangkir yang kau miliki tidak akan menggambarkan, atau mengubah kualitas kehidupan yang kalian miliki. Terkadang, dengan memusatkan perhatian kita hanya pada cangkirnya, kita gagal untuk menikmati coklat panas yang telah Tuhan sediakan bagi kita.
Tuhan membuat coklat panasnya, tetapi manusia memilih cangkirnya.
Orang-orang yang paling bahagia tidak memiliki semua yang terbaik. Mereka hanya berbuat yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Hiduplah dengan sederhana. Mengasihilah dengan murah hati. Memperhatikanlah sesama dengan sungguh-sungguh. Berbicaralah dengan ramah.
Dan nikmatilah coklat panas kalian!"
Jadi bagaimana? Sudahkah selama ini kamu melihat segala 'coklat panas' karunia Sang Pencipta tanpa melihat cangkirnya?
Remember guys, life is too short for being so picky. Udah capek milih-milih cangkir, eh ternyata isinya gak seenak dan semanis yang kita inginkan. Jadi percuma kan?
Yuk bikin coklat panas.
*Loh?*
Love,
Devi
![]() |
who can refuse this yummy-look chocolate? |
Komentar
Posting Komentar