Nama saya Devi Okta, dan saya tidak punya fanatisme terhadap musik atau lagu tertentu.
Perkara musik, saya ini moderat.
Kriteria lagu kesukaan saya itu ada dua : musiknya enak di telinga saya dan liriknya pas di hati saya. Wis, ngono tok.
Jadi saya tidak punya pantangan atau alergi dengan musik apapun. Mungkin karena inilah saya bisa mudah membaur dengan topik pembicaraan soal musik. Minimal saya paham siapa-siapa pelakunya atau setidaknya tahu satu judul lagunya.
Kalau di warung Pak Muk dan Bu Is (warung makan di depan pabrik saya bekerja) kebetulan ada yang karaoke, saya dengan mudah nimbrung karena tau lagu yang dinyanyikan.
Bagi saya, fanatisme terhadap musik itu hanya menyempitkan pikiran dari hal-hal baru, karena musik itu produk budaya yang terus mengalir dan terus tercipta.
Orang yang tidak suka lagu campursari Jawa sama sekali, dia tidak bisa menikmati syahdunya Lingsir Wengi dan Ketaman Asmara.
Orang yang tidak suka musik pop The Beatles, pasti tidak bisa paham betapa nelangsanya kesepian di lagu Eleanor Rigby.
Orang yang menganggap musik pop Jepang itu norak, jelas tidak bisa merasakan enaknya joget lagu Only Today dari AKB48.
Orang yang menempelkan cap 'membosankan' pada musik-musik klasik, jelas tidak akan membuka hatinya untuk keindahan The Waltz Goes On yang by the way ditulis oleh Anthony Hopkins, aktor tenar yang memerankan Dr Hannibal Lecter.
Orang yang tidak pernah bisa mencintai lagu-lagu lawas, jelas belum menemui keasikan mendengarkan The Carpenters.
Dan seterusnya, dan seterusnya..
Dunia begitu luas, begitu banyak orang kreatif, begitu banyak musik baru yang diciptakan. Kadang saya heran, mengapa di tengah kekayaan seperti ini malah ada yang memilih untuk menjadi bagian dari satu aliran tertentu, kemudian memandang sebelah mata pada aliran musik lainnya.
Menurut saya, fandom-fandom musik ini harusnya tidak perlu ada. Soal musik, lagu, atau film, dan lain-lainnya lebih baik kita bersikap moderat saja lah.
Sebab kalau kita memandang remeh pada satu aliran musik, kemudian ndilalah ada lagu yang enak dari genre tersebut, kita jadi gengsi mau mendengarkan dan mau menyukai.
Hati kita jadi tertutup dan memilih pura-pura tidak suka pada hal yang baik karena bertentangan dengan 'fandom' yang kita anut. Nggak enak banget rasanya.
Ya to?
Jadi sudahlah, nrimo ing fandom wae.
Salam,
Devi Okta
(PS : izinkan saya menyertakan foto entry bracelet waktu nonton performance JKT48 di acara Semilir Matsuri. Saya datang sekadar nonton mereka, bukan berarti saya wota :)))
Komentar
Posting Komentar